Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 30 Juni 2012

Setting Puisi-puisi tentang SAAT


Puisi dan refleksi ini gambarkan SAAT periode 2002-2006, masa studi sang bloger. Smoga saat Anda membacanya, situasi dan keadaan SAAT sudah berubah, makin membaik tentunya.

Sama seperti revolusi itu perlu korban darah, maka coretan-coretan tercecer di sepanjang 4 tahun ini, yang habiskan modal energi mental (dan fisik, karena tak jarang harus bangun tengah malam demi mencatat inspirasi dan mimpi yang lewat), smoga jadi pupuk, penyubur reformasi yang pelan tapi pasti sedang terjadi dan akan berhasil merobohkan tembok-tembok tradisi yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip rohani, di tengah kerinduan tetap menjunjung tinggi keunikan-keunikan positif idealisme para pendiri.

-SOLO, Maret 2006-

Jumat, 29 Juni 2012

Si Tukang Syair Asrama

Mahasiswa yang dikasihi Yesus

Ketika pak satpam berpaling, ia melihat bahwa mahasiswa yang dikasihi Yesus itu sedang menuju ke arahnya untuk berpamitan, yaitu mahasiswa yang suka jogging di lantai 4 putra, yang suka krupuk dan klepon itu, yang rambutnya “unik” itu, yang serius tapi lucu itu, yang suka nulis-nulis puisi dan refleksi di papan senat di ruang makan itu.

Dialah mahasiswa, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu subyektif, tak selalu akurat, tapi dijamin benar.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang terjadi di seminari dan di asrama SAAT, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agaknya blog ini bahkan hard-disk 500 GB tidak dapat memuat semua puisi dan refleksi yang harus ditulis itu. :-)

SAAT, 2007
usai bayar beaya wisuda

Meninggalkan Asrama

Beginikah rasanya keluar dari kepompong? Ngebet, sekaligus ga rela?
Tinggalkan tempat yang aman dan hangat ini, walau kadang terasa sesak dan pengap juga.
Menolak pergi, untuk apa? Ini fase sudah dirancang-Nya
Agar metamorfosa semakin sempurna, serupa Putra-Nya.

Seperti sayap kupu-kupu muda berkembang sempurna di udara,
dan hiasi taman dengan keelokan warna-warninya,
demikian juga hanya satu cara sayap-sayap kita terentang lebar,
dan terkepak kuat dan menjadi berkat, yakni dengan
terbang ke dalam komunitas gereja dan masyarakat yang nyata,
hadir dan berkarya, di tengah realitas pergumulan jemaat, bangsa dunia
: I believe I can fly !


Jum’at sore, 24 Pebruari ‘06
melangkah keluar gerbang asrama
untuk terakhir kalinya

Klepon & Puisi Pamit

Puisi pamit itu sulit, sesulit ngilangin selulit
Klepon ini bukan karna pelit,
kebetulan aja dompet sedang pailit
Lagipula klepon itu enaknya amit-amit,
mestinya layak dikonsumsi para elit
Bagi yang belum pernah, smoga ga bikin perut melilit

Well, dengan rela dan terpaksa aku pamit
Kenal kalian semua, berkatku selangit
Tapi kelamaan di asrama bisa2 bikin aku makin tulalit
Maka kususul alumni ke dunia nyata sana, bukan untuk cari duit
Tapi supaya Injil makin tersebar ke seluruh kolong langit

(Mohon doakan aku, yang banyak, jangan pelit-pelit!)

Jum’at siang, 24 Pebruari ‘06
Aku bagi-bagi klepon di box loker teman-teman dan di ruang dosen

WISUDA

O, tali itu dipindahkan ke sisi lainnya
5 th nunggunya, beberapa huruf di belakang nama
Kotbah dan doa hentar mereka
bunga-bunga buat keluarga tercinta
yang dulu berduka lepas mereka,
yang sekarangpun tak berdaya pinta kepulangan mereka
Karena Kristus dan tubuh-Nya menanti karya mereka
teruskan pekerjaan Bapa di dunia.

Tradisi akademik?
NO, ini syukur bagi Allah Pencipta
Sang Empunya dan Pelatih penuai-penuaiNYA

Rayakan kualitas rohani dan karakter mereka?
NO, ini pesta kasih setia TUHAN mereka,
       Yang tidak dikalahkan oleh kegagalan,
       kedegilan, dalam belajar & dalam hidup berasrama

                       Aula Andrew Gih, 26 Agustus ‘05

Minggu Terakhir di Asrama


Hari-hari terakhir kuisi dengan banyak canda,
dan sibuk dengan kamera digital baru, alihkan sedih maksudnya.
Koreksi-koreksi skripsi cukup berjasa kurangi melo-nya
tapi toh lamunan kerap menerawang juga:

Teman-teman, bapak-ibu dosen, staf, karyawan, bapak-ibu asrama,
satpam, mbak-mbak dapur, Pak Ji, Sutris, pak-pak sopir,
Memang bukan sekumpulan orang-orang sempurna,
tapi jelas semua baik padaku, smua taat tekuni
            panggilannya, setia pada bagiannya.

Dan teman-teman semasta…ah, 3 tahun lalu kami dipertemukan, kutak minta
Diam-diam kuamati wajah mereka, untuk terakhir kalinya
Sbentar lagi berpisah, kutak menginginkannya, …
Smoga kami semua setia, dan bisa kembali bersama,
di bumi ataupun di sorga!


Arief Margono 18, 22 Pebruari, 06

Penutupan Semester Terakhir

Pagi ini ritual akademik terakhirku di seminari ini. Wajah-wajah dan interior aula ini tak akan menyapaku tiap pagi. Mataku tegar, hati berkaca-kaca.

Kondisi bangsa yang masih serba tidak pasti, krisis-krisis di sekitar kami, demikian ibadah penutupan, pengutusan dan perjamuan dibuka dalam doa. Pada Allah yang satu-satunya tidak berubah kami arahkan hati.

Indahlah Yesus, Raja alam raya, Khalik langit bumi, Kau junjunganku, kemuliaanku yang baka. Satu suara kami mulai puji-puji Dia.

Ya Allah, Engkaulah Allahku.... Sebab kasih setiaMu lebih baik daripada hidupku, bibirku akan memegahkan Engkau.” Bertanggapan kami semua.

Great is the Lord, He’s faithful and true, He is worthy of glory and praise! Paduan suara wakili proklamasi kami semua. Kuaminkan seribu kali. Itu memang Dia selama 3,5 tahunku di sini, mampukan aku tapaki lereng-lereng terjal relasi-relasi, papah dan gendongku saat terkilir oleh kerikil dan tersungkur oleh karang dosa.

Bersama umat di sorga bertelut bersujud bagi domba yang disembelih: Bri hormat (3x)

Warta Suci ajak kami bercermin dari para majus. Jangan terlena oleh agama, back to basic: know Jesus more and more. Worship Him, proskuneo, kepala tersungkur, hati terangkat. His divine power is enough, harta ini telah kita punya.

Pengutusan 15

Take my life and let it be

Bila kuingat salibMU

Perjamuan Kudus

Biarlah seluruh banggaku hanya kepada salib-Nya

Doxology.

SAAT, 21 Des’ 2005

Ultah Terakhir di Asrama

Ini usia kematian Tuhanku.
Galauku itu tentang tak mampuku beli sesuatu
            untuk semua kawan baik dan dekatku.
Penasaranku itu tentang jam berapa pastinya
keluarku dari kepompong ibuku.
Yah, ini galau penasaranku di semester terakhirku.
Apa ya galau penasaran-Nya jalani 6 bulan terakhir di bumi waktu itu?
Ah, sungguh usia yang cukup muda untuk tugas seberat itu.

Asrama SAAT, Pkl 00.30 WIB, 12 Nopember 2005
Menjelang 2 bab terakhir skripsiku.
+ 5 bulan ke depan eksistensiku di ‘biara putih’ ini akan berlalu. 

Politik Praktis di Meja Makan

Semester lalu ia kepala meja yang keras,
Teman semeja gemas, karena ia tegas:
“Tidak sakit? Tak boleh diambilkan makanan dari meja!”

Semester ini ia tak lagi kepala meja.
Tadi pagi sobat karibnya titip kotak makanan
(tak sempat ke meja karena sibuk skripsi).
Ia terdiam dan tegang, dongkol pada kepala meja,
karena bersikap tegas terhadap sobatnya.

Memang benar:
    Tidak ada lawan atau kawan sejati,
    yang ada hanya kepentingan sejati.
Memang benar:
    Prinsip bisa berubah-ubah,
    tergantung posisi, situasi dan kondisi.
Termasuk di seminari ! [?] [!] ?

Breakfast, September ‘05
Meja no. 14

R.U.A 2

Maulid Nabi, diary, dan kami “merayakannya” dengan pesta demokrasi, Rapat Umum Anggota Sema SAAT. Agenda hari ini : Pembahasan dan Pengesahan koreksi/Usulan Pedas-Pepedas (AD-ART) serta Pemilihan Pengurus Senat.

Aku jadi ingat Boedi Oetomo dll. di tahun 1908 itu, diary. Mereka dan juga tahun-tahun itu merupakan tonggak momentum kebangkitan, benih kebebasan berorganisasi dan berdemokrasi di Republik ini. Kami bisa lakukan RUA pagi inisebagai buah-buah dari peristiwa-peristiwa yang memuncak tgl 20 Mei sembilan puluh lima tahun yang lalu itu. What Mr. Oetomo did had paved the way of democracy for us. I hope and pray that what we are doing right now will pave a better way for our next generation in this seminary.

Makin dipikir, makin mengharukan lo, diary. Gimana ngga’, bisa dibilang itu moment peralihan bangsaku masuki era yang lebih beradab; dari era perlawanan senjata ke era perlawanan politis, dari kultur adu otot ke kultur adu nalar. So, I see no reason not to feel indebted to and thankful to people/the leaders and the year of that 1908, meski di tengah keprihainanku melihat bayi demokrasi itu telah lewati masa usia kakek-kakek (95 th !) namun bagai kakek yang childish, bahkan autis!, karena kulihat keputusan2 penting bangsa ini masih sering merupakan produk2 pemaksaan individu/kelompok tertentu yang lakukan money-abuse dan power abuse.

Alot dan capek, perubahan Pedas-Pepedaspun belum bisa disahkan. Voting tak dilakukan, pilih reses hingga usai ujian. Beri kesempatan lobby-lobby, katanya. Aku ga tahu, diary, berapa grade proses demokrasi pagi ini (hingga siang) ini, tergolong level elementary, intermediate atau advanced. Yang jelas aku puas akan prosesnya, ada banyak suara, ada pro dan kontra, minimal ga seperti legislatif era Soeharto yang cuma seperti Paduan Suara.

Lucu juga sih, kami bergulat nalar berjam-jam untuk perubahan yang hasilnyapun ga ngaruh ke 4 generasi masta yang debat pagi ini.  Untung juga ga semua berminat besar terhadap detil-detil oraganisasional dan administratif. Kalo semua interest bicara, bisa 7 hari 7 malam RUA-nya. (trima kasih ya teman2 yang ga bicara tapi setia/tabah dengerin semuanya). Tapi ya itu, pembelajarannya yang indah. Ga soal jadi diubah atau tidak, akan kami coba lagi sepakati abis ujian. Andai disahkan pagi inipun menurutku justru cacat hukum produk keputusannya, karena tak dihadir Pembina.
Well, kita tunggu tanggal mainnya! Hidup mahasiswa !!!

Chapel SAAT,
Jum’at,  22 April 2005

R.U.A 1

Babak I
Rapat dibuka, senang. Pemilihan didulukan, girang
Suara dihitung, tegang. Iklim bersaing: sedang.
Pendukung yang punya semangat menang!

Nama diplesetkan, pamit pipis di depan (bangga nian).
Celoteh-celoteh nakal, penggembira terpingkal,
Harap tenang!”, tegur pimpinan sidang

Kandidat berdebar,
            Yang terpilih pucat, lemas, diam,
                        Perlu waktu amini realita mandat.
Selamat bertugas Pengurus Baru Senat,
Kalian pemimpin kami, kalian pelayan kami.
Untuk mereka Ya Tuhan, kami memohon berkat.

Babak II
Perubahan dibahas, turun minat
Pro – kontra bertebaran, hati mulai penat
Masing-masing merasa pakar, semua merasa benar
Adrenalin muncrat, suhu emosi meningkat
Masih wajar, tak saling damprat
(bisa dipecat jadi mahasiswa SAAT!) 

Hari ini demokrasi punya hajat, kemajuan Senat jadi tekat.
Tapi suara tak harus bulat, boleh sepakat untuk tidak sepakat.
Namun keputusannya mengikat, semua harus taat.
Indah nian cinta Tuhan sekaligus berbudi demokrat.

Di sini kita mendengar, didengar. Di sini kita menolak, ditolak.
Ada yang bicara, banyak yang diam; dua skill penting di ladang, perlu hikmat.
Proses alot ini membosankan, melelahkan, namun perlu dan bermartabat
Kelak sebanyak apa majelis atau sinode bersidang, kami tak akan tergagap

Hari ini Pendeta merasa paling bijak, paling berhak, paling wakili ide Tuhan.
Debat ini latihan kecil, namun peringatan besar:
Kelak kami tak boleh jadi suara tunggal!
Keputusan kolektif tak selalu benar,
Pun kehendak subyektif satu dua orang tak selalu salah.
Yang jelas proses lambat ini sehat, bermartabat:
cegah arogansi pemimpin Gereja masa depan.
(Katanya sih,... harusnya..., semoga!)

To be Continued...
Aula Andrew Gih, 22 April 2005

Keqi !

Pada para kurus aku keqi.
          Dekat mereka pertegas obesitas diri ini.

Pada para kurus rakus aku makin keqi,
          apalagi pada ciemei-ciemei berbody sedan
          tapi muatan truck, atau tiesung-tiesung imut
tapi porsinya amit-amit.

Mereka yang doyan makan, kambing hitamnya kami.
Mereka yang dikasihani, yang dituduh kami.
Padahal orang gemuk makannya cenderung hati-hati.

Aku mau dunia tahu kebenaran ini.
Aku ingin di ruang makan asrama ini
(juga di rumah-rumah pesta) ada peringatan ini:

          “AWAS SI KURUS RAKUS!”

Itu yang betul, bukannya awetkan prasangka
bahwa orang gemuk itu kurang penguasaan diri.
Huh, keqi!


Memikirkan Ulang Kerakusan: Kita biasanya mengasosiasikan orang yang rakus dengan orang-orang kegemukan dalam pesta pora Romawi kuno. Tetapi kita tidak bisa menilai kerakusan dari penampilan jasmaniah belaka. Beberapa orang gemuk “dikutuk” dengan masalah-masalah kelenjar sedangkan orang-orang yang sangat rakus lainnya “diberkati” dengan suatu tingkat metabolisme yang tinggi—sehingga mereka terlihat ramping dan kurus bahkan setelah terbiasa makan terlalu banyak.(Paul R. Stevens, Taking Your Soul to Work)

Asrama SAAT, Pebruari 2005
-Ruang Makan, Meja no. 18-

Kamis, 28 Juni 2012

Bapak Ibu Dosen

O, mereka itu seperti orang tua yang penuh cinta,
Yang siap menolong dan cukupi kebutuhan kita
Yang siap atasi segala kesulitan kita
Yang siap lakukan apa saja untuk anak-anaknya
Kecuali bicara empat mata dengan tidak tergesa
Karena mereka sibuk bekerja untuk Allah kita

Saya makin sadari saya (dan teman-teman di sini) butuh ngobrol, dari hati ke hati, dengan teman lain, dengan bapak-ibu dosen. Bapak ibu dosen sudah baik, sudah beritikad ramah, mau dekat, ingin terlibat. Tapi saya bisa berpikir realistis:
bapak-ibu dosen sibuk, saya sibuk
Bapak-ibu dosen bisa, saya tidak bisa
Saya bisa, bapak-ibu dosen pas tidak bisa.
(apalagi kelak di kampus baru dengan komunitas yang lebih besar lagi itu ya pak??)
                                                                                                                      

Catt:
-       Judul di atas bisa diganti “mahasiswa,” dan kata “orang tua” bisa diganti “anak-anak.”  Ini adalah gambaran betapa sibuknya kami di SAAT.  Waktu terlalu berharga bila “dibuang” untuk membangun relasi akrab dengan diskusi empat mata.  Kami adalah sekelompok orang baik dan penuh kasih yang terjebak oleh padatnya tuntutan mengajar-belajar  


Arief Margono 18, Agustus 2006

Bapak & Ibu Asrama

Hari-hari ini sibuk mereka:
tiga mahasiswa diopname,
tiga lagi harus tusuk jarum.
Mereka koordinator segala tetek-bengeknya.


Entah berapa lagi yang diberi jatah telinga mereka;
tentang keluarga
tentang relasi-relasi di asrama.
Mereka konselor dan fasilitator jalan keluarnya.


Bagi yang dekat mereka orang tua kedua,
sumber rasa aman di kala cemas dan duka,
penambah ceria saat gembira.
Bagi yang jauh mereka sarat misterinya,
bahkan bak lawan saja,
sasaran curiga, jengkel dan kecewa.


Yang pasti mereka bekerja, hadir bagi mahasiswa.
Meski sering tak kasat mata, terutama bagi kebanyakan kita
yang menyapa mereka hanya jika butuh ijin saja!


Menurutku itu salah satu pekerjaan paling sunyi di dunia,
sama seperti pendoa, rektor dan agen rahasia.
Semoga beliau-beliau punya cara menghibur dirinya:-).


Asrama SAAT, 31 Oktober ‘05
Ini penilaianku di semester 7
(di semester 1-2 buruk sekali citra mereka) 

Kelompok Tutorial

Itu kegembiraan dan kehangatan yang dangkal sekali.
2 minggu sekali, di luar itu kami kembali sibuk sendiri.


Tapi setidaknya...
Itu ingatkan bahwa kita tidak sendiri
Bahwa kita tidak perlu pikul beban kita sendiri
Bahwa kita harus belajar peduli


Tapi, setidaknya...
Itu adalah oase kecil yang cukup basahi hati
Di tengah padang belantara studi yang seringkali kering dan sunyi
Di tengah kerikil tajam dan udara panas relasi-relasi


Asrama, 15 Nopember 2005
Ini Kelompok Kecil lintas angkatan dipimpin seorang dosen

Rabu, 27 Juni 2012

Gita Asmara di Asrama

Kisah-kisahnya seru juga
interkom  dan com.book sarananya1
box loker2 kotak posnya
Kamis dan Sabtu ajang temu mesranya
          (dan temu tengkarnya)3

Ada cinta segitiga, segi 4-pun ada
rekan semasta maupun lintas masta4
Bumbunya adalah teguran bapak-ibu asrama
dan gerutuan teman asrama (kakak tingkat umumnya,
yang single tepatnyaJ)

Sangsinya tegas, PKM itu KUHP-nya,
tapi mahasiswa kasmaran selalu punya cara.
Pedoman Kehidupan Mahasiswa diplesetkan menjadi:
Perlu dilanggar dalam Kehidupan Mahasiswa J
Skors-pun jadi harga yang rela dibayar mereka.

Sekadar info:
Kisah-kisah patah hatinya lebih heboh
dari infotainmen di stasiun-stasiun TV kita.
Berlangsungnya rahasia, tentunya...
rahasia yang tercium oleh semuaJ.

Ini semua beritahu apa?
Ini: bahwa mahasiswa seminari juga manusia
Rohaniwan-rohaniwan muda inipun
seperti anak-cucu Adam di luar asrama sana.  

Ruang pingpong, Juni 2004
  1. Intercom = sarana tilp internal, antar gedung asrama putra dan putri. Com.Book = buku yang disepakati sebagai media komunikasi oleh 2 mahasiswa lawan jenis, menyiasati larangan percakapan “berbau asmara.”
  2. Box-loker = kotak surat yang disediakan sekolah, tiap mahasiswa punya kotak surat pribadi yang penggunaannya bisa multifungsi.
  3. Namanya ATM = Ajang Temu Mesra, entah siapa yang bikin istilahnya, itu momen yang “dianugrahkan” pihak sekolah untuk berbincang berdua di meja ruang makan. Rata-rata tiap semestar ada 5-6 pasang.
  4. Masta = angkatan

Pacaran di Asrama

Sejak semester pertama mulai terasa,
tingkat dua makin deras alirannya,
tingkat tiga muaranya, saat buka meja.[1]
Perjalanan panjang dan menegangkan untuk
sebuah perahu cinta (belum bahtera!),
seperti ikut arung jeram saja.

Curi-curi pandang, curi-curi memberi, curi-curi menggoda.
Curi-curi bicara lama, hingga dinding-dinding asrama ikut ramai bercerita.
Tapi makin nekat saja, ambil resiko dipanggil bapak-ibu asrama,[2]
ada yang kandas terhempas, ada yang sukses tinggal landasJ.


Hingga ijin ATM tiba, aduh leganya…
ATM perdana dirayakan teman semasta, ATM berikutnya digoda-goda.
ATM terakhir (alias PHK) tak ada perayaan, tak ada saksi mata.


Ya, Kamis sore dan Sabtu pagi itu begitu dinanti, tapi kadang dibenci.
Meja-meja ruang makan itu saksi bisu mesra dan tengkarnya sepasang cucu Adam
merekam kisah-kisah maniz dan pahit pemuda-pemudi sepanggilan,
yang sekadar ingin serius menjajaki apakah si dia penolong sepadannya.
Ini bukti bahwa mahasiswa teologi juga manusia, punya dosa dan CINTA !


Ruang pingpong, Juni 2004
ATM = Ajang Temu Mesra, entah siapa yang bikin istilahnya, itu momen yang “dianugrahkan” pihak sekolah untuk berbincang berdua di meja ruang makan. Rata-rata tiap semestar ada 5-6 pasang.


[1]Sejak 2006 direvisi, tingkat II sudah boleh
[2]jika beruntung dan cerdik seperti ular-tulus seperti merpati, BpkIbu asrama bisa jadi BpkIbu asmara, he.he.he. 

Selasa, 26 Juni 2012

Belajar di Asrama

Kami orang-orang produktif, efektif
Sibuk[1] itu prioritas utama, belajar nomor dua
Maka sibuk harus didahulukan, sibuk harus
teratur, sudah ada jadualnya,
sudah jelas tempat dan waktunya

Belajar itu cukup mendekat ujian saja
itupun bisa di mana saja, bisa kapan saja,
seperti:
di chapel, saat kebaktian dan persekutuan doa
di ruang makan, saat makan bersama,
di common-room bila larut tiba, saat tenaga tinggal sisa-sisa
Atau sambil senam di Senin pagi itu, saat
Dicky dan Pak Elisa sibuk menghadap sana,
kita sibuk menghafal lembar-lembar kecil yang sudah
disiapkan sebelumnya

Well, fakta ini menurutku salah satu keajaiban dunia!!

Arief Margono 18, Maret 2003
Sebelum masuk SAAT aku sungguh mengira ritme di asrama itu seperti di biaraJ


[1]Urusan tugas-tugas kuliah dan pelayanan 

Pembalap di Asrama

Rossi, itu nama baptis kita
Schumacher, itu nama belakang kita
bangun tidur langsung tancap gas
dari etape jadual satu ke deadline berikutnya
rutenya menanjak berliku, mesin gigi satu melulu
siesta dengan berat hati, hanya bila otot memaksa
quiet time, chapel pagi-malam, itu pit-stop belaka
sejenak diam, mesin tetap siaga, melaju lagi dengan segera

Seringkali tanpa tegur sapa
prioritas bukan pada interaksi dan relasi
target angka dan posisi jadi ambisi utama
tak heran mata mudah pedih
tak heran suka cita gampang menguap
tak heran kesegaran rohani cepat terhisap
karena pelit sediakan hati dan waktu khusus
berbincang serius dengan Juru Selamat, Sang Kristus

Ah, harusnya kami bisa menikmati
anugrah studi dan hidup yang Engkau rahmati ini.

Awal Mei 2004,
Menjelang UAS

Senin, 25 Juni 2012

Perjamuan (Karet) Kudus


Sudah 45’ molor, 8 pasal kubaca, menanti…
Organis telah kehabisan lagu-lagu pengulur waktu
Jemaat yang khusuk mulai resah, sinis, kasak-kusuk,
nyanyikan lagu-lagu dipandu organis dengan lirih, lesu.
Mimbar masih kosong, seperti rumah ditinggal penghuninya.
Kelambu penutup ruang konsistori masih membisu,
tak ada tanda-tanda para pelayan muncul dari situ.
Roti dan anggur sedari tadi siap, masih tertutup rapat,
menanti dipecahkan, dicurahkan dan dibagikan.
Kesalahan teknis apa gerangan yang menunda Gembala Agung menjamu domba-domba-Nya yang lelah ini?
Apa penilaian-Nya atas gembala-gembala kecil berstola ungu itu?
“Wahai hamba-Ku yang malas dan tidak setia”?

                                      Alor, praktek 2 bulan kedua,
Minggu Perjamuan Kudus, 12 Juni ‘05

PUNCTUALITY

di matiku, jangan ada yang menunggu
aku mau kebaktian duka yang tepat waktu
pihak gereja harus pastikan itu
bukankah itu acaraku? aku berhak tuntut itu

gemas aku dengan budaya molor bangsaku
sakit hatiku amati rekan-rekan pelayananku
        yang tak cakap hitung waktu, abaikan
        gerutu jemaat & rekan di waktu-waktu lalu
acara pukul 7, mandi jam 7 kurang 7
“yang lain pasti juga telat,” bantah mentalitas seperti itu.
mana boleh hamba Kristus seperti itu!

Temanggung, 10 Juli ‘04 (praktek 2 bulan pertama)
Rumah Persemayaman Dono Praloyo
Kebaktian Penghiburan molor 1 jam.

Minggu, 24 Juni 2012

Vision of the Cross 6

Ia menatapku terakhir kalinya
pagi ini, dan berkata:
Di luar sana dan di dalam sini
tak ada bedanya untukmu
Karena Aku tetap ada
di dekatmu, bersamamu
Hal-hal yang kamu lakukan dan
menyakitkan Aku di dalam sini
akan sama menyakitkan Aku ketika
kamu lakukan di luar sana
Dan hal-hal yang sukakan Aku darimu di dalam sini,
akan menyukakan Aku di luar sana.
Pilihan tetap ada padamu sepenuhnya
Ingat saja: di hadapan-Ku,
kamu di luar sana atau di dalam sini
tak ada bedanya!

Aula Andrew Gih, Friday, 24 February ‘06

Besok aku mudik, libur 1 minggu
sebelum masuk ladang praktek 1 tahun.

Vision of the Cross 5

Hari ini khusus.
Kutanya: dengan cara apa Engkau merangkulku?
Jawab-Nya: amati aula ini, ada apa saja?
Ada mimbar di depan salib besar itu, hitam dan besar
yang bikin pengkotbahnya gemetar: sahutku.
Jelas-Nya: benar, dengan kotbah, dengan Firmanlah Aku merangkulmu. Ada apa lagi?
Kataku: O, sisanya cuma teman-teman dan dosenku
Tepat sekali, seru-Nya, melalui mereka semua Aku merangkulmu:
kupinjam tangan mereka untuk memelukmu,
kupinjam tanganmu untuk memeluk mereka.


Aula Andrew Gih, 12 Nop 2005
Chapel Pagi di hari ultahku

Vision of the Cross 4

Pagi ini ia nampak anggun dan cantik
Tinggi semampai bak peragawati
Tapi ia mengeluh:
          Aku didandani
          Aku jadi dekorasi
          Aku sebatas asesori
Sesungguhnya aku bersalut debu
Sesungguhnya aku berlumur darah
Aku ingin dipikul, bukan dipajang
Aku mau isi, aku mau hati
bukan perayaan tanpa koreksi diri
bukan pakaian baru dan warna-warni
tanpa tekat yang suci.

Aula Andrew Gih, Pagi Natal 2006

Vision of the Cross 3

Barusan ia berbisik padaku:
Aku hanya ingin almamatermu ini
tetap jadi seminari, bukan pabrik hamba Tuhan.
Bukan mesin produksi massal para jagoan mimbar.
Melainkan bengkel tukang periuk,
olah tanah liat atau bejana remuk,
jadi bejana indah dan utuh,
dengan kualitas rohani maupun pribadi,
para pengkotbah sekaligus pembasuh kaki.

Aula Andrew Gih, Desember ‘06
Penutupan Semester

Vision of the Cross 2


Pagi ini ia nampak garang.
Sombong, jual tampang?
Bukan, ia tampil tegas.
Tandaskan beda yang jelas,
bahwa ia kudus, aku najis

Pilih dosa itu rusak persekutuan:
karena aku abaikan Tuhan,
tak pedulikan Tuhan
tak sertakan Tuhan dalam pengambilan keputusan
padahal Ia yang setia sertai sepanjang jalan
karena aku merasa hebat,
tertipu telak oleh keindahan yang nampak
terpesona oleh apa yang dukakan hati Sang Bapak.

Aula Andrew Gih, 6 Februari ‘06

Vision of the Cross 1

Kulihat salib itu. Ya, kayu melintang itu
kutatap lekat, kunanti, kuresapi pengaruhnya di hatiku
Ingin bicara apa ia padaku?
Ia bicara tentang tubuh yang pecah, remuk
Ingin sampaikan apa ia padaku?
Suara lirih itu terdengar di kalbu:
“Aku sangat mengasihimu.”
I’m crazy about you.”

Yang ini kayu kasar, kali lain kristal berkilauan.
Tak soal, karena hanya ada satu pesan:
pesan darah! Bukti sumpah menuntut sumpah
Untuk gereja, bangsa dan dunia ini kasih kita tercurah
Meski darah kita harus tumpah!

Lihat, tatap salib itu lekat,
Ya, kayu itu teregang, sebagaimana tubuh-Nya teregang
Ia ingin memeluk, tapi tangan-Nya mereka paku
Ia ingin dipeluk, tapi yang ditebus tak mau
Wahai, bukankah penebusan telah usai?
Mengapa tangan-Nya masih dipaku? Olehmu, olehku! 

Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya,dan orang jahat meninggalkan rancangannya;baiklah ia kembali kepada TUHAN,
maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita,
sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Yesaya 55:7

 Aula Andrew Gih, Pembukaan Semester, 21 Jan ‘06

Sabtu, 23 Juni 2012

Masturbasi di Seminari [?]

Seharian kemarin padat pelayanan
Semalam lelah, merasa kosong, labil
Semalam serangan datang
Semalam rapuh, rentan
Semalam bergumul,
Semalam mengaku lemah
Semalam berdoa
Minta mimpi basah

Dan...
Pagi ini basah, meski tanpa mimpi
Trima kasih Bapa
Pagi ini tanpa tekanan
Pagi ini hati suci dan riang.

Asrama SAAT, Senin, 27 Agustus ‘05
Semoga jalan setapak peperangan seksual ini berbuah hikmat & wibawa saat mendampingi remaja-pemuda di pelayanan ke depan.

Jumat, 22 Juni 2012

Meja Kamarku

Kupilih yang di pojok, dekat nako, selalu
Kayu coklat berlaci dan rak buku
Itu bilik doa bagiku, karena sulit temukan tempat sunyi
          di asrama ini saat kau ingin sendiri.
Semua ruang dan tiap sudut di kampus ini adalah ruang publik,
          ada saudara-saudaraku di situ.
Bahkan di kamarpun selalu ada yang menyapa,
bercanda, bertanya, ajak bicara.
Maka hanya dengan duduk dan pejamkan mata
di sini sajalah aku dibiarkan sendiri

Meja ini saksi salehku, temani seru doaku
Ironisnya, ia sekaligus juga saksi dosaku,
Kala tengah malam atau subuh kunyalakan lampu,
langgar aturan, dengan sengaja, tanpa takut atau malu.
Dari meja yang sama, aku berdoa dan berbuat dosa.

Arief Margono 18,
Medio April 2005

Kamis, 21 Juni 2012

Jaman Hakim-Hakim di Asrama

Aku menyebutnya masa inter-testamental :-)
Itu masa liburan, para dosen pergi semua
Penduduk asrama tinggal seperenam,
bahkan pernah sepersepuluh saja.
Good bye jadual & aturan, mood didaulat jadi komandan.
Itu masa mahasiswa berbuat apa saja yang dipandangnya baik:
mau bangun pagi atau siang kek,
mau mandi atau nggak kek
mau makan di ruang makan atau di kamar kek,
mau saat teduh atau nggak kek,
mau kerja lantai waktu pagi, siang atau malam kek,
mau nyuci baju malam hari kek,
matiin lampu kamar atau benderang sepanjang malam kek,
mau HP-HP-an kek...ups!...

Ternyata nggak beda;
Liburan di rumah ngaku ga disiplin SaTe,
yang di asrama juga sulit SaTe.
Yang liburan di rumah bawaannya malas,
Yang di asramapun disiplin sulit dijaga.
Ini tanda apa? Pesan apa??
pesan gagalnya kesalehan pribadi yang dilembagakan,
disiplin rohani yang dibingkai peraturan, diseragamkan,
pendekatan wajib-kolektif yang kerap tak bisa diandalkan.
Membangun spiritualitas atau disiplin rohani pribadi
berbasis kesadaran, itu yang kita butuhkan, kawan!
How? Sayang aku tak (belum) punya saran...:-(

Libur natal 2005 à tahun baru 2006
Lampu asrama wajib mati pkl 22.30; Di masa itu HP merupakan “barang haram”

Rabu, 20 Juni 2012

Jejak Dosa Masa Praktek

Hari ini dengerin encim aktifis, pengurus doa pagi.
Omongin kejelekan mahasiswa praktek yang lalu-lalu:
persaingan mereka berebut pemudi gereja,
tabloid porno yang mereka baca,
karakter mereka yang tolak teguran orang tua
dll.

Hari ini mereka yang ‘dirasani’ encim sudah lulus, sedang pelayanan.
Hari ini mereka dipakai Tuhan, smoga memperkenan hati Tuhan.
Hari-hari itu mungkin (smoga) mereka sekadar khilaf, sedang lemah iman.
Hari ini reputasi mereka bersih, dan sangat mungkin sudah sadar,
sehingga Allahpun telah ampuni dan lupakan.
Tapi siapa yang bisa hapus jejak-jejak dosa mereka,
di kota ini, di gereja ini, di kepala encim ini???

Jejak apa yanag akan tertinggal olehku di sini?
Tahun-tahun depan tetap akan ada mahasiswa praktek,
kisah apa yang akan diceritakan encim ini tentang aku
hari-hari itu? I’m not so sure...
So help me God.

Temanggung, 8 Juni ‘04

Malam Kesaksian 1

Jumat malam itu waktunya file-file dibuka:
Kisah pertobatan;
rasa kehilangan;
penemuan-penemuan tentang diri;
pemulihan: iman, kesehatan, relasi;
kata-kata pamitan

Air mata syukur, senang
Air mata kantuk, bosan
Kisah pendek kisah panjang
tentang duri-duri dalam daging kita
tentang pahlawan-pahlawan di sekitar kita
di keluarga kita

Berbagai warna benang kesaksian
beragam corak anyaman
persembahkan sebuah gambar besar: T U H A N
yang hadir, peduli dan menjawab doa !

Jum’at, 18 Nov ‘05
Tempatnya di ruang perpus lantai 2.