kapok, metanoia,
balik arah.
Ndak jinah lagi,
ndak benci orang lagi,
ndak nyontek lagi,
ndak malas ke gereja lagi,
ndak pukul
anak-istri lagi, dll.
Ya,
itu pasti.
Tapi
pasti juga bukan itu.
Tobat
itu...
ndak melulu pikirin
diri sendiri lagi,
bahkan tempatkan
kepentingan diri
di bawah kepentingan
Allah dan orang lain.
Tobat
itu...
matinya
diri terhadap Allah dan sesama.
Berhenti berpikir
hidup itu tentang “diri”:
tentang karirku,
uangku, keluargaku,
tentang studiku,
ilmuku, kesenanganku.
Dan
mendisiplin diri berpikir hidupku itu
ada dalam kisah
Allah, tentang tujuan-tujuan kekalNya:
membereskan dosa, melahir-barukan segenap ciptaan,
hadirkan lagi keindahan
dan shalom surgaNya di bumi;
lewat
uangku, ilmuku, hobyku, profesiku,
di
sekolahku, di kampusku, di kantorku,
bersama
keluargaku, rekan-rekan seimanku,
pula bersama saudara-saudara sebangsaku;
lewat
tulisanku, laguku, lukisanku, filmku,
puisiku,
lewat...segala yang kupunya, sebisaku.
lewat...segala yang kupunya, sebisaku.
Ah,
aku mau tobat yang seholistik itu!
Kolose 3:23-24
Apapun
juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima
bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu
hamba-Nya.
Malang, 20 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar