Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Senin, 24 April 2017

Singapore: Rumput Tetangga Emang Lebih Hijau!

Kesan ramai namun tak ribut, cepat namun tak berebut, banyak namun tak semrawut,
Sejak di bandaramu, keramahan-kerendahan hati senior citizen-mu yang menjemputku, itu firasat nasib baikku jumpamu seminggu penuh, tahun lalu itu.
Kesan megah sekaligus bersahaja di kawasan Bishan itu,
Kesan internasional bercita-rasa lokal di Orchad Road itu
Semua tanda betapa leburnya tradisi dan modernitas unggulmu
Sering kusua, french-kiss muda-mudimu di Jurong East Inter-change City Hall itu, serta eksisnya China Town hingga Little India-mu, semua bukti betapa merdekanya wargamu.

Menyadari pertumbuhanmu ke atas dan ke bawah itu,
yakni cermati flat dan apartemen sekaligus pusat-pusat belanja di sub-waymu itu, nona cantik nan langsing yang muncul di imajiku.
Geliat bawah tanahmu, ruas-ruas jalur MRTmu, junction dan platform-platform itulah denyut nadimu, yang ...
terus  alirkan jadualku rambahi area vitalmu, yang kamu jajakan dan memang menggairahkan itu, 
terus memompa hasratku cumbui moments of beauty di sekujur sudut eksotismu:
...jalanan bersihmu jaga bersih sepatuku,
...lalu lalang warga dan pelancongmu di MRT Junction itu,
...kehujanan di Victoria Street usai jelajahi pasar murahmu
...susuri sejarah pelik pilu berujung adil makmur di museum nasionalmu
...lelah dan puas di Universal Studio itu
...senyum ramah si jelita Jasmine di pintu masuknya itu,
...atraksi elok nan canggih tarian air mancur itu di penghujung malam itu
tuntasi puasku, impasi pegal serius kedua kakiku.

Malam terakhir itu sempat kutanya:
Apa pernah kau bosan dengan keseharianmu seperti itu?
Sudahkah kau puas dengan apa yang ada padamu?
Bagiku dirimu itu nona jelita yang bahagia,
tapi entah kenapa kurasa ada sepi di relung hatimu...

6 hari bersamamu itu, akankah suaku pertama sekaligus terakhir denganmu? Tak ada yang tahu.
Yang kutahu, aku pasti merindumu, aku ingin sekali lagi mengunjungimu,
dengan istri dan anak-anakku.
Yang kutahu, jumpamu mengubah sinisku:
Rumput tetangga lebih hijau?
Ingat kamu, bukan isapan jempol pepatah itu!


Singapore, medio februari, 2011

Makassar

Bukan sore biasa, bukan pantai biasa,
Mirip Penang, kata orang lebih elok bahkan.
Ya, pantai Losari,  ikon ujung pandang.
Pisang epek, semilir laut dan perahu-kapal di kejauhan,
Temani kita sejenak istirahat, sebelum lanjut susuri petang.
Ya, setangkup kenikmatan dan keindahan yang bagiku jarang.
buatku rela maafkan bocah pengamen kasar.
.
Sudah pasti awal petualangan siang tadi masih terkenang,
remah-remah puasnya masih segar di lidah dan pencernaan
Sajian lezat sepanjang Lamadukeleng yang sudah lama tenar,
Udang, papakulu dan Sunu bakar sambal enam macam.
Begitu khusuk kita, kunyah dan bincang, berujung kenyang.
.
Di luar rencana, La Galigo pun sisakan kesan mendalam,
Ya, dia Rotterdam, benteng Belanda, jadi istana kerajaan.
Memotret pinisi nusantara, kebanggaan yang kau pajang.
Membaca kisahmu ya tanah subur celebes kota bandar,
negri banyak perahu dan orang gagah, melegenda sepanjang abad
Wajar saudagar China dan Hindia Belanda berdatangan.
Di bangunan tua itu, ada segumpal bangga yang terbangkitkan,
buatku rela maafkan pungutan liar di pintu gerbang
.
Sejurus kemudian, Samba Opu jadi tujuan,
parade toko emas dan cindera mata sepanjang jalan,
kain sarung, kopi, kacang disko dan rupa-rupa camilan,
pastikanku bawa oleh-oleh buat keluarga tersayang
 .
Itulah Makasar, kawan,
Kota Coto dan kondro dan es pisang ijo,
Tapi bagiku ia kota daging dan ikan murah,
bagiku ia juga sambutan ramah seorang kawan,
Barbagi kisah ceria dan pergumulan,
berbenang merah kasih setia Tuhan.
.
Wahai dunia, datang mi ke sini!


Senja Pantai Losari, 24 Februari 2012

Pontianak

Langitnya berawan tipis, gumpalan kapasnya banyak, kecil-kecil
Bandara Supadio pintuku permisi, siapa nyana kaki berpijak di sini

Adalah anak daranya yang pautkanku dengan bumi katulistiwa ini
Ia adalah tanah leluhur dinda belahan jiwa
Ia adalah petak semainya benih misi

Ia adalah...mie kepiting dan nasi akuang tak puas satu porsi
Ia juga alovera dodol durian dan stik talas penuhi bagasi,
serta keringat ulet penjaja ramah bermata sipit
Ia adalah mertua, ipar dan ponakan

Ia semakin aku di masa tua nanti??

29 Oktober 2009

Garuda GA 504, landing position

Natsepa (Ambon)

Engkau adalah dongeng mami sebelum tidurku:
“Mami 3 tahun di Ambon, di jaman Jepang itu...”
Engkau adalah nostalgia favorit-nya di masa kanakku:
“Ada satu pantai indah di situ, terawat di kalbu...”

Hari ini aku di sini, engkau di depan mataku...
Bisikan angin lautmu, keras nian hembusiku
Hamparan pasir putihmu, alangkah lebar dan padatnya
Jejak kakiku tak terukir di situ

Jajaran warung tepi jalananmu bersahaja,
berpeluh keningku, pedas nian rujak chili lima itu!
Sepimu siang ini rahmat bagiku, setelah kudengar peringatan itu:
Saat liburan, ale seng bisa dapa itu rujak dan tampa parkir!”

Dongeng mami tentang negri indah dan ramah itu
kini ternoda sudah...
oleh tragedi drama pilu, kerukunan berabad terkoyak jadi dua kubu;
oleh kisah banjir-longsormu, cermin abainya tata kelola alammu.

Ah, sekiranya engkau masih hidup, betapa sedihmu mami...
Namun kini nostalgiamu itu tlah terukir kalbuku
Jadi kenangan syahdu, sekaligus harap doaku: 
Natsepa terjaga indahmu, Ambon kembali bersatu..


Pantai Natsepa, 
Ambon pasca banjir longsor
28 Agustus 2013

Semalam di Rote

Malam ini kita di dermaga
Satu kapal besar sandar, perahu nelayan lewat di kejauhan
Bulan terang di atas sana, dua pemancing tua di dekat kita
Senyap suara mereka, irama samudra saja musik kita
Itu saja, selebihnya hanya ada kita;
Hanya canda tawa dan bicara kita:
Tentang Boa dan Nembrala, pantai indah yang siang tadi kita nikmati bersama
Tentang tantangan jaman di kabupaten kita
Tentang visi kita
Tentang cinta...

Hari ini bukan hari biasa
Wajah-wajah dan nama-nama mungkin bisa terlupa
Tapi kasih dan kehangatan yang terasa,
Mana mungkin hilang dari ingatan beta!

Terima kasih Rote, untuk persahabatan dan kebersamaan singkat kita!

Ba’a, 25 Juli 2005

Usai ibadah Alumni Perkantas Rote.

Jayapura [Papua Barat]

Kitorang inga rimba lebatmu, selebat rambut kritingmu
Kitorang inga pantai-pantaimu ramah menyambut, inga yospanmu, tarian selamat datang, goyang indah & wajah ramah dara manismu
Kitorang teringa sirih pinangmu, “snack” terlaris dikunyah tak kenal tempat & waktu, sisakan merah pekat di bibir & rongga mulutmu, sebarkan bercak ludah merah di jalananmu, sudut rumahmu, di kantor dan bandaramu.

Tapi, ...
Kitorang inga juga sambutan iklan peringatan HIV-AIDSmu kagetkan aku (33% menjarah generasi mudamu).
Kitorang inga mobil-mobil super mahal berkeliaran di jalananmu, dikendara para pemimpinmu, sementara kerap jumpai anak-anak negrimu tanpa alas kaki tempuh perjalanan jauh.
Kitorang inga perjamuan sagu, vodka dan perkelahian teruna-terunamu
Kitorang inga limpahnya emas dan uang di propinsimu, tapi inga juga pejabat & pengusaha bejat yang merampok dan merusak kekayaanmu
Kitorang inga gereja-gerejamu, keramaian ibadah minggumu, KKR-KKR besarmu, tapi juga inga perseteruan pemimpin rohanimu, ketamakan ondoafi-ondoafimu.

Trada harapan ka? Adae!
Kitorang inga siswa-mahasiswa dan sarjanamu yang serius dibekali LSM dan dibina lembaga rohani yang tulus mengabdi di tanahmu itu, pasti berdampak hebat,
kelak mereka pasti mampu bungkam ejekan sinis oknum saudara-saudara sebangsamu dan berangus mulut besar yang angkuh para oknum penguasamu !

Teriring Salam doa & cintaku untuk Papua,

Abepura, 21 Okt 2007

Palopo

Mengingatmu, setelah jumpa singkat kita...:

Engkaulah teluk berbenteng bukit di selangkangan Celebes:
Jika aku menarik busur, siku kananku 2 jam ke Tana Toraja
Lengan kiriku teregang 5 jam lintasi Sabbang dan Massamba,
terus terentang panjang jelajahi Malili, Mangkutana dan Soroako, lalu anak panahku melesat 9 jam ke Ujung Pandang, Makassar!

Terikmu hitamkan kulit, malammu kerap terguyur air langit.
Labombomu cantik, gadis-gadis mungilku tersihir kala Senin.
Pagi buta & siang bolongmu peluhkan raga lapangkan dada,
sejuki bathinku dua hari sekali, lemakkupun sedikit menipis J.

Engkau akhiran ji, mi, dik, pak lek, tauwa, kodong tiada habis
Engkau gempuran buah berduri, lima bulan bertubi.
Engkau itu sepanci kapurung bergizi aneka versi.
Hidangan tak pedas seperti haram di sini! J

Engkaupun adalah raut-raut wajah tulus memendam pasrah;
anak cucu Adam yang berdosa, Anak-anak Allah yang mulia.
Simponi pagimu merdu, rajutkan kasak-kusuk dan tawa renyah.
Orkestra malammu syahdu, jalinkan ria dan lara nan membuncah.

Ah, jumpa singkat kita lengkap, pilu pun bahagia erat mendekap.
Kenangan pahit-manis meninju telak, melebam rindu di ulu hati!

PALOPO, 25 Agustus 2013

Kala Bus Piposs bawaku menjauh darimu