Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Minggu, 19 Agustus 2012

Injil Bagi Yang Tak Bisa Mudik & tak Bisa Beli Baju Baru

Refleksi:

Tadi malam saat takbiran ternyata mall penuh sesak. Dari parkirannyapun sudah nampak. Aku bilang ke istri, “Rupanya yang ga mudik pelampiasannya ke mall.” Bisa ditebak, konter baju banyak diserbu. Tua, muda, besar, kecil, semua memburu pakaian gebyar-diskon. Sementara itu TV terus siarkan berita seputar arus mudik. Diperkirakan 2,5 juta kendaraan roda dua keluar dari Jabodetabek menuju kota asal masing-masing. Belum lagi kendaraan roda empat. Dua fenomena ini, belanja baju baru dan mudik, menggodaku untuk merenung lebih jauh: Apa esensi mudik? Apa esensi pakai baju? Salah satunya ini, kawan:
Secara mendasar, mudik itu “pulang ke rumah.” Dulu kita tinggalkan rumah orang tua kita, untuk kuliah, kerja, merantau ke luar kota, luar pulau bahkan luar negri. Rasa rindu terbangkan angan kita ke kota asal kita, ke rumah bapa-ibu kita. Kenangan-kenangan yang baik dan indah membuat kita ingin kembali ke sana, seakan kita ingin mengulangnya. Itu sebabnya saat liburan kita punya naluri pulang ke sana. Kita merancang waktunya, kita menabung dananya, kita persiapkan segalanya. Bahkan, bagi yang tak kesampaian pulang seumur hidupnya, ada yang minta dikuburkan di sana! Jadi, “rumah” itu mewakili segala hal indah di masa lalu yang dirindukan hati kita. Ia mewakili hasrat kita berjumpa dan dekat kembali dengan asal muasal kita, dengan situasi dan kondisi asali kita. Itulah sebabnya kita mudik, untuk pulang ke “rumah.”
Lalu soal pakaian, mengapa kita merasa perlu pakai baju (dan senang sekali beli baju baru)? Karena malu telanjang? Itu baru sebagian alasan, menurutku. Buktinya, di kamar atau saat sendirian, bahkan saat cuaca panas dan lebih nyaman jika telanjang, tetap saja kita lebih senang pakai baju. Maka motif etika bukan satu-satunya. Yang lebih mendasar adalah: ada naluri bahwa kita belum merasa cukup dengan tubuh kita ini saja. Sebagai gambar Allah, pengemban citra Allah yang telah cemar dosa, kita telah kehilangan kemuliaan. Kita membawa beban perasaan ketidak-utuhan. Kita punya naluri bahwa diri kita diciptakan lebih dari keadaan yang sekarang ini.” Kita butuh ‘sesuatu yang lebih’ dari keberadaan kita saat ini.” Pakaian itu mewakili ‘elemen tambahan’ yang perlu dan rindu kita kenakan agar merasa utuh menjadi manusia.
Dan ternyata ada dasar alkitabnya untuk menduga motif seperti itu. Dalam 2 Korintus 5:1-5 Paulus juga menggunakan gambaran tentang ‘rumah’ dan ‘pakaian.’ Yang menarik, kedua metafora itu mewakili tubuh kita. Ya, tubuh badaniah kita. Sebagai pembuat tenda, Paulus menyebut tubuh jasmaniah kita selama di dunia ini sebagai ‘tenda’ dan memberitakan kabar baik kepada jemaat Korintus yang pada zaman itu masih banyak yang tinggal di rumah tenda (belum mampu punya rumah gedung), bahwa Allah telah menyiapkan “rumah’ buat mereka di sorga (ay 1-2).  Paulus juga menggambarkan tubuh jasmani kita sebagai “pakaian,” dan secara jelas ia menyebut bahwa kita punya keinginan mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan yang lama (ay 3-4). Artinya, kita semua tidak ingin berada dalam kondisi ‘tanpa pakaian’ (un-clothed) melainkan punya naluri atau harapan untuk semakin lengkap berpakaian (more fully clothed).
Apa artinya? Pesannya kedua metafora itu sama, yakni Paulus sedang menegaskan bahwa baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, jemaat akan memiliki tempat tinggal, punya tubuh jasmani, juga bahwa di dunia ini maupun di dunia yang akan datang mereka ‘tidak akan telanjang,’ artinya eksistensi mereka tidak akan berwujud roh tanpa tubuh (disembodied soul), melainkan roh yang mengenakan ‘pakaian.’ Dan kabar baiknya adalah, rumah dan pakaian mereka yang baru itu tidak akan fana lagi, melainkan besifat baka. Kabar baiknya adalah, tubuh jasmani yang sudah disiapkan Allah dan masih tersimpan di sorga itu,  jauh lebih baik dari tubuh jasmani mereka saat ini, karena tidak bisa rusak atau hancur, artinya bersifat kekal.
Ini adalah injil, kabar baik bagi orang yahudi yang merindukan tubuh yang baru, yang sangat menantikan tibanya waktu kebangkitan orang mati di akhir zaman. Ada ‘rumah’ atau ‘pakaian’ yang lebih baik yang sedang Allah simpan di sorga dan kelak akan dikeluarkan Allah dari sana untuk dianugrahkan bagi kita ketika akhir zaman tiba, yakni di kota Allah yang turun dari sorga ke bumi, saat langit dan bumi telah dibaharui dan menyatu kembali, saat Allah akan diam bersama umat-Nya untuk selamaNya (lih Wahyu 21-22). Di situlah terulang lagi ‘rumah masa lalu” kita, teralami lagi kondisi asali kita seperti di taman Eden sebelum dirusak oleh dosa.
Dan injil atau Kabar Baik bukan main-main garansinya: pertama, Roh Kudus. Di ay 5 Paulus mengulang yang dia umumkan di pasal1:22, bahwa Roh Kudus yang dianugerahkanNya pada kita saat ini adalah meterai, jaminan dari dunia baru, dari kehidupan baru, dan dari tubuh baru yang kelak pasti datang itu. Rumah dan pakaian kita saat ini merupakan antisipasi, persiapan kita memperoleh tubuh kebangkitan kita kelak itu. Garansi kedua adalah kebangkitan Yesus sendiri. Dalam 1 Kor 15 Paulus panjang lebar menjelaskan bahwa kebangkitan Yesuspun merupakan buah sulung, sebuah fase pembuka yang pasti berujung pada fase kebangkitan kita. Kedua garansi ini menjamin bahwa rumah dan pakaian kita saat ini adalah bayangan, cicipan atau apalah namanya, yang mewakili ‘sesuatu yang lebih’ itu, yakni ‘rumah’ dan ‘pakaian’ yang kekal yang disiapkan Allah bagi kita itu.  Injil yang luar biasa bukan??!!
Injil ini untuk semua orang, tapi pasti lebih terdengar indah di telinga mereka yang tidak bisa mudik, pasi terasa lebih menghibur hati mereka yang tidak mampu beli baju baru. Alkitab janjikan sebuah ‘rumah’ yang lebih baik, pakaian yang lebih lengkap dan nyaman, yang saat ini masih disimpan-Nya di sorga. Di dalam Kristus, kelak ‘rumah’ dan ‘pakaian’ itu akan menjadi milik mereka. Wartakanlah kabar baik ini, kawan!

1 Kor 15:20-23
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.


NB: Jika injil seperti ini tidak terasa sebagai Kabar Baik buat Anda, mungkin karena dua kendala ini, kawan:
1.    Memang tidak mudah membayangkan seperti apa ‘rumah’ atau ‘pakaian’ yang menanti kita di sorga itu. Namun tubuh kebangkitan Yesus dipandang oleh Paulus dan tokoh-tokoh jemaat mula-mula sebagai model atau prototipe tubuh kebangkitan kita kelak. Tubuh kebangkitan Yesus punya kemiripan dengan tubuh-Nya saat sebelum mati (ada lobang di tangan dan lambung yang bisa dijamah Thomas), tapi juga punya perbedaan cukup besar, sampai-sampai para murid tidak mudah segera mengenali-Nya, dan juga bisa menembus dinding ruangan terkunci di mana para murid bersembunyi itu. Maka seperti itulah tubuh kebangkitan kelak, dalam beberapa hal akan mirip dengan tubuh kita yang sekarang, namun sekaligus sangat berbeda dalam banyak hal lainnya. Yang pasti, tubuh alamiah kita dan tubuh rohaniah kita akan sama-sama jasmaniah!
2.    Karena banyak kotbah maupun buku telah membuat banyak orang kristen berpikir setelah mati mereka akan memperoleh hidup kekal yang artinya tinggal bersama Allah selamanya di sorga, dan dalam bentuk roh pula, tanpa tubuh. Padahal, Perjanjian Baru kita lebih menekankan ‘sorga’ itu bukanlah tempat kita pergi setelah mati, melainkan lebih menggaris-bawahinya sebagai tempat di mana Allah menyimpan tubuh kebangkitan kita, tubuh rohaniah kita yang jasmaniah namun bersifat kekal.
PB menyebut setelah mati kita akan ‘bersama Tuhan kita di sorga.” Tinggal di sorga bersama roh orang-orang kudus di hadirat Tuhan kita tentu membahagiakan, tapi roh-roh orang kudus itupun masih merindukan datangnya ‘sesuatu yang lebih’ itu. Mereka belum puas menyembah Allah dalam eksistensi roh tanpa tubuh. Mereka ingin menyembah Allah sebagai pribadi yang utuh, sebagai pribadi yang dibaharui sepenuhnya oleh Allah, yang memiliki baik roh maupun tubuh.
Itulah sebabnya, mengapa keberadaan kita yang sementara di sorga itu (yang oleh para teolog disebut intermediate state itu), bukanlah fokus utama Perjanjian Baru kita. Hanya sedikit sekali ayat yang menyinggung tentang kondisi intermediate state ini. Mengapa Alkitab sunyi senyap tentang kondisi kita di sorga ini? Ya karena memang pengharapan kristen bukanlah sekedar roh kita pergi ke sorga dan bahagia di sana, melainkan bahwa roh kita akan dipersatukan lagi dengan tubuh kebangkitan kita
Dan setelah roh kita bersatu lagi dengan tubuh kita, di mana tempat tinggalnya? Pastinya bukan di sorga, kawan! Sorga hanya cocok untuk makhluk roh saja, seperti para malaikat. (Yang ini akan saya tulis lebih panjang lebar di refleksi berikutnya, dengan judul: Injil Bagi Para Pencinta Alam & Bagi Orang Kristen Duniawi).

Tangerang, Idul Fitri 1433 H, 19 Agustus 2012
SaTe on 2 Kor 5:1-5

Tidak ada komentar: