Sisipan khusus, Refleksi-puisi sambut Paskah:
Subuh
tadi motorku disalib satuan Dalmas (pasukan pengendalian massa), 1 truk penuh.
Sepagi ini para polisi muda itu sudah menuju lokasi demonstrasi kenaikan harga
BBM hari ini. Kulihat mereka sudah berpakaian lengkap, penutup badan, helm,
sarung tangan serta tongkat pemukul.
Wajah mereka nampak dingin, tenang, tapi kuyakin hati mereka tak
demikian. Demonstrasi penuh lemparan batu, kayu bahkan bom molotov kemarin
menjadi pelajaran, betapa mereka sama sekali tak tahu apa yang akan terjadi,
apa yang akan dilemparkan para demonstran ke arah mereka hari ini. Ya, mereka ini
orang-orang yang ditugaskan mendekati bahaya, menghadapi bahaya. Tugas yang
beresiko luka bahkan bisa jadi kehilangan nyawa.
Misi
Yesus mirip itu, kawan, bahkan lebih
sulit lagi. Karena kematian bukan sekedar salah satu resiko, melainkan resiko
yang sudah pasti akan terjadi. Di Kaisarea Filipi itu Yesus mengumumkan prediksi kematianNya, setelah
Petrus mewakili rekan-rekannya berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah.” Wajar
para murid kaget dan kecewa. Bagi mereka, Sang Guru bukan sekedar sedang
mengumumkan sebuah misi berbahaya, melainkan misi untuk sengaja kalah pada
bahaya itu. Lebih buruk lagi, Ia mengundang mereka untuk bergabung dan turut
kalah bersama-Nya. Itu sama saja dengan satuan Dalmas mendengar komandan mereka
menyampaikan briefing seperti ini: “Kita akan biarkan demontran itu menyerang
kita hari ini, kalahkan kita dengan mudah!”
Itu
pasti instruksi yang terdengar sangat buruk. Pasukan huru-hara itu pasti akan
lebih senang dengan instruksi: “Pentung, gebuk, tendang, tembak!” Akan
terdengar lebih pas bila Yesus serukan: “Ayo gulingkan rezim korup Herodes
maupun rezim ulama penguasa bait suci, hunus pedang kalian, usir juga penjajah
kafir!” Mereka sangat berharap Mesias akan mengembalikan Israel pada posisi
kekuasan dan kemuliaan di antara bangsa-bangsa kafir. Reaksi negatif Petrus yang
“menarik Yesus ke samping dan menegor Dia” (Markus 8:32) jelas bisa kita
maklumi. Baginya, bagi para murid, bagi orang yahudi, Mesias yang kalah seperti
itu jelas Mesias palsu. Wajar mereka bingung, mereka berhak bingung.
Tapi
penting sikap keras Yesus yang memarahi Petrus: "Enyahlah
Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia." (Markus 8:33). Itu berarti oposisi terhadap
rencana dan cara Mesias itu, dari manapun asalnya, bahkan bila itu dari Petrus,
tangan kanan-Nya sendiri, harus dipandang sebagai gagasan si jahat, pemikiran
dari sudut pandang iblis.
Jangan salah paham, kawan. Yesus tidak hendak membiarkan kejahatan menang. Ia berpikir
kejahatan akan dikalahkan, dan kerajaan Allah akan datang, tepatnya melalui
penderitaan dan kematianNya sendiri. Mesias seperti itu bertabrakan dengan
gambaran Mesias dalam pikiran orang yahudi, mengguncangkan keyakinan para
murid. Konsep kemuliaan dan kekuasaan yang diimpikan Israel sebagai bangsa
pilihan itu berbenturan dengan cara Yesus menuju kemuliaanNya, bentrok dengan
natur proses yang dibutuhkan sampai Yesus mengalami “segala kuasa di bumi dan
di sorga diberikan Bapa kepada-Nya.”
Maka, kawan,
menurutku paskah itu selalu momen perenungan ulang, entah kita pernah atau
tidak pernah bingung, kecewa atau terguncang iman selama mengikut Tuhan, entah
kita sedang mengalami situasi yang dihadapi pasukan Dalmas di lokasi
demonstrasi penuh anarki atau situasi aman-nyaman saja. Mungkin paskah tahun
ini saat pencerahan yang menuntut perubahan radikal pada gambaran Yesus yang
kita imani selama ini, pada gagasan kita tentang kehidupan kristen, tentang
misi kristen selama ini, termasuk pada gagasan kita tentang kemuliaan dan
kekuasaan itu sendiri. Jangan sampai yang kita yakini dan hidupi dengan tulus
selama ini masih dekat dengan bentuk oposisi terhadap misi Mesias sejati, masih
dekat dengan sudut pandang iblis sendiri!
Selamat
jelang paskah, kawan.
Markus 8:31 Kemudian
mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung
banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
Yohanes 12:24 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Jakarta, 29 Maret 2012
Puncak demo besar-besaran,
DPR voting perlu tidaknya pemerintah naikkan harga BBM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar