Aku menyebutnya spiritual mood, minat dan energi rohani.
Ia bukan sesuatu yang bisa kita himpun dari rasa percaya diri.
Bukan pula dari skill, program atau aktivitas penuh sensasi.
Apalagi dari tinggi-banyaknya prestasi, ‘nggak sama sekali!.
Ia sepenuhnya hasil dari hangatnya sebuah relasi,
kesadaran kontinyu dan dinamis bersama dengan Yesus,
yang adalah subyek sekaligus obyek devosi hidup kita ini.
Pada kualitas terbaiknya, ia hasil persahabatan panjang,
terpupuk oleh kesetiaan dalam baik buruknya situasi,
teruji dalam kondisi penuh berkat maupun langkanya rejeki,
terbentuk melalui jatuh bangun yang anti kata ‘berhenti.’
Bukan berarti memilikinya kita tidak bisa tawar atau pedih hati,
tetapi memilikinya akan membuat kita kebal intimidasi;
intimidasi kenyaman yang melenakan
maupun kesulitan yang memahitkan.
Lebih jauh, memilikinya berarti kita punya senjata rohani,
kesaksian hidup yang menggerakkan hati,
laku hidup yang menggerakkan misi ilahi.
Intinya, kawan,
Prayerlessness, let alone Quietlessness
is powerlessness ;
Buktikan sendiri!
Jakarta, 20 Maret 2012
Sumber inspirasi: anakku sering bilang ‘bosan’ akhir-akhir ini, makin moody.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar