Sisipan, Minggu Refleksi:
Andai
saja dulu nikah dengan pria itu, bukan dengan yang sekarang ini...
Andai
saja dulu aku tidak alami pelecehan itu...
Andai
saja dulu ada yang beayai aku lanjutkan studi...
Andai
saja tak kubelikan sepeda motor buat anak remajaku itu...
Andai
saja dulu aku terima tawaran kerja yang itu, bukan yang ini...
Andai
saja kuaati nasehat mama waktu itu...
Andai
saja...., dll, dst.
Poinnya
adalah: andai waktu bisa mundur ke belakang, andai hidup bisa diulang, andai
aku sekali lagi punya kesempatan; desahan sesal yang mengharapkan situasi-kondisi
berbeda dari kenyataan yang dialami.
Di
Alkitab, Maria pernah alami situasi itu. Kisahnya ada dalam injil Yohanes pasal 11. Tiga hari
sebelumnya adiknya tersayang meninggal. Yesus yang ia harapkan tiba sebelum Lazarus
dijemput ajal ternyata terlambat datang. Antara sedih, kecewa, tapi juga senang
Gurunya datang, terucap protes sopannya itu: “"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati” (ay 21). Pernah dalam situasi seperti itu, kawan? Maka penting menyimak respons
Yesus terhadap situasi “sekiranya” atau “andai saja” yang dialami Martha ini.
Pertama, Yesus mengarahkan
fokus perhatian Martha pada realitas masa depan, jauh ke depan, pada kenyataan
akhir jaman yang diyakininya (dan diimani semua orang yahudi), yakni pada pengharapan
akan kebangkitan, dengan berkata, “Adikmu akan bangkit” (ay 23). Tentu Martha
tidak kaget dan tidak puas dengan pernyataan Yesus ini. “Kalau itu mah saya sudah tahu, Guru. Semua orang juga akan bangkit di
akhir zaman nanti” (ay 24). Tapi ternyata itu baru respons awal Yesus.
Kedua, Yesus mengucapkan
pernyataan yang mencengangkan dan membingungkan bagi Martha maupun orang yahudi
lainnya yang mendengarnya: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (ay 25-26). Seharusnya pernyataan ini juga mencengangkan –dan membahagiakan—buat
kita.
Apa maksud Yesus di sini? Ini, kawan: bahwa Martha dan orang-orang Galilea yang berduka bersamanya
itu harus tahu, bahwa masa depan yang dijanjikan Allah itu sudah dibawa Allah
ke masa kini mereka melalui kedatangan dan pelayanan Mesias, Yesus. Termasuk janji kebangkitan
itu, yang seharusnya hanya mungkin terjadi di akhir zaman itu, bisa terjadi di
tengah zaman, di zaman kini. Kurasa Martha dan orang-orang yahudi itu jadi shock, tertegun, bingung, tapi juga
berharap bahwa ucapan Yesus itu betul.
Kejadian selanjutnya kalian pasti sudah tahu, terbukti
ucapan Yesus betul, Lazarus bangkit. Tapi sengaja ceritanya kuhentikan sampai
di sini, agar kita bisa berdiam sejenak dan merenungkan baik-baik pernyataan
Yesus ini: “Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.”
Apa saja situasi-situasi “Andai saja” yang menggangu
pikiran dan membebani hidupmu, kawan?
Apa kondisi-kondisi yang baik, ideal, benar dan adil, yang kamu anggap mustahil
terjadi? Jika kita percaya Yesus itu Mesias yang dijanjikan para nabi, Pribadi
dari sorga yang diutus datang ke bumi (atau yang sejajar: Pribadi yang dikirim
dari Akhir Zaman ke tengah zaman, ke zaman ini), maka tepat kita berlari
menyambut Yesus seperti Martha, dan menceritakan masalah kita. Mau, kawan? Ayo, ajukan protes sopanmu,
mengapa Ia tidak datang lebih cepat dan menolong sebelum hal-hal atau kejadian
yang kamu sesali itu terjadi.
Apa kira-kira respons Dia? Mana kutahu, kawan. Tapi aku yakin, seperti yang Ia
lakukan terhadap Martha, Yesus akan membawa sepotong kebaikan, keindahan,
kebenaran, keadilan atau bagian dari kesempurnaan realitas akhir zaman lainnya, datang ke
dalam realitas masa kini kita, ke dalam kenyataan hidupmu saat ini. Dan pada
saat itu terjadi dan kamu sadari, kamu akan terkejut dan bersyukur. Karena
apapun respons Yesus itu, pastinya itu adalah sesuatu yang akan membuat hidup
kita, karakter kita dan dunia kita makin mendekati kualitas sempurna yang akan
terwujud penuh di akhir zaman itu, saat Ia datang kali ke dua itu.
Hari inipun Yesus sedang terus mendatangkan dunia baru
Allah, kondisi sempurna di akhir zaman itu, ke dalam zaman kita hari ini, tapi
itu tak terjadi dengan sendirinya. Kuncinya di sini adalah: iman! Yesus
menantang Martha dan kita: “Percayakah engkau
akan hal ini?” Satu-satunya cara untuk bisa mengalami kejutan seperti yang
dialami Martha ini adalah iman: iman kepada Yesus, percaya bahwa Dia-lah
Mesias, Pribadi yang diutus Bapa datang ke dalam dunia, ke dalam hidup kita, ke dalam
situasi kecewa, duka, bahkan kematian kita.
So, ayo kawan, jangan surut berharap. Jangan berhenti
pada kalimat “Sekiranya” atau “Andai saja” itu. Datanglah pada Yesus, nantikan dan
harapkan kejutan Mesias yang memang sudah tersedia untukmu!
Tangerang, 28
Juli 2012
Renungan
pagi: Yohanes 11:17-27