Sisipan, Refleksi Akhir Pekan:
Lapar pingin makan? Boleh-boleh saja. Bosan makan roti
pingin daging? Sah-sah saja. Tapi pernah terjadi, Tuhan marah karenanya dan
menghukum Israel dengan tulah yang besar. Kisahnya ada di kitab Bilangan 11. Di
ayat 33 dicatat mereka mati saat asyik atau sibuk makan, dan dikubur di satu
makam khusus bernama Kibrot-Taawa di padang gurun selepas Sinai. Tak disebut nama,
hanya predikat mereka saja: “orang-orang bernafsu rakus.” Parahnya, tradisi
Yahudi tiap tahun mengenangnya, sehingga reputasi negatif itu akan
terus melekat pada diri mereka. Kebayang deh, keluarga atau keturunan mereka
pasti ndak ada yang mau nyekar (ziarah), apalagi ngijing (membangun makamnya).
Bagi kita yang doyan makan atau yang porsi makannya
besar, sepenggal kisah di padang gurun tersebut tentu bikin penasaran, bahkan
mungkin bikin takut: “Jangan-jangan aku termasuk orang-orang rakus, yang akan
kena murka?” Mari kawan, kuajak kalian sama-sama bercermin dari bagian Firman Tuhan
ini: bagaimana mereka mendapat predikat itu? Apakah karena cara mati mereka? Saya rasa kok tidak. Orang mati itu kan banyak cara. Mitos
saja yang bilang orang yang matinya buruk berarti orang jahat. Lihat saja Tuhan
Yesus kita, Ia mati mengenaskan, memalukan, padahal kurang apa baiknya Dia. Jadi
apa yang bikin sebagian orang Israel ini dapat predikat sebagai orang-orang
yang bernafsu rakus? Kita telusuri dari awal:
Awalnya mereka bersungut-sungut, kali ini kasusnya mereka
sungut-sungut minta daging, setelah bosan makan manna. Tapi apakah minta daging itu kesalahan mereka? Coba empati;
sekian lama makan manna, bisa bosan
ga, bisa jenuh ngga? Seenak apapun makanannya, bukankah kita bisa bosan juga? Di seminari aku pernah alami serupa. Suatu saat kami
dapat biskuit kaleng dari CNI (itu lo produsen Ester-C). Jumlahnya banyak, 1000
kaleng. Sudah kami bagi ke anak-anak di semua pos Sekolah Minggu, ke teman-teman
di lembaga pelayanan yang kami kenal, ternyata masih sisa banyak juga. Maka
tiap mahasiswa dapat 2 kaleng. Itupun masih lumayan banyak sisanya, maka ada
mahasiswa yang dapat 3-4 kaleng. Akibatnya kaleng-kaleng roti CNI itu jadi
keseharian asrama. Pergi ke sudut mana saja, menatap ke arah mana saja,
mata kami melihatnya. Seminggu-dua minggu berikutnya kami seolah ngeri melihat kaleng
itu, bosan bin jenuh makan biskuit itu! Makanya aku bisa empati: wajar bangsa
Israel muak terhadap manna.
Maka menurutku Tuhan murka pada Israel bukan soal minta
dagingnya, melainkan lebih pada mentalitas mereka. Mereka punya mentalitas mau
enaknya saja, cepat mengeluh bila terjadi hal-hal yang tak mereka suka. Parahnya,
sungut-sungut mereka itu ekspresi tidak percaya pada Allah, sehingga mereka mau
pastikan sendiri kecukupan kebutuhan mereka. [Btw, rata-rata tiap orang kumpulkan 360 liter daging ! (1 homer=10
efa; 1 efa=36 liter). Buanyak banget tuh, pasti berebut mengumpulkannya. Tapi bukan
takut ga kebagian atau dapat sedikit, melainkan ingin dapat lebih
banyak, bila perlu paling banyak (ga rela orang lain dapat lebih banyak, ga
peduli orang lain dapat sedikit)].
Maka rakus orang Israel dalam peristiwa ini jenis yang
beda, yakni rakus karena kurangnya iman percaya. Mereka begitu cepat melupakan
pembebasan perbuatan besar Allah yang membebaskan mereka dari Mesir dan tidak
bersedia mempercayai Allah atas pergumulan hari ini dan masa depan mereka. Hal
inilah yang mendatangkan murka dan hukuman Allah atas mereka.
Kawan, barangkali bukan rakus pada
makanan problem kita. Tapi coba evaluasi, adakah kerakusan pada hal-hal lain? Ketika
sulit kita berkata cukup pada karir, pada uang, pada jabatan, pada penghormatan
orang, pada kesenangan duniawi lainnya, hati-hatilah. Rasa cukup itu wajib kita
usahakan punya, mengingat berkat terbesar dari kebaikan Allah sudah kita terima,
yakni berkat dari kematian Kristus yang berbuah pembebasan kita dari dosa. Emang sih
hari ini ga ada “makam orang rakus,” tapi jangan sampai saat pemakaman kita
kelak, Pendeta yang pimpin tiba-tiba diurapi Tuhan secara khusus, lalu berkata
begini di samping liang lahat kita: “Di sini terbaring seorang yang rakus
selama hidupnya.” Itu cilaka dua belas, kawanJ.
Bilangan 11:34
Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan
orang-orang yang bernafsu rakus.
Jakarta, hari pertama puasa Ramadhan, 23 Juli 2012
Renungan pagi: Bilangan 11:34 (ayat 1-14,
18-23, 31-36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar