Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 21 Juli 2012

Kuburan Orang Rakus

Sisipan, Refleksi Akhir Pekan:

Lapar pingin makan? Boleh-boleh saja. Bosan makan roti pingin daging? Sah-sah saja. Tapi pernah terjadi, Tuhan marah karenanya dan menghukum Israel dengan tulah yang besar. Kisahnya ada di kitab Bilangan 11. Di ayat 33 dicatat mereka mati saat asyik atau sibuk makan, dan dikubur di satu makam khusus bernama Kibrot-Taawa di padang gurun selepas Sinai. Tak disebut nama, hanya predikat mereka saja: “orang-orang bernafsu rakus.” Parahnya, tradisi Yahudi tiap tahun mengenangnya, sehingga reputasi negatif itu akan terus melekat pada diri mereka. Kebayang deh, keluarga atau keturunan mereka pasti ndak ada yang mau nyekar (ziarah), apalagi ngijing (membangun makamnya).
Bagi kita yang doyan makan atau yang porsi makannya besar, sepenggal kisah di padang gurun tersebut tentu bikin penasaran, bahkan mungkin bikin takut: “Jangan-jangan aku termasuk orang-orang rakus, yang akan kena murka?”  Mari kawan, kuajak kalian sama-sama bercermin dari bagian Firman Tuhan ini: bagaimana mereka mendapat predikat itu? Apakah karena cara mati mereka? Saya rasa kok tidak. Orang mati itu kan banyak cara. Mitos saja yang bilang orang yang matinya buruk berarti orang jahat. Lihat saja Tuhan Yesus kita, Ia mati mengenaskan, memalukan, padahal kurang apa baiknya Dia. Jadi apa yang bikin sebagian orang Israel ini dapat predikat sebagai orang-orang yang bernafsu rakus? Kita telusuri dari awal:
Awalnya mereka bersungut-sungut, kali ini kasusnya mereka sungut-sungut minta daging, setelah bosan makan manna. Tapi apakah minta daging itu kesalahan mereka? Coba empati; sekian lama makan manna, bisa bosan ga, bisa jenuh ngga? Seenak apapun makanannya, bukankah kita bisa bosan juga? Di seminari aku pernah alami serupa. Suatu saat kami dapat biskuit kaleng dari CNI (itu lo produsen Ester-C). Jumlahnya banyak, 1000 kaleng. Sudah kami bagi ke anak-anak di semua pos Sekolah Minggu, ke teman-teman di lembaga pelayanan yang kami kenal, ternyata masih sisa banyak juga. Maka tiap mahasiswa dapat 2 kaleng. Itupun masih lumayan banyak sisanya, maka ada mahasiswa yang dapat 3-4 kaleng. Akibatnya kaleng-kaleng roti CNI itu jadi keseharian asrama. Pergi ke sudut mana saja, menatap ke arah mana saja, mata kami melihatnya. Seminggu-dua minggu berikutnya kami seolah ngeri melihat kaleng itu, bosan bin jenuh makan biskuit itu! Makanya aku bisa empati: wajar bangsa Israel muak terhadap manna.
Maka menurutku Tuhan murka pada Israel bukan soal minta dagingnya, melainkan lebih pada mentalitas mereka. Mereka punya mentalitas mau enaknya saja, cepat mengeluh bila terjadi hal-hal yang tak mereka suka. Parahnya, sungut-sungut mereka itu ekspresi tidak percaya pada Allah, sehingga mereka mau pastikan sendiri kecukupan kebutuhan mereka. [Btw, rata-rata tiap orang kumpulkan 360 liter daging ! (1 homer=10 efa; 1 efa=36 liter). Buanyak banget tuh, pasti berebut mengumpulkannya. Tapi bukan takut ga kebagian atau dapat sedikit, melainkan ingin dapat lebih banyak, bila perlu paling banyak (ga rela orang lain dapat lebih banyak, ga peduli orang lain dapat sedikit)]. 
Maka rakus orang Israel dalam peristiwa ini jenis yang beda, yakni rakus karena kurangnya iman percaya. Mereka begitu cepat melupakan pembebasan perbuatan besar Allah yang membebaskan mereka dari Mesir dan tidak bersedia mempercayai Allah atas pergumulan hari ini dan masa depan mereka. Hal inilah yang mendatangkan murka dan hukuman Allah atas mereka.
Kawan, barangkali bukan rakus pada makanan problem kita. Tapi coba evaluasi, adakah kerakusan pada hal-hal lain? Ketika sulit kita berkata cukup pada karir, pada uang, pada jabatan, pada penghormatan orang, pada kesenangan duniawi lainnya, hati-hatilah. Rasa cukup itu wajib kita usahakan punya, mengingat berkat terbesar dari kebaikan Allah sudah kita terima, yakni berkat dari kematian Kristus yang berbuah pembebasan kita dari dosa. Emang sih hari ini ga ada “makam orang rakus,” tapi jangan sampai saat pemakaman kita kelak, Pendeta yang pimpin tiba-tiba diurapi Tuhan secara khusus, lalu berkata begini di samping liang lahat kita: “Di sini terbaring seorang yang rakus selama hidupnya.” Itu cilaka dua belas, kawanJ.

Bilangan 11:34
Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.

Jakarta, hari pertama puasa Ramadhan, 23 Juli 2012
Renungan pagi: Bilangan 11:34 (ayat 1-14, 18-23, 31-36)

Tidak ada komentar: