Hidup adalah
belajar, kata banyak orang.
“Sampai ke negri China!” orang
Islam bilang.
Hanya, jangan lewatkan belajar
yang ini, kawan:
Belajar
membebaskan mereka yang tertindas!
belajar untuk
tidak bersikap netral,
belajar untuk
tidak berpangku-tangan,
belajar marah
kepada pelaku ketidak-adilan,
belajar
berbelas-kasihan terhadap para korban.
Ya, ini tentang belajar
peragakan kasih Yesus,
kepada korban penyalah-gunaan
kekuasaan!
Waktu teduh itu
ruang kuliah kita, kawan.
Karena Alkitab itu Buku
pelajaran,
banyak teks soroti
ketidak-adilan manusia
dan selalu wartakan
murka-keadilan Tuhan.
Karena Allah itu Guru dan
teladan,
Allah keadilan (God
of Justice), bukan hanya
Allah pembenaran
karena iman (God of Justification);
Allah yang
membenci ketidak-adilan, sebesar benci-Nya
ketika seseorang atau sesuatu kita berhalakan.
Kelas
prakteknya di mana, kapan?
di mana saja,
siapapun oknum pelaku atau korban,
terutama di kumpulan orang yang takut dan sungkan,
di hadapan
penindas yang dimanjakan atmosfir kerohanian!
Mari belajar, kawan.
Yesaya
1:17-18
“belajarlah
berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak
anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah kita berperkara!
--firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih
seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi
putih seperti bulu domba.“
Mikha 6:8
"Hai
manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut
TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
Jakarta, 3 Juli 2012
- Prihatin cermati rekan-rekan kristen yang asyik meyakini dosa
semerah kirmizi jadi seputih salju itu semata berkat pekerjaan iman, dan
menyimpulkan pekerjaan menghadirkan-menegakkan keadilan tidak terlalu relevan
bagi keselamatan. Tak mengherankan bila kita temui ketidak-adilan terjadi tak
hanya di institusi sekular, melainkan juga di lembaga pelayanan.
- Pada dasarnya tiap orang punya kuasa tertentu, otoritas
tertentu. Sepanjang pengalaman hidup dan terlibat pelayanan, kudapati pelaku
penindasan/pencemar keadilan sangat beragam: bisa seorang pimpinan maupun
bawahan, orang tua maupun anak, seorang kakak pun seorang adik, seorang pendeta
maupun seorang majelis, seorang presiden, polisi, maupun tukang parkir!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar