Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 07 April 2012

Ambil Untung dari Si Mati

O, itu praktek yang lazim sekali. Coba perhatikan sekedar contoh-contoh berikut ini, yang mungkin kamu sendiri pernah mengalami.
Berulang-kali temani mami opnam di Rumah Sakit Umum Daerah X, membuatku akrabi ruang jenasah, mengusir bosan dengan melihat jasad korban kecelakaan sedang ditangani. Selalu kusaksikan air mata keluarga si mati akhirnya harus bercampur sakit hati, karena untuk bisa membawa jenasah itu pergi, pihak rumah sakit kenakan beaya tinggi (beaya ambulance, memandikan dan membungkus mayat dengan kain baru, entah ditambah beaya apalagi). Mereka merasa tak diberi informasi tentang prosedur resmi yang (menurutku) pasti minim pertimbangan nurani ini.
Tiap natal, keluarga besarku rutin ziarah ke makam leluhur di 2 lokasi, Semarang dan Salatiga. Nah, sejak masuki gerbang kompleks makam, selalu saja puluhan pengemis dengan ketat menempel kami. Setiba di pusara, selalu juga kami 'hadapi' (tak cuma satu) penjaga kubur yang mengaku-ngaku telah menjaga dan merawat makam leluhur kami. Ujung-ujungnya, selalu kami ‘wajib’ memberi mereka uang. Demikianlah mereka mendapat rejeki, mendapat keuntungan dari leluhur kami yang sudah mati.
Teladan oknum para pejabatpun nyata terjadi, baik pejabat pusat maupun daerah. Mereka kerap nodai amanah jabatan dengan menjual penderitaan rakyat. Ada bencana alam, wabah penyakit atau petaka lain, proposal bantuan segera dibuat dan diajukan. Makin besar angka korban jiwa, makin besarlah nominal yang diminta. Sudah jadi rahasia publik, bahwa ujung-ujungnya dana itu tak semua disalurkan pada yang berhak, alias masuk kantong pribadi.
Kawan, Kisah penyaliban tambahkan satu contoh lagi: para serdadu yang membuang undi rebutkan jubah Yesus. Prajurit Romawi itu begitu dekat dengan Sang Juru Selamat, namun minat mereka hanya tertuju pada keuntungan materi dari Si Terhukum Mati. Contoh terakhir, bukti paling dekat, adalah diri kita sendiri, umat yang rayakan paskah hari-hari ini. Melalui kematian Pria yang terpaku di kayu salib itu Allah menganugrahkan keuntungan besar pada seluruh ciptaanNya (termasuk dan terutama pada kita), yakni pengampunan yang memulihkan, yang menyelamatkan seluruh dunia ini.
Pertanyaannya, kawan, bagaimana sikap kita terhadap Si Mati di Kalvari selama ini? Masuk akal pihak rumah sakit tega peroleh untung dari keluarga si mati, wajar bila penjaga kubur itu berani meminta uang dari para peziarah kubur, bisa dimengerti oknum pejabat itu tega menjual angka kematian rakyat, dan logis para serdadu itu membuang undi. Ya, wajar, karena mereka semua tidak kenal secara pribadi dengan si mati, jadi mudah bagi mereka berasionalisasi, jinakkan nurani. Tapi wajarkah, logiskah bila kita hanya dan semata fokus menikmati keuntungan rohani dan materi dari Dia yang Tersalib?
Sesungguhnya, kawan, kita jauh lebih tidak etis dan lebih jahat dari pihak-pihak yang kucontohkan di atas tadi, bila hubungan timbal balik itu tak terjadi antara kita dan Mesias tersalib. Maksudku, kawan, keuntungan kita dari bilur dan pengorbanan nyawaNya itu besar sekali, tak pantas bahkan setara dengan kejahatan keji bila kita sampai tak peduli, tak mau kenal dengan Pribadi yang berkurban bagi kita di Kalvari, juga bila misi yang telah dimulaiNya dengan tuntas itu tak kita hidupi di profesi maupun di urusan hidup kita sehari-hari.
Ajakanku, kawan, tiap kali kita merasa malas berdoa, pergi ibadah dengan setengah hati, enggan pula jalani gaya hidup yang memberkati sesama dan ciptaan Allah yang lain, maka ambillah waktu yang cukup untuk hening, untuk mengenang kasih Si Mati yang tergantung di salib Kalvari. Niscaya, hati jadi hangat kembali. Niscaya, rasa malu menebal kembali, sesali mentalitas mengikut Dia demi keuntungan materi, bahkan sebaliknyalah yang terjadi: kerelaan berkurban dan kerinduan melayani berkobar lagi, dan tekad memberi untung pada misi injil Si Mati itu kembali membara di hati. Itu sudah kualami!
Selamat jelang Minggu Kebangkitan, kawan!

Yohanes 12:24
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Markus 15:24
Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.

Tangerang, Sabtu 7 April 2012
Teringat orang-orang di 15 th masa pelayananku, yang dapat pasangan/pekerjaan/restu calon mertua/diskon ini itu, berkat “rekomendasi” pembina rohani, atau gereja/lembaga pelayanan, namun setelah mendapat apa yang dimau, perlahan persekutuan dijauhi, bahkan abaikan relasi dengan Tuhan secara pribadi.

Tidak ada komentar: