Di
sepanjang alkitab kita ada gambaran yang sering muncul, yang agak asing atau terasa
sadis atau primitif buat kita orang kristen hari ini, khususnya dengan budaya
kita yang sudah modern dan beradab ini, yakni gambaran tentang penumpahan darah.
Tapi karena gambaran ini terkait erat khususnya dengan kehidupan dan kematian
Kristus, maka penting buat kita memahami ide orang yahudi kuno tentang darah
ini.
1. Pengganti darah/ Nyawa orang yang bersalah berdosa:
Kawan, orang-orang di
jaman kuno percaya darah makhluk hidup itu berisi nyawa atau kehidupan makhluk
tsb. Mereka mengamati, ternyata binatang yang sedang luka pendarahan itu
perlahan jadi pingsan, lalu seiring habisnya darah, binatang itu mati. Maka
mereka simpulkan bahwa hidup/nyawa binatang itu telah pergi bersama darahnya.
Nah, Allah menggunakan/ memanfaatkan pemahaman budaya kuno tentang darah ini
untuk mengijinkan umatNya menebus (menukar hukuman) dosa mereka dengan darah
binatang. (Baca Imamat 17:11). Di
sini terjadi pertukaran: darah / nyawa binatang itu menggantikan darah / nyawa
orang yang bersalah; hidup binatang itu menggantikan hidup orang itu.
2. Meterai Perjanjian
Nah,
di kitab Keluaran 24 disebutkan bahwa darah juga dipakai dalam ritual ikatan
perjanjian. Ini kejadiannya di gunung Sinai. Ini perjanjian antara Allah dan
umat Israel. Allah sebagai pihak pertama, menawarkan jaminan penyertaan dan
berkat-Nya kepada bangsa Israel (Kel 23:20-33), dan Israel sebagai pihak kedua
berjanji taat pada semua firman Tuhan (24:3). Dan perjanjian ini disahkan
dengan darah.
Pertama
mereka mempersembahkan kurban (ay 5). Nah, darah binatang kurban itu separuhnya
dipercikkan pada mezbah. Darah yang ini mewakili Allah, sebagai penyataan
kesetiaan Allah kepada Israel. Separo darah lagi dipercikkan kepada umat Israel
(ay 8), setelah mereka menyatakan tekad setia mereka pada Allah. Di sini darah
berfungsi sebagai meterai perjanjian di antara mereka. Darah yang dipercikkan
kepada kedua pihak itu mempersekutukan mereka. Allah menginginkan relasi intim seperti
itu terjadi antara umat dengan-Nya dan terjadi di antara umat Allah.
Mengapa
perjanjian waktu itu harus disahkan dengan darah? Itu karena bagi orang jaman kuno,
ikatan perjanjian itu bukan mirip perjanjian bisnis, melainkan mirip perjanjian
pernikahan. Spt janji nikah! Dalam pernikahan, hidup atau nyawa kedua pihak itu
diikat bersama.
Maka,
dengan latar belakang pemakaian darah ini, kita bisa mudah memahami apa yang
dimaksud Yesus ketika berfirman: (di Mat 26:28 tadi): Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang
untuk pengampunan dosa.“
Di sini Yesus menggunakan gambaran tentang darah itu dalam
dua cara: pertama, Ia sedang
menjelaskan bahwa penumpahan darah-Nya di kayu salib sebentar lagi itu
merupakan pengganti, substitusi. NyawaNya, hidupNya, menggantikan nyawa kita,
hidup kita, menjamin penebusan kita dari dosa. Kedua, Ia juga sedang mengatakan bahwa darahNya itu mensahkan
sebuah perjanjian baru antara Allah dan manusia (Yesus mengingat dan menggenapi
nubuat nabi Yeremia [31:31]. Perjanjian baru itu tidak bisa dimulai sebelum
darah Mesias Israel dicurahkan). Artinya untuk bisa bersekutu, untuk bisa
memiliki relasi pribadi dengan Allah, manusia tak perlu lagi menyembelih hewan
kurban dan memercikkan darahnya. Cukup hanya dengan beriman pada Kristus dan
mengambil bagian dalam penebusan-Nya di kayu salib itu. Tiap kali kita ikut perjamuan kudus atau
merayakan paskah, kita perlu ingat bahwa
kita telah dibawa ke dalam persekutuan penuh kasih dengan Allah karena
perjanjian yang dimeteraikan oleh darah Kristus.
Aplikasi:
Pertama, ini mengingatkan kita tentang kekudusan.
Perjanjian darah di akitab Perjanjian Lama, juga darah perjanjian salib di
Perjanjian Baru itu, adalah pesan serius Allah pada orang berdosa, termasuk
kita: Aku mau mengampunimu! Mari kita
amini lagi undangan pengampunan Allah ini. Ia yang berjanji adalah Allah, yang
pakai meterai penumpahan darah binatang bagi umat PL, dan penumpahan darah
Kristus bagi umat PB. Jadi ingat, dalam soal ini Allah tidak pakai surat
perjanjian bisnis, ia pakai surat perjanjian darah! Maka, mari sambut dengan
respons serius. Seriuslah setia pada Allah alias hidup kudus. Jika sampai
terjatuh, seriuslah mohon ampun, seriuslah yakni pengampunanNya, seriuslah
berjanji dan berjuang lagi untuk hidup kudus.
Kedua, ingatkan kita tentang
persekutuan. Perjamuan makan yang
terjadi antara Allah dan 70 orang tua-tua yahudi ini, juga antara Yesus dan
para murid di perjamuan paskah itu, merupakan undangan untuk relasi yang hangat
dan intim dengan manusia. Di wahyu 3:20 Yesus yang bangkit itu juga berkata: Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku. Sesibuk apapun, mari sempatkan buka pintu untuk
Tuhan Yesus, duduk semeja denganNya, membina relasi intim denganNya maupun
relasi intim di antara kita, baik di hari-hari ibadah kita dan waktu-waktu doa
pribadi kita.
Ketiga, ingatkan kita tentang Misi alias tugas kesaksian kita; karena baik
perjanjian darah di Sinai ini maupun darah salib
Kristus di Golgota itu sama-sama menegur dan mengoreksi kegagalan umat Allah dalam menjalani panggilan
Allah, yakni gagal mentaati perjanjian antara Allah
dan leluhur mereka, Abraham di Kej 12:1-3 (yang juga dimeteraikan dengan darah!). Perjanjian itu berisi Allah akan setia
memberkati bangsa pilihan dan bangsa pilihan harus setia menjadi saluran berkatNya bagi segala bangsa.
Inilah berita alkitab tentang
penggunaan darah. Bersyukur
untuk perjanjian darah yang Allah adakan bersama kita. Darah Yesus yang mahal, yang mulia itu memeteraikan janji setia Allah pada kita, memeteraikan
keselamatan kekal kita. Maka kitapun terikat pada janji untuk setia kepadaNYA.
Amin? Bagaimana menurut Anda?!
Palopo,
1 September
pagi
hujan di tanggal merah Idul Adha 2017