Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Rabu, 01 Agustus 2012

Visi Konsolidasi Intern Kristiani

Seperti yang kuterka sejak awal, pengkotbah pagi ini menjelaskan mujizat Yesus memberi makan 5000 orang sebagai peristiwa logis akibat orang banyak itu tersentuh ketulusan bocah yang berbagi bekal makan siangnya, membuat mereka tergerak ikut-ikutan membagi bekal yang mereka bawa. Seperti itulah memang tafsiran khas rekan-rekan seimanku yang --oleh sejarah gereja dikategorikan-- beraliran liberal.
Kutanya ulang diriku:  “Perlukah aku marah? Haruskah aku simpulkan telah terjadi penyesatan iman? Wajarkah aku takut tafsiran seperti itu mengurangi kagum dan hormat jemaat terhadap Tuhan Yesus?” Memang tak mudah mengendalikannya, karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul otomatis di benakku, karena aku orang kristen (yang oleh sejarah gereja diberi label) injili.
Masih sibuk mengolah jawabanku sendiri atas pertanyaan-pertanyaan introspektif itu, suara dari arah mimbar terdengar sudah merangkum poin-poin kotbah: bahwa jemaat perlu meneladani Yesus, memancarkan karakter Allah yang berempati terhadap kebutuhan manusia dan limpah dalam memberi; bahwa jemaat perlu celik hati, peduli dan mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan serta peduli pada sesama dengan gaya hidup memberi; bahwa jemaat perlu berdoa memohon agar karakter Allah makin nyata dalam hidup pribadi. Aplikasi kotbah seperti ini jelas menjawab telak semua kekuatiran teologisku tadi.
Aku jadi tersadar lagi, bahwa jurang abadi perbedaan tafsiran antar aliran dalam kekristenan itu sesungguhnya sesuatu yang sangat rumit, yang tak sepantasnya orang-orang yang concerned tentangnya mencoba menyederhanakannya, apalagi dengan memaparkan solusi hitam putih lalu mengira perubahan bisa terjadi secara instant, apalagi dengan spirit arogansi dan rasa benar diri. (Moga yang masih bersikap demikian Tuhan ampuni).
Menurutku lebih baik kita terlebih dulu membereskan racun prasangka dan sentimen negatif yang merupakan “dosa warisan dan struktural” masing-masing aliran. Menurutku racun itu bisa didetoksifikasi, asalkan tiap pihak sedia kerjakan PR masing-masing, yakni mau banyak mendengar dan membaca pihak lain, mau jujur kumpulkan sisi positif atau kekuatan pihak lain. Semua adalah dalam rangka belajar saling tumbuhkan empati.
Aku pulang dari gereja dengan damai sejahtera ilahi, merasa mendapat dukungan-Nya bahwa cara pandang dan sikapku dalam hal ini bukanlah sebuah kompromi, melainkan ekspresi kebesaran hati, bukan sikap yang kurang hati-hati, melainkan ekspresi kerendahan hati, hal-hal yang digaris-bawahi Yesus sendiri.
Pengunjung yang terhormat, pencerahan yang kudapat tadi membuatku berkomitmen-ulang untuk mendedikasikan blog ini untuk visi kesatuan Tubuh Kristus. Aku ingin mengundang Anda bergabung atau satukan langkah dalam gerakan menuju terwujudnya gereja yang Am dan saling mengasihi seperti harapan doa Yesus dalam Yohanes 17:21-23 itu.
Coretan bathin dalam blog ini adalah bentuk sumbangsih diam-diamku, perjuangan sunyiku dalam mencoba mengurai benang kusut prasangka dan sentimen yang berabad sudah membelit gereja Tuhan. Meski tak kupungkiri mengandung pandangan teologi versi keyakinanku, namun pikirku, jika disampaikan dalam bentuk tulisan, itu jauh dari kesan menyerang. Apalagi kusajikan dalam bentuk puisi, renungan dan refleksi, tentunya yang tidak setujupun enggan untuk menimpali dengan marah atau benci. Sejauh pengalamanku, bicara devosi memang lebih menyatukan Tubuh Kristus dibanding secara lugas bicara doktrinJ.
Harapanku, setelah tertular “virus visi kesatuan tubuh Kristus” ini, Anda tergugah untuk menciptakan virus sejenis versi Anda sendiri dan menularkannya kepada anak-cucu atau generasi penerus gereja/aliran teologi masing-masing, sehingga cepat atau lambat, doa Tuhan Yesus terkabul, semua muridNya bersatu dan saling mengasihi, seperti Allah Tritunggal yang bersatu dan saling mengasihi.
Anyway, kalau toh tulisan dalam blog ini tak mengubah keadaan, minimal aku tidak memperburuknya.  Setidaknya itu bisa menjadi bekalku untuk tenang jika Yesus bertanya apakah hadirku selama hidup itu membuat gereja makin terpecah atau semakin bersatu. Akhir kata, apa yang kusajikan dari hati, kiranya Anda sudi membacanya juga dengan hati.
Selamat menikmati!

Tangerang, 29 Juli 2012
Usai ibadah di GKI

Tidak ada komentar: