Refleksi khusus akhir pekan:
Seminariku Ultah ke 50, semua sibuk. Aku Sie Keamanan,
urus keamanan mobil tamu di lahan parkir Markas TNI AL dekat kampus. Kemarin
terkesan lihat prajurit-prajurit AL itu lakukan “ritual” mereka, naikkan sang
Merah Putih. Di awali dan diiringi bunyi-bunyian peluit, seperti di kapal
perang kode-kode bunyinya. Tiap pagi lo
mereka lakukan ritual itu.
Jadi, meski jauh dari laut dan dari kapal perang, mereka
tetap bisa jaga semangat dan kesadaran serta kebanggaan sebagai prajurit laut
Indonesia. Saat lakukan ritual itu mereka tampak gagah. Tapi apakah mereka
pernah jenuh, bosan ? Bisa jadi mereka sering bosan dan melakukannya sekadar
formalitas saja, tapi toh mereka tetap melakukannya, dengan gagah!
Tadi pagi terkesima lagi. Saat amati beberapa prajurit AL
itu lakukan ritual pagi itu, ternyata selama proses naikkan bendera
berlangsung, personil-personil lain hentikan aktivitas mereka masing-masing dan
ikut hormat; yang sedang main tenis, yang sedang kerja bakti, yang dekat, yang
jauh, semua ambil sikap tegap, hormat ke arah bendera Merah Putih.
Kawan, sesungguhnya itu paralel dengan pengalaman kita
lakukan ritual rutin kita bersaat teduh, yakni:
-
Saat Teduh bisa
jaga spirit, kesadaran dan kebanggaan kita sebagai prajurit Kristus.
-
Bosan atau jenuh
kita mustinya bisa tetap lakukan Saat Teduh dengan baik, karena kita duduk di
hadapan Dia yang mengasihi kita (dibanding mereka yang berdiri di hadapan tiang
besi dan kain merah putih yang impersonal itu).
Ritual pengibaran bendera negara, lambang harga diri dan
kebanggaan bangsa, itulah precious moment, saat-saat berharga bagi
mereka. What about your precious divine-moments with HIM, kawan? Di
hari-hari sibukmu, akankah, relakah, beranikah kita hentikan aktivitas apapun
pada saat-saat spesial bersama Allah itu demi hormat sepenuh pada Pencipta dan
Juru Selamatmu?
Ibrani 10: 19-21
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh
keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka
jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya
sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Mazmur 17:15 Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang
wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.
SAAT, 20 September ‘02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar