Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Kamis, 30 Agustus 2012

Soekarno Bukan Tuhan; Allah bukan Super Junior

Refleksi:

Tadi pagi seorang teman yang sedang mengumpulkan data untuk sebuah riset berbagi kisah-kisah tentang Soekarno, yang belum pernah kudengar. Kupikir-pikir, kagum juga aku dengan sejarawan yang fasih ungkapkan sisi-sisi pribadi tokoh besar yang jarang diketahui publik, seolah mereka mengenal sang tokoh secara pribadi.
Tiba-tiba teringat pula cerita seorang rekan tentang keponakannya yang sangat mengidolakan boy-band asal Korea, Super Junior, dan selalu up-date informasi terbaru tentang setiap personelnya. Saking gandrungnya, sampai-sampai ia mengubah penampilan rambutnya sesuai gaya rambut yang disukai salah satu personil SuJu. Dan ia bertekad bisa bertatap muka dengan artis idolanya dan memamerkan gaya rambutnya itu saat konser mereka di Indonesia.
Dua ingatan beruntun ini menyentilku malam ini, saat menatap langit-langit kamar karena tak bisa tidur sementara anak istri sudah lelap sedari tadi. Ya, dengan sadar sebetulnya aku sedang memperlakukan Tuhan seperti pahlawan bangsa atau artis idola. Kurang lebih seperti itu. Apa persamaan sejarawan dan penggemar SuJu itu? Ini: pertama, keduanya sama-sama mengagumi, tahu banyak dan bisa bicara banyak tentang sang tokoh atau sang artis, namun tanpa pernah bicara langsung dengan sang tokoh atau sang artis. Kedua, sang tokoh dan sang artis tersebut tidak mengenal mereka!
Mirip seperti itu yang terjadi padaku beberapa waktu lamanya ini: aku banyak membaca tentang Tuhan, banyak menulis berbagai aspek tentang Yesus, dan sangat mengagumi-Nya. Namun terlalu sedikit minatku dan usahaku untuk bicara langsung dengan-Nya dalam doa. Padahal Tuhan bukan pahlawan bangsa yang sudah almarhum, Ia Tuhan yang bangkit, Allah yang hidup yang bisa diajak bicara. Padahal Ia bukan artis idola yang tak mungkin bisa mengingat ratusan ribu fansnya, melainkan Ia adalah Allah yang lebih dulu mengenalku, lebih dulu menganggap penting kehadiran dan peranku (Maz 139:13,16).
Ia bahkan Allah yang ingin berelasi pribadi denganku dan ingin aku mengenalNya secara pribadi. Ia bahkan Pencipta yang berinisiatif tatap muka dan berbincang karib denganku, Allah yang kudus yang tetap menyambutku meski kerap aku tak berdandan dengan kesucian. Pendek kata, Ia bukan tokoh bangsa yang sudah almarhum, bukan pula idola yang jauh. Ia Pribadi yang selalu hadir, sama sekali tak jauh dari diriku, bahkan memperkenalkan diriNya kepadaku sebagai seorang Bapa, sahabat dan kekasih jiwaku.
So, malam ini aku dirundung sesal dan malu. “Ampuni aku Tuhan.” Apalagi mengingat selama ini Ia terus saja setia melindungi dan mencukupkan berkat. “Tolong bangkitkan gairahku mendekat dan bicara banyak denganMU, Tuhan. Entah gimana caranya, jauhkanlah penghalang-penghalang minat dan waktuku untuk berbincang langsung denganMU dalam doa. Amin.
Doaku juga buat kalian, kawan. Kesibukan sehari-harimu bukannya tidak penting di mata-Nya. Semua itupun perkara indah dan kudus di hadapan-Nya. Hanya, kita perlu terus diingatkan, bahwa waktu-waktu yang kita pakai untuk memberi perhatian kepada Allah itu sesungguhnya menentukan puas bahagia kita dalam menjalani tugas-tugas kehidupan. Ayo bicara denganNya, kawan! Mari banyak berdoa! Bapa Sorgawi kita belum dan tidak akan almarhum, dan kita bukanlah penggemar, melainkan anak-anak terkasih dari Allah Tritunggal yang Esa dan Yang Akbar itu!

Yeremia 1:5
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Wahyu 3:20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Tangerang, 30 Agustus 2012, pkl 02.00 WIB,
Insomnia, kucoba banyak bicara dan bertanya kehendak-Nya

Minggu, 19 Agustus 2012

Injil Bagi Yang Tak Bisa Mudik & tak Bisa Beli Baju Baru

Refleksi:

Tadi malam saat takbiran ternyata mall penuh sesak. Dari parkirannyapun sudah nampak. Aku bilang ke istri, “Rupanya yang ga mudik pelampiasannya ke mall.” Bisa ditebak, konter baju banyak diserbu. Tua, muda, besar, kecil, semua memburu pakaian gebyar-diskon. Sementara itu TV terus siarkan berita seputar arus mudik. Diperkirakan 2,5 juta kendaraan roda dua keluar dari Jabodetabek menuju kota asal masing-masing. Belum lagi kendaraan roda empat. Dua fenomena ini, belanja baju baru dan mudik, menggodaku untuk merenung lebih jauh: Apa esensi mudik? Apa esensi pakai baju? Salah satunya ini, kawan:
Secara mendasar, mudik itu “pulang ke rumah.” Dulu kita tinggalkan rumah orang tua kita, untuk kuliah, kerja, merantau ke luar kota, luar pulau bahkan luar negri. Rasa rindu terbangkan angan kita ke kota asal kita, ke rumah bapa-ibu kita. Kenangan-kenangan yang baik dan indah membuat kita ingin kembali ke sana, seakan kita ingin mengulangnya. Itu sebabnya saat liburan kita punya naluri pulang ke sana. Kita merancang waktunya, kita menabung dananya, kita persiapkan segalanya. Bahkan, bagi yang tak kesampaian pulang seumur hidupnya, ada yang minta dikuburkan di sana! Jadi, “rumah” itu mewakili segala hal indah di masa lalu yang dirindukan hati kita. Ia mewakili hasrat kita berjumpa dan dekat kembali dengan asal muasal kita, dengan situasi dan kondisi asali kita. Itulah sebabnya kita mudik, untuk pulang ke “rumah.”
Lalu soal pakaian, mengapa kita merasa perlu pakai baju (dan senang sekali beli baju baru)? Karena malu telanjang? Itu baru sebagian alasan, menurutku. Buktinya, di kamar atau saat sendirian, bahkan saat cuaca panas dan lebih nyaman jika telanjang, tetap saja kita lebih senang pakai baju. Maka motif etika bukan satu-satunya. Yang lebih mendasar adalah: ada naluri bahwa kita belum merasa cukup dengan tubuh kita ini saja. Sebagai gambar Allah, pengemban citra Allah yang telah cemar dosa, kita telah kehilangan kemuliaan. Kita membawa beban perasaan ketidak-utuhan. Kita punya naluri bahwa diri kita diciptakan lebih dari keadaan yang sekarang ini.” Kita butuh ‘sesuatu yang lebih’ dari keberadaan kita saat ini.” Pakaian itu mewakili ‘elemen tambahan’ yang perlu dan rindu kita kenakan agar merasa utuh menjadi manusia.
Dan ternyata ada dasar alkitabnya untuk menduga motif seperti itu. Dalam 2 Korintus 5:1-5 Paulus juga menggunakan gambaran tentang ‘rumah’ dan ‘pakaian.’ Yang menarik, kedua metafora itu mewakili tubuh kita. Ya, tubuh badaniah kita. Sebagai pembuat tenda, Paulus menyebut tubuh jasmaniah kita selama di dunia ini sebagai ‘tenda’ dan memberitakan kabar baik kepada jemaat Korintus yang pada zaman itu masih banyak yang tinggal di rumah tenda (belum mampu punya rumah gedung), bahwa Allah telah menyiapkan “rumah’ buat mereka di sorga (ay 1-2).  Paulus juga menggambarkan tubuh jasmani kita sebagai “pakaian,” dan secara jelas ia menyebut bahwa kita punya keinginan mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan yang lama (ay 3-4). Artinya, kita semua tidak ingin berada dalam kondisi ‘tanpa pakaian’ (un-clothed) melainkan punya naluri atau harapan untuk semakin lengkap berpakaian (more fully clothed).
Apa artinya? Pesannya kedua metafora itu sama, yakni Paulus sedang menegaskan bahwa baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, jemaat akan memiliki tempat tinggal, punya tubuh jasmani, juga bahwa di dunia ini maupun di dunia yang akan datang mereka ‘tidak akan telanjang,’ artinya eksistensi mereka tidak akan berwujud roh tanpa tubuh (disembodied soul), melainkan roh yang mengenakan ‘pakaian.’ Dan kabar baiknya adalah, rumah dan pakaian mereka yang baru itu tidak akan fana lagi, melainkan besifat baka. Kabar baiknya adalah, tubuh jasmani yang sudah disiapkan Allah dan masih tersimpan di sorga itu,  jauh lebih baik dari tubuh jasmani mereka saat ini, karena tidak bisa rusak atau hancur, artinya bersifat kekal.
Ini adalah injil, kabar baik bagi orang yahudi yang merindukan tubuh yang baru, yang sangat menantikan tibanya waktu kebangkitan orang mati di akhir zaman. Ada ‘rumah’ atau ‘pakaian’ yang lebih baik yang sedang Allah simpan di sorga dan kelak akan dikeluarkan Allah dari sana untuk dianugrahkan bagi kita ketika akhir zaman tiba, yakni di kota Allah yang turun dari sorga ke bumi, saat langit dan bumi telah dibaharui dan menyatu kembali, saat Allah akan diam bersama umat-Nya untuk selamaNya (lih Wahyu 21-22). Di situlah terulang lagi ‘rumah masa lalu” kita, teralami lagi kondisi asali kita seperti di taman Eden sebelum dirusak oleh dosa.
Dan injil atau Kabar Baik bukan main-main garansinya: pertama, Roh Kudus. Di ay 5 Paulus mengulang yang dia umumkan di pasal1:22, bahwa Roh Kudus yang dianugerahkanNya pada kita saat ini adalah meterai, jaminan dari dunia baru, dari kehidupan baru, dan dari tubuh baru yang kelak pasti datang itu. Rumah dan pakaian kita saat ini merupakan antisipasi, persiapan kita memperoleh tubuh kebangkitan kita kelak itu. Garansi kedua adalah kebangkitan Yesus sendiri. Dalam 1 Kor 15 Paulus panjang lebar menjelaskan bahwa kebangkitan Yesuspun merupakan buah sulung, sebuah fase pembuka yang pasti berujung pada fase kebangkitan kita. Kedua garansi ini menjamin bahwa rumah dan pakaian kita saat ini adalah bayangan, cicipan atau apalah namanya, yang mewakili ‘sesuatu yang lebih’ itu, yakni ‘rumah’ dan ‘pakaian’ yang kekal yang disiapkan Allah bagi kita itu.  Injil yang luar biasa bukan??!!
Injil ini untuk semua orang, tapi pasti lebih terdengar indah di telinga mereka yang tidak bisa mudik, pasi terasa lebih menghibur hati mereka yang tidak mampu beli baju baru. Alkitab janjikan sebuah ‘rumah’ yang lebih baik, pakaian yang lebih lengkap dan nyaman, yang saat ini masih disimpan-Nya di sorga. Di dalam Kristus, kelak ‘rumah’ dan ‘pakaian’ itu akan menjadi milik mereka. Wartakanlah kabar baik ini, kawan!

1 Kor 15:20-23
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.


NB: Jika injil seperti ini tidak terasa sebagai Kabar Baik buat Anda, mungkin karena dua kendala ini, kawan:
1.    Memang tidak mudah membayangkan seperti apa ‘rumah’ atau ‘pakaian’ yang menanti kita di sorga itu. Namun tubuh kebangkitan Yesus dipandang oleh Paulus dan tokoh-tokoh jemaat mula-mula sebagai model atau prototipe tubuh kebangkitan kita kelak. Tubuh kebangkitan Yesus punya kemiripan dengan tubuh-Nya saat sebelum mati (ada lobang di tangan dan lambung yang bisa dijamah Thomas), tapi juga punya perbedaan cukup besar, sampai-sampai para murid tidak mudah segera mengenali-Nya, dan juga bisa menembus dinding ruangan terkunci di mana para murid bersembunyi itu. Maka seperti itulah tubuh kebangkitan kelak, dalam beberapa hal akan mirip dengan tubuh kita yang sekarang, namun sekaligus sangat berbeda dalam banyak hal lainnya. Yang pasti, tubuh alamiah kita dan tubuh rohaniah kita akan sama-sama jasmaniah!
2.    Karena banyak kotbah maupun buku telah membuat banyak orang kristen berpikir setelah mati mereka akan memperoleh hidup kekal yang artinya tinggal bersama Allah selamanya di sorga, dan dalam bentuk roh pula, tanpa tubuh. Padahal, Perjanjian Baru kita lebih menekankan ‘sorga’ itu bukanlah tempat kita pergi setelah mati, melainkan lebih menggaris-bawahinya sebagai tempat di mana Allah menyimpan tubuh kebangkitan kita, tubuh rohaniah kita yang jasmaniah namun bersifat kekal.
PB menyebut setelah mati kita akan ‘bersama Tuhan kita di sorga.” Tinggal di sorga bersama roh orang-orang kudus di hadirat Tuhan kita tentu membahagiakan, tapi roh-roh orang kudus itupun masih merindukan datangnya ‘sesuatu yang lebih’ itu. Mereka belum puas menyembah Allah dalam eksistensi roh tanpa tubuh. Mereka ingin menyembah Allah sebagai pribadi yang utuh, sebagai pribadi yang dibaharui sepenuhnya oleh Allah, yang memiliki baik roh maupun tubuh.
Itulah sebabnya, mengapa keberadaan kita yang sementara di sorga itu (yang oleh para teolog disebut intermediate state itu), bukanlah fokus utama Perjanjian Baru kita. Hanya sedikit sekali ayat yang menyinggung tentang kondisi intermediate state ini. Mengapa Alkitab sunyi senyap tentang kondisi kita di sorga ini? Ya karena memang pengharapan kristen bukanlah sekedar roh kita pergi ke sorga dan bahagia di sana, melainkan bahwa roh kita akan dipersatukan lagi dengan tubuh kebangkitan kita
Dan setelah roh kita bersatu lagi dengan tubuh kita, di mana tempat tinggalnya? Pastinya bukan di sorga, kawan! Sorga hanya cocok untuk makhluk roh saja, seperti para malaikat. (Yang ini akan saya tulis lebih panjang lebar di refleksi berikutnya, dengan judul: Injil Bagi Para Pencinta Alam & Bagi Orang Kristen Duniawi).

Tangerang, Idul Fitri 1433 H, 19 Agustus 2012
SaTe on 2 Kor 5:1-5

Senin, 13 Agustus 2012

Serenity

Sendiri namun tak sendirian,
Terpejam, namun jelas melihat.
Senyap, namun tak lelap,
Diam, namun jelas bercakap!

Rasa sepi yang penuh keindahan,
Rasa haus yang mereguk kepuasan,
Rasa lapar yang berujung kenyang.

Itu seperti pohon yang di tanam di tepian air.
Tegar dan segar, di segala musim kehidupan!

Mari datang, undangan selalu berkumandang.

Mazmur 107:8-9
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia, sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.

Yohanes 6:35
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Wisma Sarfat, Batu.
Kamis, 31 Mei 2007

Jumat, 10 Agustus 2012

Balapan

Di hari Eden cemar,
sejak itu sesama jadi rival,
hidup jadi lintasan balapan,
tepuk tangan dunia jadi sandaran.

Hikmat bijak ini kita perlu, kawan:
Ambillah waktu melambat, jangan melulu tancap gas.
Kita tak pernah tahu kapan hidup berjumpa tikungan.
Pelihara momen berhenti, istirahatkan bathin dan badan.
Sudah banyak celaka karena lelah turuti ketamakan.

Sebab nilai kemenanganmu bukanlah:
Uangmu
Jabatanmu
Gelarmu
Sehatmu
Popularitasmu
Bukan pula sumber bahagiamu, melainkan:
    Percayakan diri di bawah kepak sayap Tuhanmu
       Fokus yang tertuju pada Juru Selamat di depanmu.

Tanpa Dia kamu pasti lepas arah dan kalah telak.
Suksespun nikmatnya sesaat, berujung sesal terlambat;
ternyata selama ini berpacu di lintasan yang salah,
dan mengejar mahkota juara yang salah!

Yeremia 12:5
"Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?

Yesaya 30:15
Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."

Ibrani 12:2
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Wisma Sarfat, 31 Mei 2007
Teringat para pendatang baru:
Lewis Hamilton di F1, Casey Stoner di Motor GP

Mengecap Jejak Berkat

Seperti Yosua seberangi Yordan mendirikan batu,
dalam hening, ambillah momen-momen Yordanmu.
Kumpulkan dan dirikan batu-batu peringatanmu.
Dalam senyap, akui kuat tangan DIA yang menopangmu;
    membelah dalamnya beragam Teberaumu,
    sibakkan derasnya berbagai Yordanmu.
Dalam hormat dan syukur, kenang dan kecaplah pertolongan-Nya;
di sepanjang padang gurun studimu,
di riuh-reda badai rumah tanggamu,
di kerikil-kerikil tajam pekerjaanmu,
di pahit getir komitmen pelayananmu.
Lalu dalam diam, bersoraklah;
Pujalah Gembala Agungmu,
pujilah Juru Selamatmu,
Agungkan El Shadday-mu!

Yosua 4:20-24
Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! -- sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."

Wisma Sarfat, Junggo – Batu
Kamis, 31 Mei 2007

Kamis, 09 Agustus 2012

Sajak Remaja 2

Remaja

Kusuka kejujuran mereka:
ceria dan murungnya kentara,
minat dan enggannya mudah dibaca,
kagum dan bencinya sangat terasa

Remaja

Kusuka kejujuran mereka:
mereka tak pandai pura-pura,
topeng mereka sebening kaca
Tak heran kenakalannya jadi rahasia umum
Di seluruh dunia

Remaja

Mereka itu pepaya mengkal
Yang siap diiris, disayat
Dipotong, dihias, jadi apa saja

Remaja

Hidup ini kuabdikan
Untuk mereka


SAAT, Januari 2006

Rabu, 08 Agustus 2012

Sajak Remaja 1

Are You The One?
a teenager’s song

Who loves to talk to a youth like me?
Who cares enough to hear my story?
Who stands a long-term intimacy with me?
Saving me from self-pity, building my self-identity.

There are million souls like me
Lost in the crowd, dying in prosperity
Busy and lonely, lots of fun yet empty
Who’s entering our culture, friendly and prayerfully?

When God’s so distant and no one understand,
those moments of vulnerability, who’s my company?
Often I’m loosing focus and lacking purpose,
Who shows me the goal, remind me of the right priority?

            Will you be the one for me?
            Not an expert but a buddy
            Not a hero but a fellow
A brother or sister, sharing life with me
A living model for my journey to maturity,
An incarnate God to me.
Then surely I’ll be happy!

In the world full of hostility, I am desperate and angry
Need no more adults who neither neglect or exploit my potentiality
Long no more program but the right person in youth ministry
A friendly teacher, a true friend close to me.
             
Will you be the one for me?

Programs may reflect your creativity,
Style may reflect your personality,
But your life must reflect His plan and His love for me
The only approach that will work best in youth community

Will you be the one for me?

SAAT, December 2005   
Inspired by Bab III Skripsiku

Selasa, 07 Agustus 2012

I Have a Dream


I dream of...
or better, I plan my life...
 to take part in building a community of faith.
Community that live out the kingdom gospel,
embracing and spreading the Kingdom life-style.
for the glory of the risen King who's now & forever reigning
An organic and living church, a model before the watching world,
offering an example how to live more healtily and happily,
more harmoniously and peacefully....

To such purpose, such dream, such future, ...I will do in the present:
To set apart my life to teach (through my speech and writings),
and to be a living axample of God’s Kingdom values and life-style.
And to make disciples (students, graduates, church-goers)
whose humility, fidelity and passion
go beyond personal holiness;
disciples, whose daily simple words and deeds
give missional influence and social godliness
to others in their family and their community.

Please help me GOD.


(Malang, Agustus 2010)

Senin, 06 Agustus 2012

Puisi Konseling Pastorium

[Hasil konseling dengan Ibu Ayleen, problem pacaran dengan Lie Kian]:


Man without Boundaries

Kemana-mana bawa papan pengumuman:
“Wahai semua, silahkan datang!”
“Siapapun Anda, selalu ada bantuan!”
Mendengar dan memantulkan, tak ada ruginya bukan?!
Apalagi itu klop benar dengan kehendak Tuhan

Walau kadang kerepotan, kewalahan
Walau orang terdekat jadi terabaikan
Reputasi jadi berhala terpendam
 “No!” itu benar-benar tabu diucapkan

Memasuki dan dimasuki, itu kesukaan
Dilibatkan atau mengambil bagian, itu kepuasan.
Itu kekuatan, sekaligus kelemahan
Menolong tidak murni pelayanan,
melainkan suatu kebutuhan 
Kelak istri dan anak dirugikan
Tak mau berubah, tersisa 2 kemungkinan:
Mencari yang setipe, atau hidup melajang.


The Opposites

Aku ingin ia keluar, ia memintaku ke dalam
Aku ajak dia ke panggung, ia mau kami jadi penonton
Baginya sendiri itu energi, di kerumunan tangkiku terisi
Rumahku terbuka hingga ke kamar, ruang tamu dia itu batas maksimal

Extrovert tulen Vs introvert sejati, bisa diatasi
Lobang-lobang masa lalu perparah komplikasi
Satu asa tak kunjung muara:
Ia merindu diperlakukan spesial
Aku mengiba rasa percaya

2 tahun merajut tekat, jiwa semakin lekat
2 tahun lega dan luka berjalin erat
Tema yang sama, tak kunjung sepakat
Keputusan berat akhirnya dibuat

Bagiku sendiri makna keputusan itu masih pucat:
Entah sikap realistis atau pesimis
Entah ekspresi berani atau pengecut
Entah tindakan iman atau melancangi Tuhan
  

[Dari Cermin Konseling dengan Cie Marlina MK]:

Fireman
Memang dia begitu.... tapi....”
Fokus pada sisi baik orang, sekadar alasan
Perasaan negatif ditabukan, kemarahan ditekan,
Karena marah sama dengan jahat
Karena Mami tidak pernah marah dengan sehat
Maka “Orang baik itu tidak marah,” jadi semboyan
Akumulasinya jelas ledakan, ekspresinya tidak proporsional

Pemadam kebakaran, itu jadi peran
Api belum menyala pun aku sibuk duluan
Barusan disadarkan:
Bahwa tak semua kebakaran harus dipadamkan.
Bahwa ada kebakaran yang harus berani dibiarkan,
bahkan diciptakan!
Nopember 2005


Everytime You Go,
You take a piece of me with you!

Dalam tiap perpisahan, rasa kehilangan mendera sangat
Ternyata yang menghilang bukan kenalan atau sahabat
Dirikulah sendirilah yang terancam lenyap
Karena jati diriku dan tekat menjadi berkat begitu lekat

Berelasi dekat, terlibat, itu kekuatan
Tapi nilai diri yang bergantung pada pelayanan,
itu benang kusut masa lalu, harus diurai, digulung rapi dulu,
Agar siap merajut Injil dalam dunia ini, dengan lebih rapi, lebih indah
Agar bisa mengikat jiwa lebih kuat, pada Sang Juru Selamat.
Kamis, 10 Januari ‘06

Mami: an Enemy?

Mami is good, Mami is loving, Mami likes joking
She is smart, inisiative
Mami is hot-tempered, Mami is confronting, Mami is intimidating
She is ....immoral
Mami is ill badly, Mami is lonely, Mami has gone finally
Am I sad? Or happy?
The answer is still uneasy: I miss her but troubled by missing her
The mistery remains: She’s the one I love most or the one I don’t like .... most ?

Jum’at, 3 Februari ‘06

Minggu, 05 Agustus 2012

Hopeful Mind-Set

Perspektif:

“Tanpa pengharapan, ketenangan adalah semu[i]. Dalam pengharapan, kecemasan itu positif[ii]

Jakarta, Ramadhan 2012


[i] Ekspresi cuek, skeptis, fatalis!
[ii] Alami proses bergumul yang sehat, akan buktikan sendiri kasih Allah serta dapat kesempatan kenali emosi-emosi diri.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Shalom Mindset

Perspektif:
Tips Managemen Konflik:

“Ampuni aku[i], berkati dia[ii]
Tidakkah itu yang ingin
DIA dengar dari kita (selalu)?


- Jakarta, ramadhan 2012-


[i] Aku pasti punya andil salah dalam situasi konflik ini, TUHAN. Selidikilah hatiku.
[ii] Ia menjengkelkan, tapi aku percaya ia bisa bertumbuh, Roh Kudus-MU mampu & akan mengubah dia, TUHAN.

Jumat, 03 Agustus 2012

Injil Bagi Yang Takut Roh Halus bin Setan Gentayangan

Sisipan, minggu refleksi:

(Catatan: ini terjadi 8 th lalu, sengaja kusalin tanpa edit dari diary, biar lebih mencekam, biar Anda serasa nonton reality show Paranormal ActivityJ)

Enggan sendirian malam-malam karena takut setan? Aku tidak. Sejak dilanda cinta monyet waktu SMP aku jadi berani tidur di kamar sendirian, karena bisa bebas lamunkan si dia tanpa olokan kakak. Tapi terus terang semalam aku takut. Ya, aku mahasiswa SAAT, rohaniwan, ketakutan sekali. Ini yang kualami semalam:
Baru tadi sore aku tiba, memulai praktek 2 bulanku di gereja di kota kecil ini, yang ternyata baru beli sebuah gedung besar peninggalan Belanda untuk dijadikan pastori, yang belum sempat dibersihkan dan disiapkan dan dipasangi lampu, kecuali satu kamar saja, diisi satu ranjang besar dan 1 lemari, itu saja. Tanpa selambu di jendela besar menghadap halaman belakang yang luas. Di kamar itulah aku sekarang (hingga 2 bulan ke depan!).
Biar Anda paham benar, ijinkan kugambarkan lebih rinci lagi kondisi rumah besar ini dan lingkungan sekitarnya. Seperti umumnya bangunan Belanda, langit-langitnya tinggi. Bisa dibilang bentuk bangunan ini “U.” Ada 9 kamar, 2 di bangunan utama bersama ruang tamu, 7 memanjang ke belakang, menghadap halaman luas di belakang bangunan utama, di seberangnya adalah deretan 4 kamar mandi dan gudang. Kuperhatikan sebelah kanan rumah ini adalah gedung agak baru, kata sopir gereja, itu disewakan untuk resepsi pernikahan. Tapi malam ini tak ada acara, jadinya sepi, tanpa penghuni. Sebelah kiri rumah ini adalah gang kecil, tanpa penerangan. Depan rumah ini adalah jalan aspal, tapi relatif sepi, karena yang di seberang bukan rumah-rumah atau toko-toko, melainkan tembok belakang kantor Bupati, memanjang dari ujung jalan ke kanan maupun ke kiri. Kondisi ini saja lumayan bikin grogi, karena kalo ada penjahat, teriakpun bisa-bisa tak ada yang dengar suaraku.
Horornya, tembok belakang rumah ini nempel dengan kuburan kampung. Lebih horor lagi, ibu warung di pinggir jalan tadi bilang rumah ini sudah 6 tahun kosong, sulit laku sebelum akhirnya dibeli murah oleh gereja, karena angker. Anak si penghuni terakhir bunuh diri di salah satu kamar di rumah ini. Lebih horor lagi, ini malam Jum’at kliwon! Lebih parah lagi, aku masih diare, mencret-mencret sejak konser SAAT di Bandung kemarin itu, jadi alamat deh ke kamar mandi berulang kali, kamar mandi di halaman belakang itu, yang berjejer empat tapi cuma satu yang dipasang lampu itu. So, sempurna sekali alasanku untuk takut dan sedikit protes pada Tuhan.
Teringat sinetron pocong yang kebetulan kutonton di kamar hotel di Bandung, malam terakhir sebelum berangkat kemari, ditambah bau kemenyan yang kucium sekarang ini, ...ah, andai kakak tingkat yang praktek 1 tahun di gereja ini seorang tiesung, cowok, pasti aku sudah ngungsi ke pastorinya, masuk gang ke sana itu. Sebenarnya ada mahasiswa praktek satu lagi yang ditempatkan bersamaku di sini, dari UKDW, tapi ia memilih tidur di gereja malam ini, entah mengapa. Aku belum bersua, belum berkenalan pula. Aku berharap lampu kamar watt-nya lebih besar lagi, aku berharap ada pemuda yang ditugasi majelis untuk menemani, aku berharap ...ah, nyatanya aku sendirian saat ini.
Ini sudah jam 11, hampir tengah malam. Sudah 2 kali aku ke kamar mandi, kulakukan dengan tergesa sekali. Badan penat oleh perjalanan panjang tadi, tapi kantuk tak kunjung menghampiri. Tadi sudah kucoba buang takut dengan menata baju dan buku sambil menyanyi lagu rohani, setelah beres, takut lagi. Sudah kubaca pula satu bab buku Purpose Driven Life jatah esok pagi, mata masih nyalang. Berdoa? Sudah beberapa kali: Dear Jesus, You’re my Lord. You’ve conquered the Satan, aku berlindung padaMU.” Tetap takut...  Jurnal hari ini sudah pula kutulis, sambil mulut gumamkan lagu happy birthday  buat pacarku yang ultah hari ini, yang sedang praktek 2 bulan juga di sebuah Pantijompo di Semarang. Setelahnya, takutku kian menjadi, bayangin di kaca jendela tanpa gorden tiba-tiba muncul sosok perempuan cantik yang bunuh diri itu, yang kata ibu warung tadi suka tampakkan diri.
Jam 12 tepat. Kesabaranku habis. Ketakutan ini melelahkan sekali. Maka kutulis baris-baris “doa perlawanan” ini: “Aku takut, Yesusku. Tapi aku mau percaya, bahwa Engkau tidak akan membiarkan jika itu melebihi kekuatanku. Apapun yang akan kudengar atau kulihat malam ini, apapun yang terjadi, aku yakin Engkau mampukanku menanggungnya. Aku tidak akan menghindar, akan kuhadapi. Bukankah ‘dia’ yang harus takut padaku, bukan sebaliknya?! Kiranya imanku ini berkenan di hadapanMu. Amin.
Lalu aku buka jendela lebar-lebar, dan bicara ke arah halaman belakang yang gelap itu, “ Ayo, silahkan tampakkan diri!” Sunyi,...tak ada yang terjadi. Sengaja kuberlama di jendela, setengah ingin melihat panampakan, setengah ingin menaklukkan rasa takutku sendiri. Begitu kurasa agak “nyaman” dengan kegelapan itu, jendela kututup lagi. Lalu tiba-tiba muncul ide menggantung jas almamater di situ, menutupi kaca jendela itu. Setelahnya aku lega, lalu mengantuk, lalu tertidur.
Selesailah kisah hororkuJ. Bersyukur kulewati malam tadi dengan baik. Aku berhasil melawan rasa takutku sendiri. Bahkan saat ini sudah merasa bersahabat dengan “suasana angker” di rumah ini (maksudnya ga ngrasa serem lagi).
Mengapa aku berpanjang ria ceritakan pengalaman ini, kawan? Yah, selain karena belum pernah ceritakan pengalaman ini ke siapapun serinci catatan diary, aku juga ingin menegaskan ke kalian yang masih takut setan, bahwa aku tahu yang kalian rasakan, aku pernah berhasil menjinakkan rasa takut itu, sehingga aku merasa berhak dan sah menuliskan buat kalian berita alkitab berikut ini:
Markus 1:21-28

Banyak orang di dunia modern ini tidak percaya pada setan atau roh jahat dan menilai sinis orang yang kerasukan (menganggapnya penyakit syaraf atau kejiwaan tertentu), namun banyak pula yang mempercayainya, terutama orang timur, dan secara khusus orang Indonesia. (Yudi Latief, penceramah isu-isu politik dan kebangsaan itu pernah bilang bahwa orang ateis Indonesia bukan ateis murni, karena masih takut dengan Genderuwo dan KuntilanakJ).  Tapi manapun yang benar, Alkitab banyak mencatat Yesus mampu mengatasi kasus-kasus kerasukan ini. Salah satunya di awal Injil Markus ini.
Kejadiannya di rumah ibadah (sinagoge), entah di tengah acara kebaktian atau acara lain, karena sinagoge itu multifungsi. Tiba-tiba saja ada orang kerasukan dan mengoceh tak karuan. Pemandangan selanjutnya mencengangkan semua yang hadir: Yesus mengusir roh jahat itu! Pengusiran setan juga dikenal dalam praktek agama yahudi, tapi Yesus mengejutkan orang banyak karena  Ia melakukannya hanya dengan berbicara: Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (ay 25). Beda sekali bukan dengan cara “orang berilmu” yang berkonfrontasi dengan roh halus sambil memejam mata cukup lama, merapal doa atau mantra di tayangan-tayangan reality show TV kita itu?
Markus (dan penulis injil yang lain) hendak menegaskan bahwa Yesus melakukannya dengan otoritas yang ada dalam diri-Nya sebagai Anak Allah atau Mesias yang diurapi Allah, terbukti roh jahat itu mengenali siapa sesungguhnya Yesus dan tahu tujuan kedatangan-Nya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (ay 24). Peristiwa inilah pertama-kalinya Yesus dikisahkan mengusir setan. Dan di kayu salib Kalvari itu sesungguhnya Yesus menuntaskan apa yang Ia mulai di rumah ibadat di Kapernaum ini, yakni membinasakan roh jahat, setan, iblis, untuk selamanya.
Kawan, aku tidak menjamin malam-malam sendirian kita ke depan akan aman tanpa penampakan, tapi yang kujamin adalah ini: bahwa meski setan masih bisa meneror kita hari ini, namun sesungguhnya mereka tidak memiliki otoritas lagi. Karena iblis sudah kalah telak dan permanen ketika Mesias tersalib di Kalvari, dan mengulang kemenangan Allah atas setan itu adalah sesungguhnya tugas (sekaligus anugrah kesempatan) gereja, para murid Kristus di setiap generasi, tugasku dan Anda saat ini. Mengimani kebenaran ini adalah kunci kesaksian kita di tengah dunia yang seringkali takut dan putus asa menghadapi kuasa-kuasa jahat zaman ini. Dunia ini, walau nampaknya masih penuh teror iblis, sesungguhnya telah ditaklukkan oleh otoritas Allah di dalam Yesus yang penuh kasih. Wartakan kabar baik ini!

Temanggung, 28 Mei 2004
Jum’at Kliwon!

Kamis, 02 Agustus 2012

Injil Bagi Para Bayi

Sisipan, minggu Refleksi:

Pagi ini di keramaian jalanan menuju kantor aku melihat pemandangan berbahaya. Bocah mungil itu nyelip di antara dua orang dewasa yang berboncengan, bukan dalam posisi di tengah menghadap ke depan atau ke belakang di peluk ibunya, melainkan di paha kanan, menonjol ke samping kanan motor, dan posisinya menghadap ke samping, sehingga ketika aku menyalib, terlihat jelas wajah mungil yang manis itu menatapku, dengan pandangan setengah melamun.
Yang lebih mengejutkan, bocah itu tak diproteksi alat apapun yang menjaga keselamatannya, selain rangkulan satu tangan kanan ibunya (atau tantenya, atau siapapun itu), mirip orang merangkul galon kosong. Ingin kuperingatkan, namun laju kencang motor-motor lain di belakang tak memungkinkanku. Aku hanya bisa berdoa agar tak terjadi apa-apa terhadap motor dan bocah itu.
Wajah bocah itu, kawan, masih terekam jelas setibaku di kantor. Wajah percaya, pasrah secara positif, yakin dirinya sepenuhnya aman dalam pelukan satu tangan ibunya, atau orang dewasa lain yang dirasanya menyayanginya. Aku bertanya hal baik apa yang dunia (seharusnya) bisa berikan untuk mereka? Adakah kabar baik untuk mereka? Segera kuteringat sabda Yesus tentang anak-anak seperti bocah itu. Kubuka Alkitabku dan kubaca di sana kisahnya, di injil Markus 10:13-16:
Yesus memandang mulia keberadaan anak-anak kecil (Injil Lukas menyebutnya: bayi-bayi). Terbukti Ia menegur dengan keras para murid yang menghalangi anak-anak itu dibawa orang mendekati-Nya. Yesus mengajar mereka, bahwa bocah-bocah mungil itulah yang bisa menunjukkan pada orang dewasa apa artinya menerima dan masuk kerajaan Allah (ay 15). Ketidak-berdayaan bocah kecil, juga kebergantungan penuh mereka pada orang yang mengasihi dan merawat mereka itu memenuhi kriteria iman yang diharapkan Allah dari manusia.
Markus (dan Matius) ternyata menempatkan peristiwa ini setelah pengajaran tentang perceraian. Rupanya Yesus ingin menyertakan nasib anak dalam pertimbangan orang-orang yang menyetujui perceraian. Anak-anak bisa hancur karena perceraian orang tua mereka, bahkan bisa terluka hingga mereka dewasa! Dengan memberkati anak-anak, seakan Yesus memberi pilihan, “Mana yang lebih rohani, yang lebih mulia: mengijinkan sepasang orang dewasa membuat keputusan yang nyaman untuk diri mereka sendiri, atau melindungi pihak yang lemah dan rapuh seperti anak-anak ini?”
Hari ini kita hidup dalam dunia di mana ribuan anak masih diperlakukan seperti komoditi, bahkan diekploitasi. Faktanya, masih banyak anak yang disiksa, dilecehkan, dipaksa membanting-tulang bahkan ada yang dijual.  Maka peristiwa anak-anak dipangku dan diberkati Yesus ini bisa dibilang Injil bagi anak-anak, bahwa Allah memandang mereka berharga, menilai keberadaan mereka mulia. Ajaran Yesus ini patut digemakan. Jangan sampai gereja mengulang kesalahan para murid, jangan sampai kita termasuk orang yang pantas ditegur Yesus karena menghalangi anak kecil untuk merasakan kehangatan kasih dan penerimaan Allah, yang ingin diberikan-Nya melalui kita orang dewasa yang terdekat dengan mereka.
Anda punya anak, kawan? Atau berencana punya anak? Atau dalam situasi diberi kepercayaan merawat anak orang? Hati-hati, kawan, di tanganmu ada tugas besar, sekaligus ada kesempatan besar. Lindungilah anak-anak itu dari keras dan jahatnya kerajaan dunia, dan belajarlah dari anak–anak untuk masuk kerajaan Allah. Ijinkan aku mengajak Anda mengambil waktu untuk mendoakan usaha-usaha  pemerintah atau LSM-LSM dalam meningkatkan kualitas perlindungan dan kesejahteraan kanak-kanak Indonesia. Mari berdoa....

Markus 10:16
Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Jakarta, 2 Agustus 2012
Teringat En-en, gadis mungilku yang semalam kupukul karena ingin bermain-main dengan laptopku. Maafkan papa.. 

Rabu, 01 Agustus 2012

Visi Konsolidasi Intern Kristiani

Seperti yang kuterka sejak awal, pengkotbah pagi ini menjelaskan mujizat Yesus memberi makan 5000 orang sebagai peristiwa logis akibat orang banyak itu tersentuh ketulusan bocah yang berbagi bekal makan siangnya, membuat mereka tergerak ikut-ikutan membagi bekal yang mereka bawa. Seperti itulah memang tafsiran khas rekan-rekan seimanku yang --oleh sejarah gereja dikategorikan-- beraliran liberal.
Kutanya ulang diriku:  “Perlukah aku marah? Haruskah aku simpulkan telah terjadi penyesatan iman? Wajarkah aku takut tafsiran seperti itu mengurangi kagum dan hormat jemaat terhadap Tuhan Yesus?” Memang tak mudah mengendalikannya, karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul otomatis di benakku, karena aku orang kristen (yang oleh sejarah gereja diberi label) injili.
Masih sibuk mengolah jawabanku sendiri atas pertanyaan-pertanyaan introspektif itu, suara dari arah mimbar terdengar sudah merangkum poin-poin kotbah: bahwa jemaat perlu meneladani Yesus, memancarkan karakter Allah yang berempati terhadap kebutuhan manusia dan limpah dalam memberi; bahwa jemaat perlu celik hati, peduli dan mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan serta peduli pada sesama dengan gaya hidup memberi; bahwa jemaat perlu berdoa memohon agar karakter Allah makin nyata dalam hidup pribadi. Aplikasi kotbah seperti ini jelas menjawab telak semua kekuatiran teologisku tadi.
Aku jadi tersadar lagi, bahwa jurang abadi perbedaan tafsiran antar aliran dalam kekristenan itu sesungguhnya sesuatu yang sangat rumit, yang tak sepantasnya orang-orang yang concerned tentangnya mencoba menyederhanakannya, apalagi dengan memaparkan solusi hitam putih lalu mengira perubahan bisa terjadi secara instant, apalagi dengan spirit arogansi dan rasa benar diri. (Moga yang masih bersikap demikian Tuhan ampuni).
Menurutku lebih baik kita terlebih dulu membereskan racun prasangka dan sentimen negatif yang merupakan “dosa warisan dan struktural” masing-masing aliran. Menurutku racun itu bisa didetoksifikasi, asalkan tiap pihak sedia kerjakan PR masing-masing, yakni mau banyak mendengar dan membaca pihak lain, mau jujur kumpulkan sisi positif atau kekuatan pihak lain. Semua adalah dalam rangka belajar saling tumbuhkan empati.
Aku pulang dari gereja dengan damai sejahtera ilahi, merasa mendapat dukungan-Nya bahwa cara pandang dan sikapku dalam hal ini bukanlah sebuah kompromi, melainkan ekspresi kebesaran hati, bukan sikap yang kurang hati-hati, melainkan ekspresi kerendahan hati, hal-hal yang digaris-bawahi Yesus sendiri.
Pengunjung yang terhormat, pencerahan yang kudapat tadi membuatku berkomitmen-ulang untuk mendedikasikan blog ini untuk visi kesatuan Tubuh Kristus. Aku ingin mengundang Anda bergabung atau satukan langkah dalam gerakan menuju terwujudnya gereja yang Am dan saling mengasihi seperti harapan doa Yesus dalam Yohanes 17:21-23 itu.
Coretan bathin dalam blog ini adalah bentuk sumbangsih diam-diamku, perjuangan sunyiku dalam mencoba mengurai benang kusut prasangka dan sentimen yang berabad sudah membelit gereja Tuhan. Meski tak kupungkiri mengandung pandangan teologi versi keyakinanku, namun pikirku, jika disampaikan dalam bentuk tulisan, itu jauh dari kesan menyerang. Apalagi kusajikan dalam bentuk puisi, renungan dan refleksi, tentunya yang tidak setujupun enggan untuk menimpali dengan marah atau benci. Sejauh pengalamanku, bicara devosi memang lebih menyatukan Tubuh Kristus dibanding secara lugas bicara doktrinJ.
Harapanku, setelah tertular “virus visi kesatuan tubuh Kristus” ini, Anda tergugah untuk menciptakan virus sejenis versi Anda sendiri dan menularkannya kepada anak-cucu atau generasi penerus gereja/aliran teologi masing-masing, sehingga cepat atau lambat, doa Tuhan Yesus terkabul, semua muridNya bersatu dan saling mengasihi, seperti Allah Tritunggal yang bersatu dan saling mengasihi.
Anyway, kalau toh tulisan dalam blog ini tak mengubah keadaan, minimal aku tidak memperburuknya.  Setidaknya itu bisa menjadi bekalku untuk tenang jika Yesus bertanya apakah hadirku selama hidup itu membuat gereja makin terpecah atau semakin bersatu. Akhir kata, apa yang kusajikan dari hati, kiranya Anda sudi membacanya juga dengan hati.
Selamat menikmati!

Tangerang, 29 Juli 2012
Usai ibadah di GKI