Punya waktu rileks, kawan? Jika belum, plis agendakan! Kupikir, terlalu sibuk bekerja itulah bikin kita mudah bikin dosa. Gaya hidup sibuk itu bikin kita tidak kreatif, cari hiburan yang itu-itu saja, yang instan, ditawarkan oleh dosa. Kita menyambutnya sering tanpa pikir panjang, karena gaya hidup tergesa-gesa. Tanpa
sadar kita mengkonsumsi kegiatan rekreasional yang instan: bisa cepat ditelan,
terasa enak, tapi tidak sehat, plus: adiktif, bikin ketagihan!
Nah,
disiplin istirahat itu bagus sekali, kawan. Punyai waktu-waktu santai beri
kita kesempatan perjumpaan dengan berbagai hal positif, asyik, keren & nikmat,
yang ternyata selama ini ada di sekitar & dalam jangkauan kita. Semisal:
- Duduk terpejam
nikmati lagu2 favorit or tembang2
kenangan [tentu beda2 sesuai usia masing2 kita]; kunjungi lagi masa, suasana,
kejadian-kejadian indah di ingatan. Bernostalgia, dalam porsi yang cukup, itu
positif, kawan.
- Baca artikel sejarah perjuangan tokoh-tokoh / kota-kota di masa perang kemerdekaan; jiwa
heroik-patriotik kita sebagai anak2anak bangsa yg hidup di masa aman-nyaman ini akan digugah; niscaya bangkit semangat perjuangan kita, rindu berkarya bagi negeri
lewat smua talenta profesi kita.
- Baca artikel
kuliner, atau masak resep baru, atau “jalan2 kuliner” di kota sendiri; kita
akan dibuat takjub mendapati betapa banyaknya (ribuan!) menu makanan-minuman khas
daerah kita, apalagi masakan manca negara; main
course -dessert, resep
modern - tradisional. Kita
benar-benar berhutang pada para pembuat resep2 mula-mula.
- Matikan lampu duduk
di kegelapan nikmati kelap-kelip lampu di jalanan pun taburan bintang di langit
malam; itu bisa teduhkan hati yang gaduh, bikin kita sadari lagi betapa bodohnya jika terus hidup dalam ketergesaan & kekuatiran.
- Pikirkan jenis olah
raga atau hobby tertentu, mulai tekuni salah satu; o itu bikin jiwa raga kembali bugar,
niscaya pikiran & kaki melangkah lebih ringan & riang.
- Rencanakan /
manfaatkan waktu yang pas untuk nonton film bagus & berkualitas; kisah
cerita dalam film itu adalah simulasi beragam situasi krisis kehidupan, pastinya
sarat pelajaran. Dan kita akan diingatkan bahwa semua ada ujungnya, akan
tiba pada happy endingnya, jika bukan di dunia ini ya kelak di sorga.
- Baca buku, karya
penulis langganan atau pendatang baru, genre kesukaan atau coba yang baru. Tentu bikin tambah wawasan, jadi makin cerdas & bijak. Lumayan kan?!
- Chatting dengan satu dua kawan lama [Puji Tuhan buat sosial
media di jaman kita!]
Ngobrol santai hingga serius, walau mungkin tak akan pernah punya kesempatan
reuni atau jumpa darat: dapatkan dan bagikan sudut pandang berbeda, belajarlah
dari dia, jadilah berkat buat dia. Well, buktikan sendiri manfaatnya.
- Atau menulis? Ya,
cobalah tulis apa saja: pengalaman indah atau sedih, curahan hati, opini,
puisi, apa saja, asalkan yang positif dan tebarkan kebaikan. Ungkapkan isi hati
atau pikiran dalam tulisan lalu disimpan sendiri saja sudah melegakan, apalagi
kalau bisa dibaca & memberkati banyak orang, itu jenis kepuasan bathin yang
layak dirasakan.
- Dll. Temukan contoh
lain lewat disiplin berhenti-istirahat Anda sendiri... pasti akan Anda temukan
(window shopping, mungkin? Atau jadi
voluntir kegiatan2 sosial atau misi? J).
- Dan tak kalah
penting (sengaja saya sebut terakhir): gunakan atau sediakan kesempatan
untuk...berdoa. Ya, berdoa sebagai salah satu aktivitas rekreasional kita. Why
not?! Bukan yang formalitas tentunya, tapi yang serius dilakukan, untuk bangun hubungan dengan Allah. Karena jika benar Allah itu yang
menciptakan keindahan-keajaiban di dunia, dan jika benar Allah menciptakan kita
dengan kemampuan menikmatinya, maka tak ada respons yang lebih baik selain menikmati
semuanya bersama Dia?!.
Itulah
ajakanku, kawan. Karena hidup
bukanlah beban yang harus kita tanggung. Ia adalah kebaikan-keindahan
ciptaan Allah yang harus kita hargai & rayakan. Kita mengapresiasi hidup pemberian
Allah itu dengan cara menikmatinya, dan berbuat sesuatu yang positif di
dalamnya.
Nah,
dengan melakukan hal2 di atas atau yang seperti di atas, niscaya akan mengajar kita
untuk tidak boroskan hidup melulu untuk urusan mulut dan perut, melulu untuk
bertahan hidup. Tapi hati-hati juga, lakukan aktivitas rekreasional di atas sesuai
naturnya: sebagai selingan, dengan porsi secukupnya. Jangan terlena sampai
berkanjang [berlama-lama] di dalamnya, apalagi terobsesi menjadikannya sebagai
tujuan / sumber kebahagiaan hidup. Karena sebagai ciptaan termulia,
sebagai rupa & gambar Allah [Allah yang memulai
pekerjaan penciptaan & yang masih bekerja memelihara ciptaanNya serta wujudkan
tujuan kekalNya yakni keselamatan seluruh ciptaan-Nya], kepuasan hidup
tertinggi hanya kita kecap melalui bekerja & beribadah yang memuliakan
Allah & yang turut menggenapkan tujuan Allah.
Kembali
ke judul di atas, memikirkan betapa limpahnya pilihan kegiatan
rekreasional baik yang kusebut maupun yang belum kusebut di atas, kesadaran
ini yang muncul & menegur akal sehatku & nuraniku, kawan: Why wasting time with evil? Why spending energy & resources
for ungodliness?
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak
menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun
diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu? ...Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa
bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala
kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah
yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
...Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.”
[YESUS]
CKR-UPG,
@JT 836, 14 Nop 2016