Namun penghayatan tunggal seperti itu sekarang kurasa tidak cukup, kawan. Jangan salah sangka ya, sampai saat ini aku masih tergetar dan bersyukur atas pemaknaan seperti itu. Hanya, sekarang aku digelisahkan oleh ketidak-utuhan memaknai paskah hanya sebatas itu. Terlalu larut dalam “12 jam sengsara Yesus” membuatku fokus hanya pada respons syukur atas anugrah pengampunan melalui kematian Yesus itu, dan kurang terbeban merespons visi dan misi hidupNya, yang diajarkan dan diperagakan-Nya selama “minggu sengsara” itu. Terlalu fokus pada Yesus yang ditampilkan film Mel Gibson membuatku (hanya) menghayati tujuan kematianNya namun mengabaikan tujuan hidupNya, sebagaimana ditampilkan para penulis Injil dalam peristiwa yang dialami Yesus di sepanjang minggu paskah yahudi, yang dimulai besok, yang hari ini kita sebut Minggu Palem itu.
Menghayati “minggu sengsara” Yesus kuharap akan memberkatiku dengan informasi lengkap tentang paskah, yang tentunya akan menolongku merespons secara utuh pula, baik terhadap aspek yang disorot Mel Gibson dalam film Passion of Christ (dari latin passio=suffering, sengsara), maupun aspek yang dicatat Markus tentang passion (minat, kepedulian, concerns) hidup dan misi Yesus, yang membuatNya menuai konsekuensi salib.
Maka paskah kali ini aku ingin seimbang. Aku ingin menghayatinya lebih utuh. Mau gabung, kawan? Mulai besok akan kusajikan refleksi “minggu sengsara” Yesus dalam blog ini (tentunya tetap sebatas sebagai sebuah alternatif sudut pandang). Satu hal kurasa kita sepakat: peristiwa sebesar dan sepenting paskah layak disimak keseluruhan kisahnya, seutuh yang disajikan penulis kitab Injil bagi kita.
Selamat jelang Paskah!
1 komentar:
Saya akan memulainya dengan menyanyikan lagu "Sampai Batas Waktu" :) Selamat memasuki minggu paskah kaks :)
Posting Komentar