Seberapa sering kita mudah merasa terancam (easily irritated =
gampang dirundung kecewa, mudah dilanda ketakutan, cepat dikuasai amarah) oleh
sikap/perlakuan orang kepada kita? Seberapa sering kita terpancing unjuk
kekuatan, pamerkan diri lebih hebat, lebih pantas dihormati bahkan ditakuti?
Jika sering, jangan anggap
sepele, kawan. Ambil waktu
temui, ajak bicara “si aku” dalam diri kita.
Mengapa?
- Karena
sangat mungkin penyebab utamanya adalah pudarnya, kaburnya kesadaran akan
Kerajaan Allah (yakni realitas pemerintahan Allah, Kristus dalam dunia kita, di
mana kuasa dan kasih Allah yang tidak terbatas itu tersedia limpah, selalu siap
penuhi kebutuhan dasariah kita akan kasih, penerimaan, rasa aman dan
penghargaan).
- Karena
kemungkinan besar itu adalah hari-hari di mana kita telah kembali asyik dengan
“kerajaanku,” berkanjang lagi dalam kubangan candu “untukku, mauku, caraku, kontrolku, kemuliaanku.”
Kawan, itulah
saatnya untuk kembali pada disiplin menata fokus hati lewat doa sederhana
setiap memulai hari:
“Datanglah KerajaanMU, jadilah kehendakMU, dalam diriku, melalui
diriku; Dikuduskanlah namaMU dalam hatiku, dimuliakanlah namaMU, melalui
pikiran, ucapan dan sikapku hari ini.”
Niscaya, sosok Kristus yang
mengosongkan diri dan berkurban diri, serta kemenanganNya via kebangkitan
itu kembali terang di visi kita; Niscaya aturan main Kerajaan Allah kembali
jelas prioritasnya di logika, kehendak dan syaraf-syaraf perasa kita:
bahwa nampak lemah karena
mengalah-mengampuni itu justru kuat; bahwa dipandang rendah dan hina karena
berusaha memegang nilai-nilai Yesus itu justru mulia; bahwa menghidupi Kotbah
Yesus di Bukit itu bukanlah mentalitas pecundang, melainkan etika pemenang standar sorga, seni penjinak “si aku”, musuh terliar dan terdekat,
demi maksimalnya peran garam dan terang!
Niscaya, hari ini tak lagi kita
jalani sendirian, melainkan
bersama Yesus [yang selama ini sesungguhnya ada di dalam kita dan kita di dalam
Dia]; bukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan dengan kekuatan Allah.
Niscaya, kalaupun etos shalom
kita tidak membuat orang itu belajar keluar dari cangkang minder dan congkaknya,
tidak menjadi solusi bagi iklim teror dan budaya menang-kalah komunitas kita,
at least kita telah belajar tidak
menjadi bagian dari masalahnya.
Intinya, kawan, kita sering mudah
terancam, itu bukan karena kuatnya serangan, melainkan karena terlalu rapuhnya
pertahanan!
Orang
yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai
dirinya, melebihi orang yang merebut kota [Amsal 16:32].
Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya,
maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu [Matius 6:33]
Tetapi
aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada
waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat
pelarianku pada waktu kesesakanku [Mazmur 59:16].
Marilah
kita melakukannya dengan mata
yang tertuju kepada Yesus,
yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang
duduk di sebelah kanan takhta Allah [Ibrani 12:2]
.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan
Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang
adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama
dengan Dia dalam kemuliaan [Kolose 3:3-4]
Makassar,
18 Jan’ 17
-
Seminggu terakhir beberapa kali hampir
terpancing emosi pada seseorang
-
Kaget dan heran menyadari isu pertama
yang dibahas Yesus terkait dengan “anger”
Postingan terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar