Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Jumat, 03 Agustus 2012

Injil Bagi Yang Takut Roh Halus bin Setan Gentayangan

Sisipan, minggu refleksi:

(Catatan: ini terjadi 8 th lalu, sengaja kusalin tanpa edit dari diary, biar lebih mencekam, biar Anda serasa nonton reality show Paranormal ActivityJ)

Enggan sendirian malam-malam karena takut setan? Aku tidak. Sejak dilanda cinta monyet waktu SMP aku jadi berani tidur di kamar sendirian, karena bisa bebas lamunkan si dia tanpa olokan kakak. Tapi terus terang semalam aku takut. Ya, aku mahasiswa SAAT, rohaniwan, ketakutan sekali. Ini yang kualami semalam:
Baru tadi sore aku tiba, memulai praktek 2 bulanku di gereja di kota kecil ini, yang ternyata baru beli sebuah gedung besar peninggalan Belanda untuk dijadikan pastori, yang belum sempat dibersihkan dan disiapkan dan dipasangi lampu, kecuali satu kamar saja, diisi satu ranjang besar dan 1 lemari, itu saja. Tanpa selambu di jendela besar menghadap halaman belakang yang luas. Di kamar itulah aku sekarang (hingga 2 bulan ke depan!).
Biar Anda paham benar, ijinkan kugambarkan lebih rinci lagi kondisi rumah besar ini dan lingkungan sekitarnya. Seperti umumnya bangunan Belanda, langit-langitnya tinggi. Bisa dibilang bentuk bangunan ini “U.” Ada 9 kamar, 2 di bangunan utama bersama ruang tamu, 7 memanjang ke belakang, menghadap halaman luas di belakang bangunan utama, di seberangnya adalah deretan 4 kamar mandi dan gudang. Kuperhatikan sebelah kanan rumah ini adalah gedung agak baru, kata sopir gereja, itu disewakan untuk resepsi pernikahan. Tapi malam ini tak ada acara, jadinya sepi, tanpa penghuni. Sebelah kiri rumah ini adalah gang kecil, tanpa penerangan. Depan rumah ini adalah jalan aspal, tapi relatif sepi, karena yang di seberang bukan rumah-rumah atau toko-toko, melainkan tembok belakang kantor Bupati, memanjang dari ujung jalan ke kanan maupun ke kiri. Kondisi ini saja lumayan bikin grogi, karena kalo ada penjahat, teriakpun bisa-bisa tak ada yang dengar suaraku.
Horornya, tembok belakang rumah ini nempel dengan kuburan kampung. Lebih horor lagi, ibu warung di pinggir jalan tadi bilang rumah ini sudah 6 tahun kosong, sulit laku sebelum akhirnya dibeli murah oleh gereja, karena angker. Anak si penghuni terakhir bunuh diri di salah satu kamar di rumah ini. Lebih horor lagi, ini malam Jum’at kliwon! Lebih parah lagi, aku masih diare, mencret-mencret sejak konser SAAT di Bandung kemarin itu, jadi alamat deh ke kamar mandi berulang kali, kamar mandi di halaman belakang itu, yang berjejer empat tapi cuma satu yang dipasang lampu itu. So, sempurna sekali alasanku untuk takut dan sedikit protes pada Tuhan.
Teringat sinetron pocong yang kebetulan kutonton di kamar hotel di Bandung, malam terakhir sebelum berangkat kemari, ditambah bau kemenyan yang kucium sekarang ini, ...ah, andai kakak tingkat yang praktek 1 tahun di gereja ini seorang tiesung, cowok, pasti aku sudah ngungsi ke pastorinya, masuk gang ke sana itu. Sebenarnya ada mahasiswa praktek satu lagi yang ditempatkan bersamaku di sini, dari UKDW, tapi ia memilih tidur di gereja malam ini, entah mengapa. Aku belum bersua, belum berkenalan pula. Aku berharap lampu kamar watt-nya lebih besar lagi, aku berharap ada pemuda yang ditugasi majelis untuk menemani, aku berharap ...ah, nyatanya aku sendirian saat ini.
Ini sudah jam 11, hampir tengah malam. Sudah 2 kali aku ke kamar mandi, kulakukan dengan tergesa sekali. Badan penat oleh perjalanan panjang tadi, tapi kantuk tak kunjung menghampiri. Tadi sudah kucoba buang takut dengan menata baju dan buku sambil menyanyi lagu rohani, setelah beres, takut lagi. Sudah kubaca pula satu bab buku Purpose Driven Life jatah esok pagi, mata masih nyalang. Berdoa? Sudah beberapa kali: Dear Jesus, You’re my Lord. You’ve conquered the Satan, aku berlindung padaMU.” Tetap takut...  Jurnal hari ini sudah pula kutulis, sambil mulut gumamkan lagu happy birthday  buat pacarku yang ultah hari ini, yang sedang praktek 2 bulan juga di sebuah Pantijompo di Semarang. Setelahnya, takutku kian menjadi, bayangin di kaca jendela tanpa gorden tiba-tiba muncul sosok perempuan cantik yang bunuh diri itu, yang kata ibu warung tadi suka tampakkan diri.
Jam 12 tepat. Kesabaranku habis. Ketakutan ini melelahkan sekali. Maka kutulis baris-baris “doa perlawanan” ini: “Aku takut, Yesusku. Tapi aku mau percaya, bahwa Engkau tidak akan membiarkan jika itu melebihi kekuatanku. Apapun yang akan kudengar atau kulihat malam ini, apapun yang terjadi, aku yakin Engkau mampukanku menanggungnya. Aku tidak akan menghindar, akan kuhadapi. Bukankah ‘dia’ yang harus takut padaku, bukan sebaliknya?! Kiranya imanku ini berkenan di hadapanMu. Amin.
Lalu aku buka jendela lebar-lebar, dan bicara ke arah halaman belakang yang gelap itu, “ Ayo, silahkan tampakkan diri!” Sunyi,...tak ada yang terjadi. Sengaja kuberlama di jendela, setengah ingin melihat panampakan, setengah ingin menaklukkan rasa takutku sendiri. Begitu kurasa agak “nyaman” dengan kegelapan itu, jendela kututup lagi. Lalu tiba-tiba muncul ide menggantung jas almamater di situ, menutupi kaca jendela itu. Setelahnya aku lega, lalu mengantuk, lalu tertidur.
Selesailah kisah hororkuJ. Bersyukur kulewati malam tadi dengan baik. Aku berhasil melawan rasa takutku sendiri. Bahkan saat ini sudah merasa bersahabat dengan “suasana angker” di rumah ini (maksudnya ga ngrasa serem lagi).
Mengapa aku berpanjang ria ceritakan pengalaman ini, kawan? Yah, selain karena belum pernah ceritakan pengalaman ini ke siapapun serinci catatan diary, aku juga ingin menegaskan ke kalian yang masih takut setan, bahwa aku tahu yang kalian rasakan, aku pernah berhasil menjinakkan rasa takut itu, sehingga aku merasa berhak dan sah menuliskan buat kalian berita alkitab berikut ini:
Markus 1:21-28

Banyak orang di dunia modern ini tidak percaya pada setan atau roh jahat dan menilai sinis orang yang kerasukan (menganggapnya penyakit syaraf atau kejiwaan tertentu), namun banyak pula yang mempercayainya, terutama orang timur, dan secara khusus orang Indonesia. (Yudi Latief, penceramah isu-isu politik dan kebangsaan itu pernah bilang bahwa orang ateis Indonesia bukan ateis murni, karena masih takut dengan Genderuwo dan KuntilanakJ).  Tapi manapun yang benar, Alkitab banyak mencatat Yesus mampu mengatasi kasus-kasus kerasukan ini. Salah satunya di awal Injil Markus ini.
Kejadiannya di rumah ibadah (sinagoge), entah di tengah acara kebaktian atau acara lain, karena sinagoge itu multifungsi. Tiba-tiba saja ada orang kerasukan dan mengoceh tak karuan. Pemandangan selanjutnya mencengangkan semua yang hadir: Yesus mengusir roh jahat itu! Pengusiran setan juga dikenal dalam praktek agama yahudi, tapi Yesus mengejutkan orang banyak karena  Ia melakukannya hanya dengan berbicara: Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (ay 25). Beda sekali bukan dengan cara “orang berilmu” yang berkonfrontasi dengan roh halus sambil memejam mata cukup lama, merapal doa atau mantra di tayangan-tayangan reality show TV kita itu?
Markus (dan penulis injil yang lain) hendak menegaskan bahwa Yesus melakukannya dengan otoritas yang ada dalam diri-Nya sebagai Anak Allah atau Mesias yang diurapi Allah, terbukti roh jahat itu mengenali siapa sesungguhnya Yesus dan tahu tujuan kedatangan-Nya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (ay 24). Peristiwa inilah pertama-kalinya Yesus dikisahkan mengusir setan. Dan di kayu salib Kalvari itu sesungguhnya Yesus menuntaskan apa yang Ia mulai di rumah ibadat di Kapernaum ini, yakni membinasakan roh jahat, setan, iblis, untuk selamanya.
Kawan, aku tidak menjamin malam-malam sendirian kita ke depan akan aman tanpa penampakan, tapi yang kujamin adalah ini: bahwa meski setan masih bisa meneror kita hari ini, namun sesungguhnya mereka tidak memiliki otoritas lagi. Karena iblis sudah kalah telak dan permanen ketika Mesias tersalib di Kalvari, dan mengulang kemenangan Allah atas setan itu adalah sesungguhnya tugas (sekaligus anugrah kesempatan) gereja, para murid Kristus di setiap generasi, tugasku dan Anda saat ini. Mengimani kebenaran ini adalah kunci kesaksian kita di tengah dunia yang seringkali takut dan putus asa menghadapi kuasa-kuasa jahat zaman ini. Dunia ini, walau nampaknya masih penuh teror iblis, sesungguhnya telah ditaklukkan oleh otoritas Allah di dalam Yesus yang penuh kasih. Wartakan kabar baik ini!

Temanggung, 28 Mei 2004
Jum’at Kliwon!

Tidak ada komentar: