Sisipan, minggu refleksi:
Aku tahu banyak ayah yang cinta setengah mati pada anak mereka, tapi mencermati kualitas cinta Allah pada bangsa Israel itu, yang terlintas di benakku adalah pepatah Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Galah. Rentetan pernyataan
Allah pada bangsa ini dalam kitab Yeremia (pasal 31) cocok dengan lagu anak:Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa... Pesan utamanya adalah bahwa “tak
peduli apapun yang telah terjadi di antara kita, tak ada hal-hal yang mampu
merubah atau membunuh cintaku padamu.”
Coba perhatikan
situasinya: Israel itu sangat bebal. Lewat
nabi-nabi, Allah memanggil bangsa ini berbalik dari
perbuatan jahatnya, tapi mereka bandel, pilih turuti
kedegilan hati mereka. Bak orang sakit, kondisi mereka parah, tak tersembuhkan.
Maka vonis, hukuman, tindakan disiplin sudah diputuskan: Yehuda akan menjalani
hukuman pembuangan ke Babel. Sebelumnya saudaranya, israel utara sudah
diserakkan Tuhan terlebih dulu, sekarang kerajaan selatan ini dipastikan
menyusul.
Tapi dalam kemaha-tahuan-Nya,
Allah melihat bangsa ini akan menyesali dosanya (memang penyesalan
selalu terlambat ya). Mereka akan menyadari dosa
mereka begitu besar, sehingga mereka akan menyesal, meratap,
dan bertobat, memohon dibawa pulang kembali ke tanah perjanjian (ay 16-19).
Mengetahui kelak perkembangannya seperti itu, Allah ungkapkan isi
hati-Nya, melalui nabi Yeremia, bahwa Ia adalah Bapak
yang setiap memukul anaknya yang nakal ia juga merasa sakit, dan mudah
terharu oleh penyesalan dan pertobatan anaknya (ayat 20).
Maka, meskipun
vonis hukuman telah diputuskan, meski Yehuda sudah pasti
akan dibuang ke Babel, dengan semangat
Yeremia kotbahkan pesan Allah ini pada umat, bahwa
mereka akan menjadi umat-Nya kembali (ayat 1). Allah gambarkan Israel
itu “anak dara” (ay 4), artinya ia adalah anak yang secara hukum masih di bawah
pengawasan bapaknya, namun telah bersundal dengan ilah bangsa kafir dan
dengan berbagai dosa. Tapi luar-biasanya, Allah justru berfirman seperti ini,
“Aku
mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih
setia-Ku kepadamu” (ay 3). Wow, pasti terdengar so
sweet di telinga mereka.
Allah komit akan lanjutkan kasih setia-Nya, pemulihan yang utuh akan
mereka alami. Mereka akan dibangun kembali, dipulihkan
reputasinya, sehingga semangatnya akan bangkit, berdandan lagi dan
bersukaria. Tidak hanya reputasi, pemulihan itu juga akan
berlaku secara ekonomi (ay 5). Mereka akan kembali
menjadi bangsa yang makmur. Dan pemulihan itu akan lengkap, karena kehidupan ibadah bangsa
ini, ibadah yang benar, yang menyukakan hati Allah, akan dipulihkan lagi (ay 6).
Intinya, sesuatu
yang baru sudah Ia siapkan, satu masa yang indah bersama-Nya. Satu kondisi saja yang disyaratkan Tuhan, syarat yang mudah, yakni sebagai anak gadis yang nakal, murtad, Israel harus pulang ke rumah dengan penuh kerinduan dan ketulusan (ay 22), jangan seperti
saat ini, penuh kepalsuan, tobat-kumat-tobat-kumat. Intinya, Kabar Baik dari kisah ini adalah tentang kasih Allah yang
kekal, yang menjanjikan pengharapan akan pengampunan dan pemulihan bagi manusia yang telah mengkhianati cinta-Nya. Allah menawarkan perjanjian baru, tapi Ia juga menantang komitmen baru.
Di dunia kita hari ini kisah Malin Kundang masih kerap terjadi, kawan, maka kisah Allah dan Israel
ini tentunya adalah kabar baik, sebuah injil bagi para anak durhaka. Kepada para Malin Kundang Allah menawarkan diri-Nya sebagai Orang tua yang penuh cinta dan setia, yang membiarkan pintu kesempatan itu selalu terbuka. Bahkan begitu nampak dalam pandangan, Ia akan berlari mendapati anak durhakanya yang pulang (ay 3). Aku langsung teringat perumpamaan Yesus tentang Si Anak Hilang. Ya, sesungguhnya janji ini bukan janji kosong. Melalui kedatangan Yesus, sesungguhnya Allah sedang berlari mendekati kita dan menyambut kita pulang!
Kabar baik ini juga ditujukan untukmu, kawan. Seperti apa durhakamu pada ayah atau ibumu? Sejauh mana penyesalanmu? Seberapa jauh kamu telah memberontak pada Bapa sorgawi itu? Pilihlah untuk selalu
mengabaikan provokasi iblis yang mendakwa ketidak-layakan kita, juga pesimisme kita sendiri, yang menduga Allah itu seperti Ibu Malin Kundang yang akhirnya mengutuk anaknya jadi batu, sehingga kamu takut pulang ke rumah, ke persekutuan. Sebaliknya, kita
harus PeDe untuk pulang, karena
Firman-Nya ya dan Amin. Mesias yang disalibkan di Kalvari itupun Allah
yang sama yang berfirman pada nabi Yeremia, Ibu atau Bapa sorgawi yang berkata
padamu: I’m still loving you, I will always
love you. Amin.
Jakarta, 31 Juli 2012
Renungan pagi: Yeremia 31:1-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar