Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Rabu, 07 Desember 2016

Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu

(Refleksi pastoral Menyikapi Radikalisme Agama)

Arti peribahasa di atas adalah: "walau orang menggunjing, mencemooh, mengancam, walau situasi menghalang merintang, jangan dihiraukan, the show must go on, rencana tetap jalan." Memang peribahasa ini netral, bisa dipakai oleh orang baik pun orang jahat. Refleksi ini mau semangati orang kristen yang baik (ya, tentu saja, ada yang tidak baik) yang merencanakan hal-hal baik.
Seratus persen saya aminkan peribahasa ini. Saya ada pengalaman soal gonggongan anjing. Pernah pelihara 29 anjing, saya tahu benar kalau anjing menggonggong itu tidak menggigit”.  Seringkali tamu saya terluka karena lari dan terjatuh, bukan karena gigitan. Kalau si tamu tetap tenang, cepat atau lambat smua gonggongan pasti akan diam (bahkan sering si tamu segera saja diabaikan). Jadi, tips saya kalau kita digonggongi anjing: usahakan tetap tenang. Jangan biarkan anjing itu tahu kalau kita takut. Panik, lari, atau coba lempari atau pukul anjing, bisa lebih runyam. Anjing akan senang, makin semangat, karena temukan kepuasan. Demikian pengalaman saya, kawan. Itu sebabnya saya berani dukung peribahasa di atas: kalau digonggongi orang jahat, usahakan tenang & terus aja rencana baik kita jalankan.
Seperti itulah inti nasehat Rasul Paulus di surat Filipi 1:27-30: “Hai jemaat Filipi, kalau kalian digonggongi iblis dan anak buahnya, tetaplah tenang.” Ada frasa  “dengan tiada [jangan biarkan dirimu]  digentarkan sedikitpun oleh lawanmu.” (Fil 1:28). Kita paham kaki tangan iblis yang menentang injil itu jauh lebih menakutkan dan lebih berbahaya dari anjing herder skalipun. Maka nasehat Paulus ini layak dipegang: Mengapa nasehat ini relevan? Bagaimana cara kafilah tunjukkan ketenangan di tengah gonggongan?
Kawan, nasehat ini relevan bagi jemaat Filipi dan bagi kita, karena sejak dulu hingga kini, banyak pihak dipakai iblis untuk menentang kekristenan dengan segala cara dan tipu daya, mulai dari hinaan, ancaman hingga kekerasan bahkan pembunuhan. Penutupan paksa, pembakaran, bahkan pengeboman gereja itu bukan berita baru, bukan. Bahkan sejak lahirnya, kekristenan sudah dimusuhi dan ditindas. Yesus diejek dilempari batu. Ia mati dianiaya disalib. PengikutNya mula-mula menyebar dari Yerusalem ke Antiokia dan Roma. Di kota Roma inilah penindasan kejam mulai dialami orang kristen, berawal di jaman kaisar Nero, dan berlanjut hingga jaman kaisar-kaisar berikutnya. Dokumen sejarah mencatat kekejaman itu, bagaimana orang kristen dijadikan umpan makanan singa di arena gladiator. Ada yang disiram cairan aspal lalu dibakar, dijadikan obor penerang kota jika malam hari.
Dalam masa aniaya seperti ini, wajar orang kristen mudah merasa takut. Tapi Paulus justru memberi mereka tips ini: “Usahakan tetap tenang. Jangan biarkan musuh tahu kegentaran, ketakutan kalian.” Mengapa jangan? Bukankah mereka punya kuasa menyakiti dan membunuh kita? Wajar donk kita merasa takut. Ya, memang wajar. Namun di sini Paulus mengingatkan kita hal yang lebih mendasar: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.” (Fil 1:29-30). Intinya, baik aniaya dan penderitaan itu termasuk anugrah, satu paket dengan anugrah iman. Paulus ingatkan jemaat Filipi bahwa merekapun telah menyaksikannya dalam hidup Paulus sendiri.
Menghadapi kenyataan hidup kristen seperti ini, panik dan ketakutan tidak akan membuat situasi jadi membaik, justru bikin runyam, bisa menjadi sumber kepuasan para lawan. Lawan yang, menurut Yesus [Mat 10:28], hanya bisa membunuh tubuh tapi ga bisa bunuh jiwa. Dan bukankah kita punya Allah yang hidup yang akan memelihara dan menguatkan kita?! Maka tidak salah, bahkan relevan sekali tips yang Paulus berikan: “Jika iblis menggonggong, usahakan tetap tenang, kafilah gereja teruslah berjalan.”

Tapi bagaimana cara menunjukkan bahwa kita tenang dan tidak ketakutan? Di Fil 1:27 Paulus sebutkan caranya secara spesifik:
a. Jaga sikap atau perilaku yang baik. Paulus menyebutnya perilaku yang “berpadanan dengan injil.” (ay 27a). Di tengah banyaknya gonggongan iblis, penting sekali kita menjaga perilaku tanpa cela di hadapan publik/di tengah komunitas masyarakat. Di kehidupan sehari-hari, sebaiknya warga gereja tidak punya reputasi negatif, misal: orang yang menutup diri, kasar, tidak tahu sopan santun. Sebaliknya, kita harus dikenal sebagai tetangga yang baik, orang yang jujur dan bisa diandalkan. Bahkan ketika orang memfitnah dan menyerang, kita jangan malah membangun tembok, mengurung diri karena trauma.
b. Jaga kesatuan yang teguh. (Ay 27b): “teguh berdiri dalam satu roh dan sehati sejiwa”. Ini adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan kekompakan anggota tim olah raga yang punya tekad dan tujuan yang sama, yakni “memenangkan pertandingan.” Paulus ingin mendengar kabar tentang kesaksian jemaat Filipi yang hidup bersatu di tengah gonggongan jahat yang setiap hari mereka alami.

Nah, dengan bersikap: tetap tenang, tetap berperilaku baik dan tetap kompak di depan umum inilah pesan kuat yang kita kirim pada pihak lawan adalah: KAMI TIDAK TAKUT! Dan pesan kuat seperti ini sesungguhnya adalah sebuah kesaksian bagi Injil. Bagi orang kristen sendiri, pesan seperti ini merupakan “tanda keselamatan” (ay 28), menandakan bahwa kita sudah menjadi milik Raja yang saat ini berkuasa, yakni Yesus (bukan Kaisar!). Sebaliknya, bagi pihak lawan, pesan itu menjadi “tanda kebinasaan” (ay 28). Mereka jadi bingung dan frustasi melihat teror yang biasa mereka gonggongkan kini sudah tidak mempan.
Puji Tuhan, kawan, rupanya tips dari Paulus ini ditaati oleh gereja mula-mula. Dokumen sejarah mencatat, bahwa walaupun ditindas, orang kristen tidak mendendam, dan tidak mundur dari iman. Kenyataan ini jadi kesaksian yang baik, dan menimbulkan simpati. Ada satu dokumen sejarah milik Diognitus, penasehat kaisar Aurelius di th 150M, berbunyi demikian:
“...orang kristen tidak berbeda dari kita dalam hal tempat tinggal, bahasa atau adat istiadat. Yang berbeda adalah perilaku mereka yang mengagumkan: Mereka menjalankan semua tanggung jawab sebagai warga negara, walau dianggap orang asing dan dipersulit. Mereka mengasihi semua orang tapi dianiaya. Mereka dimaki, namun mereka memberkati. Mereka diejek, namun mereka bersikap hormat. Mereka dilemparkan ke binatang buas agar menyangkal Tuhannya, tapi itu tidak berhasil. Semakin mereka dipunahkan, mereka semakin banyak.”

Kawan, bukankah di jaman kita ini, gonggongan iblis itu masih terdengar? Bahkan semakin nyaring akhir-akhir ini. Tiap kita pernah mengalami jenis-jenis gonggongan iblis itu bukan? Hari ini gonggongan iblis tidak hanya dalam bentuk serangan fisik dari kelompok radikal agama maupun dari pihak oknum penguasa, tetapi juga bisa dalam bentuk serangan mental dari kelompok-kelompok hedonis dan ateis yang menyerang kekristenan lewat media hiburan dan media sosial yang bisa mengguncangkan iman.
Di pergaulan masyarakat sehari-hari kita juga bisa temui orang yang menolak, mengejek, menghina bahkan memfitnah kekristenan. Orang itu bisa tetangga, teman, rekan kerja, bahkan anggota keluarga. Para musuh injil ini, akan menuduh dan mencap orang kristen yang setia itu sebagai orang-orang aneh, picik, fanatik, bahkan kafir. Semua itu pasti akan membuat kita, cepat atau lambat, dibenci dan dimusuhi bahkan dianiaya. Tapi Paulus nasehatkan ini: “Jangan panik, jangan biarkan musuh tahu kalian ketakutan.”
Ijinkan aku berbagi pengalaman pribadi: waktu kuliah, dua kali pindah kost, karena lokasi kampus pindah. Dua kali juga kualami sambutan yang sama bapak kost: Bapak dan ibu kost ajak bicara di hari kedua: “Nak Iwan, kami baru tahu kalau nak Iwan kristen. Sebenarnya kami tidak terima non-muslim. Tapi ya tidak apa-apa, sudah terlanjur. Hanya, tolong taati aturannya: dilarang taruh alkitab di luar kamar, dilarang pasang gambar kristen, dilarang pasang patung salib, dilarang putar lagu kristen.”
Awalnya kaget juga, gentar juga. Sempat berpikir pindah kost. Tapi aku berusaha tenang dan menjalani hari-hari di tempat kost itu sewajar mungkin. Kutaati aturannya, sambil terus membangun hubungan, gaul dengan teman kost dan juga keluarga pemilik kost. Tiap kali membersihkan kamar, sekalian kusapu dan pel ruang tamu kost itu. Anak pemilik kost ulang kali sakit dan sering opname, aku selalu ambil kesempatan jaga di Rumah Sakit. Tanpa terasa, hanya sebulan kemudian, situasi berubah total. Lagu rohani bisa kuputar dengan pintu kamar terbuka, alkitab tertinggal atau sengaja kutinggal di meja tamu, tak ada masalah. Bahkan satu dua kali kiriman uang telat dan bayar kost jadi telat, eh malah “diputihkan”. Terutama yang paling kusyukuri adalah, banyak kesempatan leluasa bercerita tentang kisah alkitab/Tuhan Yesus pada anak dan juga ibu mertua pemilik kost.
 So, pertanyaannya, kawan: gonggongan iblis seperti apa yang sedang kamu hadapi saat ini, yang membuatmu tergoda atau ketakutan? Teror terhadap gerejamukah? Ejekan atau ancaman terkait kejujuranmukah? Terkait integritas seksualmukah? Terkait etos kerja atau etos kuliah? Atau etos pelayanan? Mari diriku dan dirimu jangan terintimidasi, jangan lari. Ingat, tamu-tamuku itu terluka karena lari dan terjatuh, bukan karena gigitan anjingku. Dan ingat, anjing menggonggong itu tidak menggigit. Demikian pula iblis [apalagi iblis], ia sudah kalah telak 2000 tahun lalu!. Sekeras apapun ia menggonggong, mari tetap teguh dalam iman, dalam persekutuan dan dalam kesaksian, yang memuliakan Tuhan Yesus, Raja segala raja, penguasa dunia dan pencipta semesta ini. Maukah kita?

Makassar, 7 Des 2016
Setelah kabar dibubarkannya KKR pak Tong

di Sabuga-Bandung 

Tidak ada komentar: