Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Minggu, 29 Juli 2012

Injil Bagi Yang Butuh & Sudi Memberi Pengampunan

Sisipan, minggu refleksi:

Ramadhan memang bulan yang luar biasa. Meski bukan orang Islam, tak jarang hatiku turut bergetar tiap kali renungi esensi bulan puasa ini. Betapa tidak, bulan ini diyakini rekan-rekan muslim sebagai bulan di mana Allah mencurahkan pengampunan dengan limpah. Pula, bulan ini didaulat sebagai bulan untuk maaf-memaafkan. Siapapun, menurutku, yang sadar dirinya tidak sempurna, bisa berbuat dosa dan salah, pasti mampu menghargai apa yang ditawarkan bulan ramadhan ini. Beragama apapun, tiap kita sepatutnya peka dan menganggap penting isu pengampunan dan saling memberi maaf ini.
Kekristenan sendiri tak punya bulan seperti ini, melainkan merayakannya anugrah pengampunan Allah secara tersebar sepanjang tahun, misalnya lewat ritual perjamuan kudus sebulan atau sekian bulan sekali, lewat ibadah Jumat Agung dan Minggu Kebangkitan Yesus dalam rangkaian hari raya paskah, dll. Namun banyak bagian Alkitab yang cukup jelas menyatakan kabar baik tentang pengampunan Allah dan cukup tegas memberi-tahu kita siapa yang diutus Allah untuk memberlakukan pengampunan-Nya itu. Salah satunya adalah seperti yang dicatat dalam injil Markus.
Di awal pelayanan-Nya, Yesus sudah mendeklarasikan misi pengampunan Allah yang diemban-Nya.  Injil Markus mencatat  ucapan Yesus kepada orang lumpuh dan 4 rekan penggotongnya yang baru saja merusak atap rumah-Nya di Kapernaum: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (Pasal 2:5, bisa bermakna: “Tindakanmu yang tidak menyenangkan itu Kukumaafkan”). Ucapan ini didengar oleh orang banyak yang berkumpul di rumah-Nya, didengar juga oleh beberapa ahli taurat, yang peka ucapan Yesus itu tak hanya berisi pemberian maaf antar sesama manusia, melainkan mengandung pengampunan Allah. Tak terasa kontroversial di telinga kita? Itu karena kita kurang paham budaya dan syariat agama yahudi waktu itu.
Yesus hidup di tengah masyarakat yang menghargai balas dendam sebagai tanggung jawab moral dan menganggap pemberian maaf sebagai tanda kelemahan, maka sikap Yesus ini jelas mengagetkan orang banyak itu. Menurut syariat agama yahudi, para imam di bait sucilah yang berhak menyatakan pengampunan mewakili Allah, bukan pengkotbah keliling yang baru tampil macam Yesus ini, maka wajar ahli-ahli taurat itu menuduh-Nya menghujat Allah. Tapi betulkah Yesus menghujat Allah?
Ucapan Yesus yang inilah kata kuncinya: “Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa.“ (ayat 10). Ia menyebut diri-Nya “Anak Manusia.” Itu adalah sebutan untuk Mesias dalam kitab Daniel pasal 7, Mesias  yang dinubuatkan akan ditentang oleh kuasa jahat namun akan ditinggikan dan diberi kuasa oleh Allah, yakni kuasa untuk menghukum. Yang mengejutkan adalah, dalam peristiwa ini Yesus menggenapkan nubuat itu dengan menggunakan kuasa yang diberikan pada-Nya bukan untuk menghukum, melainkan untuk memberi maaf, memberi pengampunan. Kita patut bersyukur dan girang dengan kejutan ini.
Sebetulnya, kawan, ucapan dan tindakan Yesus (bahkan semua gaya hidup-Nya) itu mengungkapkan misi Mesias yang memperagakan karakter Allah sejati yang pengampun, yang kontras sekali dengan budaya kebencian dan balas dendam masyarakat waktu itu. Yesus hendak menegaskan, bahwa Allah itu tidak seperti ilah-ilah atau dewa-dewa bangsa-bangsa di sekitar mereka, juga hendak menegaskan bahwa pengampunan, forgiveness, itu jauh lebih luhur dan lebih kuat dari kebencian dan balas dendam.
Jadi, mengingat pengampunan ini termasuk isu sentral dalam Alkitab, maka tak ada alasan buat orang kristen, buat para murid Yesus,  untuk tidak suka apalagi tidak menghargai bulan ramadhan ini. Sebaliknya, tidak punya bulan ramadhan itu pesannya adalah supaya kita mau menghargai dan mensyukuri  pengampunan Allah dan menghidupi gaya hidup memaafkan itu sepanjang tahun, di setiap bulannya, di setiap waktu!
Kawan, hari inipun kita hidup di tengah dunia, di tengah masyarakat yang fasih bahasa kebencian dan balas dendam (seakan menganggap Allah juga seperti itu). Panggilan kita adalah menjadi seperti Yesus bagi Israel, yakni mewartakan pengampunan Allah kepada generasi kita hari ini, khususnya pengampunan yang dianugrahkan-Nya melalui Yesus, Mesias yang tersalib itu. Seiring panggilan tersebut, kita juga dipanggil untuk memancarkan citra Allah sejati, yakni bertumbuh sebagai pribadi yang limpah memberi maaf. Tentu saja, seperti yang dialami Yesus, panggilan ganda ini beresiko menuai penilaian orang banyak atau pihak-pihak tertentu, bahwa kita lemah, bahwa kita menghujat Allah.
Tapi seharusnya itu bukan tugas yang sulit. Pertama karena kita punya Allah yang Pengampun dan kita diciptakan segambar dengan DIA. Kedua, karena kita sendiri juga butuh dan pasti senang menerima pemberian maaf atau pengampunan. Ketiga, karena untuk semua berkat dan anugrah pengampunan itu kita tidak disuruh puasa sebulan terlebih dahuluJ. Amin??? Puji Tuhan!

Mazmur 130:3-4
Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.


Kolose 1:20
“dan oleh Dia[Yesus]lah Ia [Allah] memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Matius 6:12
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

Tangerang, 29 Juli 2012
Renungan malam, Markus 2:1-12

Tidak ada komentar: