2 bulan itu lagi, Juni dan Juli.
Debar hati pengumuman dinanti
Resah atau optimisme 2 arti:
Idealisme atau bangga diri
Etiket
dan wejangan diberi,
bak
install program ke memory.
Demi
reputasi? Reputasi siapa?
Seminari?
Diri sendiri? Jika sebatas itu picik sekali.
Terasa ada yang
salah di sini:
Kami para doulos terdidik ini, berangkat dada
membusung tegak,
mental bangsawan
darah biru, pangeran dan putri pemuja harga diri,
Padahal
kerajaannya bukan di bumi.
Apa yang dicari?
Wartakan Sabda ilahi atau dapatkan kagum puji?
Mimbar itu etalase atau medan bakti?
Belajar melayani atau latihan dilayani?
Fakta jamaknya:
gereja tempatkan kami “di depan,”
bukannya di
belakang, sebagaimana seharusnya pelayan.
Itu posisi para
bintang, pusat perhatian.
Daging siapa tak
senang? Ini masa panen arogansi diri!
Seharusnya bocah-bocah teolog ini,
tempatnya di belakang sekali,
tempat babu-babu sibuk beraksi.
Puasnya karena senangkan Tuan, bukan bangga diri.
Mengapa blunder rohani ini
terjadi?
Karena kami dipersenjatai.
Ya, ilmu teologi, psikologi, dan skill
organisasi,
Itu yang bikin gagah dan lupa diri!
Doulos-doulos muda ini jadi miskin kerendahan hati,
dan seringkali
tanpa visi.
Tapi sok
penting, sok ngerti. Sok dewasa, sok rohani,
Tidak asli, jauh
dari diri sejati.
Semua perlakuan
dikalkulasi.
Pengakuan dan
pujian perparah cinta diri,
Penolakan dan
kritik pahitkan hati.
Pantas saja
pulang kepala makin bengkak,
atau bawa
oleh-oleh gerutu dan kisah-kisah sakit hati.
Ya TUHAN, Tuan
kami,
Bebaskan kami
dari kedangkalan ini,
dari idealisme
pelayanan yang semu, sekedar teori.
Biarlah kali ini
menjadi 2 bulan penuh arti sejati,
menjadi
pengalaman yang merendahkan diri,
ajang pemurnian
tekad menghamba, abdi jemaat seumur hidup kami.
Mei,
2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar