Selamat membuka lembaran pertama
tahun 2017, kawan! Doaku di awal tahun ini adalah untuk kebahagiaan kita sekalian.
Benar,
bahagia memang relatif. Tiap orang bisa punya kriterianya masing-masing, prioritas
tolok ukurnya masing-masing. Maka ijinkan di forum ini kupilihkan
kriterianya, tolok ukurnya yang kupikir bisa berlaku buat kita semua, karena
sumbernya adalah dari alkitab, dari kotbah Yesus di Bukit dalam Injil Matius
5:3. "Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga.”
Dalam
konsep Yesus, dalam pandangan sorga, orang miskinlah yang disebut bahagia.
Miskin rohani, terutama. Tapi miskin jasmani termasuk juga. Miskin di sini bukan kondisi zero atau Nol. Ini
kondisi minus. Seperti itulah memang yang dimaksud Yesus lewat kata yunani ptokoi, miskin yang absolut.
Kata bangkrut mungkin lebih tepat. Kata temanku, bangkrut itu ketika kita
sudah jual semua aset kita, tetap saja kita masih punya hutang.
Kabar
baiknya (semoga) adalah: setiap kita tak perlu berusaha penuhi kriteria itu.
Kita semua memang sudah masuk kriteria itu. Secara rohani kita ini miskin,
bangkrut, dililit hutang. Ya, itulah yang diingatkan Paulus kepada jemaat Roma:
“Kita adalah orang yang berhutang.” berhutang pada Allah (Roma 8:12).
Mengapa
berhutang? Karena setiap kita, tanpa kecuali, adalah orang berdosa. Sebaik atau
sesuci apapun yang kita tampakkan di muka umum, namun kalau kita berani berdiam
diri 1-2 menit saja di hadapan Allah, jujur menilai diri, kita pasti simpulkan yang sama:
betapa berdosanya aku ini: pernah berbuat dosa dan masih berbuat dosa. Pernah
miskin bahkan mungkin saat ini dalam kondisi makin bangkrut rohani. Betapa
beruntungnya aku karena iman kepada Tuhan Yesus itu telah memungkinkanku
menikmati anugrah pengampunan dan meluputkanku dari hukuman dosa, maut
itu, bahkan menjaminku kelak mengambil bagian dalam kemuliaan kekal bersamaNya.
Aku orang yang berhutang, pada Allah!
Kawan, orang
yang berhutang itu punya tanggung-jawab membayar hutangnya bukan? Umumnya,
normalnya, rasa tanggung jawab membayar hutang itu akan sangat memenuhi
pikirannya, akan sangat mempengaruhinya dalam menentukan keputusan dan tindakan
selanjutnya, bahkan mengubah gaya hidupnya: tunda beli yang inilah, batalkan
rencana yang itulah, jangan lagi lakukan kebiasaan yang itulah, dll. Semua
dalam rangka berhemat untuk memastikan bayar cicilan lancar. Maka sudah
seharusnya donk kalau di tahun yang baru inipun pikiran kita, segala rencana
dan keputusan kita, gaya hidup kita harus kita arahkan untuk membayar,
mencicil, membalas kasih Tuhan Yesus!“
Untungnya,
kita bukan berhutang pada rentenir jahat, melainkan pada Allah yang penuh kasih
& rahmat. Sehingga kita membayar hutang dosa kita tidak dengan terpaksa
atau hanya karena kewajiban, melainkan dengan kerinduan membalas kasih dan
pengurbanan Tuhan.
Yang
perlu senantiasa kita waspadai dan hindari adalah pikiran dan sikap tidak tahu diri atau sikap sombong
yang tidak lagi merasa punya hutang. Bersyukur Paulus sudah ingatkan aku, dan
aku senang bisa mem forward-nya pada kawan semua: Setiap kita, adalah orang
yang berhutang pada Allah. Sadar kondisi bangkrut juga bikin kita sadar kita tak punya modal untuk mengasihi dan membahagiakan keluarga kita, tak punya energi berbuat kebajikan dalam komunitas kita apalagi dalam misi Allah. Dan itu bikin kita andalkan Tuhan, minta modal dari Tuhan dan bergantung pada Allah sepenuhnya.
So, tetap
ingin bahagia di tahun baru? Bahagia versi siapa? Versi Kotbah di Bukit donk,
versi sorga donk. Makanya, stay
aware, jaga ketahu-dirian, kesadaran sebagai orang yang miskin, yang
bangkrut, kawan. Stuju?
Jika setuju, ijinkan aku berdoa bagi kita semua: "Tuhan, di tahun 2017 ini,
berbahagialah aku dan setiap kawan pembaca blog ini, khususnya yang masih tahu
diri, merasa miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Allah.” Amin. Selamat Tahun Baru, kawan!!
Celebes, pkl 00.01 WITA
1 Januari 2017
Di tengah hujan kembang api dan petasan yang
meledak-ledak tiada henti di langit Makassar. Sebuah cara merayakan yang sangat mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar