Refleksi, khusus edisi akhir pekan:
Tadi
pagi aku baca pengakuan Afriani, sopir Xenia
maut tragedi Tugu Tani itu di Kompas.com.
Dia ngaku ga minum alkohol dan yakin kecelakaan itu bukan akibat pengaruh
narkoba, melainkan karena dia ngantuk berat sampai sejenak hilang kesadaran.
Entah benar entah bohong, tapi soal ngantuk saat mengemudi, aku paham sekali.
Aku
ingat dulu 2-3 kali hampir dijemput maut karena ngantuk. Waktu itu masih
pelayanan di Perkantas Malang, seminggu sekali pulang ke rumah di Japanan (Pasuruan)
naik motor. Terutama di jalan yang lurus panjang, kantuk hebat acap menyerang.
Ada saat-saat seluruh tubuhku kirim sinyal ke otak, ke dunia khayalanku, ke
kehendakku, berbisik: “Ndak papa kok pejam mata sejenak, sedetik dua detik aja,
mumpung jalanan lagi lurus dan sepi nih.” Aku tahu bisikan itu sangat berbahaya, tapi karena
ingin segera tiba di rumah, aku enggan berhenti. Kuingat 2-3 kali kuturuti
bisikan menipu itu, akibatnya motorku melaju zigzag di tengah badan jalan. Bersyukur
banget klakson truk dan bis di belakang bangunkan aku, sadarkan aku kalo aku
sedang mengemudi sambil tidur. Bunyi keras klakson itu cukup membuatku ambil
tindakan cepat dan sangat menentukan: kembali ke jalur kiri, pernah juga menepi
minum kopi.
Di
situ aku tahu satu hal: tak seorangpun ingin tertidur saat mengendarai motor
atau mobil, tapi kelelahan fisik itu bisa bikin ngantuk saat mengemudi, dan efeknya
termasuk mendengar bisikan-bisikan menipu itu. Menyerah pada moment-moment
ngantuk itu, menyerah pada bisikan-bisikan untuk tidur sejenak itu, maka diriku
sedang dalam bahaya, demikian juga orang-orang di sekitarku di jalanan itu. Akibatnya
fatalnya sudah terbukti, seperti diberitakan koran dan TV. Karena sopir bis
atau pengendara motor ngantuk, banyak nyawa melayang (terutama di musim mudik
lebaran). Aku setuju sekali dengan rambu-rambu yang beri peringatan: Kelelahan dapat Membunuh Anda dan Orang lain.
Rasanya aku juga setuju rencana polisi dan pengadilan yang akan beri tambahan
hukuman bagi pengendara yang tertidur dan sebabkan kecelakaan.
Kupikir-pikir,
kehidupan rohani dan moral juga seperti itu, kawan. Ada saat-saat dalam kehidupan kristiani itu, saat-saat
seperti momen-momen tiba-tiba ngantuk saat nyetir itu, saat-saat ketika kita
mendengar bisikan-bisikan menggoda itu, yang berbisik pada kita: “Nyerah aja, jangan
ditahan-tahan kali ini, berhentilah melawan sejenak saja, ngapain sih sengotot
itu jaga kekudusan, jaga integritas. Pencobaan ini sudah melebihi kekuatanmu.
Ga ada yang peduli dan mau bantu kamu. Orang lain sudah ga kuat dari kemarin-kemarin.
Ambil saja jalan pintas itu. Skali-kali gapapa kok abaikan tuhan. Makanya doa,
baca alkitab libur dulu, biar ga berat buat keputusan itu. Atau: Ayolah,
sekali-kali tutup matalah pada sesama yang butuh pertolongan, berhentilah
menegakkan keadilan, selingkuh tipis-tipis di Twitter atau FaceBook ga
papalah. Kamu lelah, butuh selingan, butuh tidur, ndak akan terjadi apa-apa
kok, tenang aja, dll.dst.
Pernah
atau sedang berpikir seperti itu, kawan?
Jika ya, maka yang kita perlukan adalah memutuskan tindakan-tindakan yang
secara rohani sejajar dengan keputusan menepi, hentikan kendaraan, keluar
sejenak untuk streching, atau minum
kopi, atau bahkan nginap di hotel kalau perjalanan masih jauh. Apa itu tindakan
semacam itu yang sejajar secara rohani? Salah satunya AWG, Alone with GOD itu, meditasi ala kristen itu, menyendiri bersama
Tuhan, hanya ditemani alkitab atau sebuah buku rohani, juga diary/jurnal pribadi. Atau bisa juga ambil
cuti, kawan, lakukan retret pribadi. Sungguh,
kita butuh disiplin rohani semacam itu di sepanjang hidup kita, sampai akhir
hidup kita. Karena kecelakaan maut dalam matra rohani itu juga sering terjadi
(hanya saja media tidak terlalu soroti), bahkan faktor ngantuk rohani inilah yang kerap mendahului banyak tragedi dalam kehidupan ini.
Kawan, tragedi Tugu Tani
itu bukan tontonan, melainkan peringatan. Jangan kita berpikir, hanya karena
kita punya motivasi dan tujuan yang baik, entah dalam studi, bekerja, pelayanan maupun
dalam kehidupan pribadi, hanya karena kita kaya pengalaman atau hamba Tuhan besar, hanya karena kita sangat segar saat masuk mobil, maka
kita tak akan bisa mengantuk di sepanjang jalan. Jangan, jangan berpikir
seperti itu. Secara rohani, jangan berpikir yang dialami Afriani itu tidak bisa terjadi pada kita. Jika kita tidak waspada, itu akan
terjadi! Ingat, begitu kita membiarkan diri dalam kondisi rohani/moral yang
ngantuk ini, kita bisa akhirnya benar-benar menyerah pada bisikan-bisikan untuk
sejenak tidur sambil nyetir itu. Dan itu berarti kita sedang mempertaruhkan
diri kita dalam resiko yang sangat berbahaya. Ya, diri kita dan semua orang yang berinteraksi
dengan kita.
Ijinkan
aku sedikit berbagi tips tambahan buat hindari kantuk rohani dan moral ini. Aku
berangkat ke kantor 5.30. Tapi kuusahakan jam 5.20 sudah siap. Sengaja kupakai
10 menit sekedar pandangi istri dan 2 anak yang masih tidur, demi menjaga
kejernihan kesadaranku, supaya aku selalu ingat, bahwa merekalah yang akan
menderita akibatnya jika aku membiarkan diri dalam kondisi rohani yang ngantuk,
bahwa merekalah korban terdekat, turut menanggung sedih dan malu, jika aku menyerah pada bisikan-bisikan yang
mengggodaku untuk “tidur sejenak”: sejenak
tidak menjaga kejujuran, kekudusan atau integritas di tempat kerja. Sejauh
ini it works, kawan. (Aku mengira-ngira,
menduga-duga, para pejabat yang sekarang keluar masuk ruang pengadilan atau
yang sudah nginap di penjara itu mungkin di meja kantornya dulu ga pasang foto
keluarga, di dompet juga ngga bawaJ)
Tapi
bagaimana dengan Anda, kawan?
Bagaimana sebenarnya kondisi rohani atau kesegaran moral Anda saat ini? Diriku dan dirimu tidak imune terhadap
kemungkinan ngantuk dan tertidur rohani ini. Cobalah introspeksi, dalam situasi
dan pergumulan hidup Anda saat ini, bisikan-bisikan apa yang terus menggodai,
merayu Anda untuk menyerah dan
berbuat tidak patut? Coba periksa sejenak, apakah keyakinan-keyakinan iman Anda masih seteguh dulu: “Bahwa Allah
sedang bersamaku saat ini! Bahwa Allah sedang terus memimpinku saat ini! Bahwa
Allah akan menggenapi janji-janjiNya tentang masa depanku! Bahwa pencobaan yang
kuhadapi saat ini tidak akan melebihi kekuatanku!” Jika tidak yakin, kusarankan
Anda untuk hentikan mobil, minum
kopi, ambil waktu menyendiri bersama Tuhan dan alkitab Anda. Bagus juga bawa
foto keluarga, atau foto orang-orang yang Anda
kasihi, lakukan stretching rohani, ijinkan klakson ilahi dan rambu-rambu sorgawi jernihkan nurani, bangunkan rohani Anda kembali. Maukah Anda, kawan? Tuhan memberkati.
Amin.
Jakarta,
4 Feb 2012
mengenang 9 korban kecelakaan Tugu
Tani,
mengenang korban2 akibat pemimpin 'ngantuk' dalam gereja &
lembaga pelayanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar