O, itu
praktek yang lazim sekali. Coba perhatikan sekedar contoh-contoh berikut ini,
yang mungkin kamu sendiri pernah mengalami.
Berulang-kali
temani mami opnam di Rumah Sakit Umum Daerah X, membuatku akrabi ruang jenasah,
mengusir bosan dengan melihat jasad korban kecelakaan sedang ditangani. Selalu
kusaksikan air mata keluarga si mati akhirnya harus bercampur sakit hati,
karena untuk bisa membawa jenasah itu pergi, pihak rumah sakit kenakan beaya
tinggi (beaya ambulance, memandikan dan membungkus mayat dengan kain baru,
entah ditambah beaya apalagi). Mereka merasa tak diberi informasi tentang
prosedur resmi yang (menurutku) pasti minim pertimbangan nurani ini.
Tiap
natal, keluarga besarku rutin ziarah ke makam leluhur di 2 lokasi, Semarang dan
Salatiga. Nah, sejak masuki gerbang kompleks makam, selalu saja puluhan
pengemis dengan ketat menempel kami. Setiba di pusara, selalu juga kami
'hadapi' (tak cuma satu) penjaga kubur yang mengaku-ngaku telah menjaga dan
merawat makam leluhur kami. Ujung-ujungnya, selalu kami ‘wajib’ memberi mereka
uang. Demikianlah mereka mendapat rejeki, mendapat keuntungan dari leluhur kami
yang sudah mati.
Teladan oknum para pejabatpun nyata terjadi, baik pejabat pusat maupun daerah. Mereka kerap
nodai amanah jabatan dengan menjual penderitaan rakyat. Ada bencana alam,
wabah penyakit atau petaka lain, proposal bantuan segera dibuat dan
diajukan. Makin besar angka korban jiwa, makin besarlah nominal yang diminta.
Sudah jadi rahasia publik, bahwa ujung-ujungnya dana itu tak semua disalurkan pada yang
berhak, alias masuk kantong pribadi.
Kawan, Kisah
penyaliban tambahkan satu contoh lagi: para serdadu yang membuang undi rebutkan
jubah Yesus. Prajurit Romawi itu begitu dekat dengan Sang Juru Selamat, namun
minat mereka hanya tertuju pada keuntungan materi dari Si Terhukum Mati. Contoh
terakhir, bukti paling dekat, adalah diri kita sendiri, umat yang rayakan paskah
hari-hari ini. Melalui kematian Pria yang terpaku di kayu salib itu Allah
menganugrahkan keuntungan besar pada seluruh ciptaanNya (termasuk dan terutama
pada kita), yakni pengampunan yang memulihkan, yang menyelamatkan seluruh dunia
ini.
Pertanyaannya, kawan, bagaimana sikap kita
terhadap Si Mati di Kalvari selama ini? Masuk akal pihak rumah sakit tega
peroleh untung dari keluarga si mati, wajar bila penjaga kubur itu berani
meminta uang dari para peziarah kubur, bisa dimengerti oknum pejabat itu tega menjual
angka kematian rakyat, dan logis para serdadu itu membuang undi. Ya, wajar,
karena mereka semua tidak kenal secara pribadi dengan si mati, jadi mudah bagi
mereka berasionalisasi, jinakkan nurani. Tapi wajarkah,
logiskah bila kita hanya dan semata fokus menikmati keuntungan rohani dan
materi dari Dia yang Tersalib?
Sesungguhnya, kawan, kita jauh lebih tidak
etis dan lebih jahat dari pihak-pihak yang kucontohkan di atas tadi, bila
hubungan timbal balik itu tak terjadi antara kita dan Mesias tersalib. Maksudku, kawan, keuntungan kita dari
bilur dan pengorbanan nyawaNya itu besar sekali, tak pantas bahkan setara
dengan kejahatan keji bila kita sampai tak peduli, tak mau kenal dengan Pribadi
yang berkurban bagi kita di Kalvari, juga bila misi yang telah dimulaiNya dengan
tuntas itu tak kita hidupi di profesi maupun di urusan hidup kita sehari-hari.
Ajakanku, kawan, tiap kali kita merasa
malas berdoa, pergi ibadah dengan setengah hati, enggan pula jalani gaya hidup
yang memberkati sesama dan ciptaan Allah yang lain, maka ambillah waktu yang
cukup untuk hening, untuk mengenang kasih Si Mati yang tergantung di salib
Kalvari. Niscaya, hati jadi hangat kembali. Niscaya, rasa malu menebal kembali,
sesali mentalitas mengikut Dia demi keuntungan materi, bahkan sebaliknyalah yang
terjadi: kerelaan berkurban dan kerinduan melayani berkobar lagi, dan tekad
memberi untung pada misi injil Si Mati itu kembali membara di hati. Itu sudah
kualami!
Selamat
jelang Minggu Kebangkitan, kawan!
Yohanes 12:24
Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah.
Markus 15:24
Kemudian
mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi
atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.
Tangerang, Sabtu 7 April 2012
Teringat orang-orang di 15 th masa pelayananku, yang
dapat pasangan/pekerjaan/restu calon mertua/diskon ini itu, berkat
“rekomendasi” pembina rohani, atau gereja/lembaga pelayanan, namun setelah
mendapat apa yang dimau, perlahan persekutuan dijauhi, bahkan abaikan relasi
dengan Tuhan secara pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar