Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Jumat, 27 Juli 2012

Injil Bagi Penyuka Camping

Sisipan, Minggu Refleksi:

Kemarin kami membelikan tenda kecil buat si sulung yang sudah berumur 4 tahun. Itu keinginan yang sudah dia utarakan beberapa kali. Kami setujui karena kami lihat kemah itu punya nilai strategis, yakni menolong dia (tanpa ia sadari) untuk berani tidur sendiri. Kami berharap dengan terbiasa tidur sendiri di tenda yang terpasang di sebelah tempat tidur kami, kelak akan memudahkan kami melatihnya tidur sendiri di kamar sebelah.
Tenda, kemah, pernah lihat kan? Apapun namanya, umumnya dipakai untuk kebutuhan sementara. Misal, buat camping di gunung waktu liburan, atau buat para pengungsi korban bencana seperti banyak dipakai waktu gempa Yogya dan tsunami Aceh, atau korban Lumpur Lapindo di Porong yang dana ganti ruginya belum cair. Yang pasti itu untuk kebutuhan sementara. Begitu liburan selesai, situasi kehancuran bencana dipulihkan, tenda atau kemah itu akan dibongkar kembali.
Demikian juga pesan Paulus waktu ia menyebut tubuh jasmani kita ini sebagai kemah. Ia menyebut manusia lahiriah” kita (2 Kor 4:16) dan “kemah/tempat kediaman kita di bumi.”(5:1-2) sebagai realitas yang sama-sama sementara. Paulus mengingatkan bahwa suatu saat kemah-kemah kita itu akan dibongkar. Allahlah yang punya kuasa membongkarnya, dan Dia pula yang akan menyediakan gantinya, sebuah tempat yang jauh lebih baik. Itulah pengharapan iman di dalam Yesus.
Hanya, mengingat worldview kita yang beda dengan world-view orang yahudi jaman alkitab ini, aku ingin ingatkan, bahwa janji ini tidak bicara tentang tempat roh-roh (non-fisik) orang kudus dalam konsep sorga yang populer hari ini. Dalam alam pikir orang Yahudi, sorga kekekalan yang mereka nantikan adalah saat terjadinya kebangkitan orang mati, kebangkitan secara fisik (mengimani visi Daniel 12:2; Yesaya 65, 66 dll tentang langit baru & bumi baru, dunia seperti bumi kita hari ini, hanya saja keindahan dan kemuliaannya telah digandakan Allah, serta kejahatan dan penderitaan di dalamnya telah dilenyapkan Allah).
Dalam dunia baru semacam itu, mereka percaya semua umat Allah dari segala zaman akan dikaruniai tubuh yang baru. Jadi, tubuh kemuliaan yang mereka nantikan bukanlah kondisi roh tanpa tubuh (disembodied soul) melainkan tubuh yang diperbarui (re-embodied). Maka bagi Paulus (dan para penulis Perjanjian Baru), sorga bukanlah suatu tempat ke mana kita pergi setelah mati, melainkan suatu tempat di mana Allah telah menyediakan tubuh kemuliaan itu bagi kita (2 Kor 5:1)
Maka, ketika berbicara isu seperti ini, baik Paulus atau penulis alkitab yang lain tidak sedang mengkontraskan dunia fisik dan roh, apalagi mengatakan bahwa dunia materi atau fisik itu buruk atau jahat dan alam roh itu lebih baik. Tidak! Sebaliknya, Paulus sedang mengkontraskan antara dunia hari ini dengan dunia yang akan datang, antara tubuh jasmani kita hari ini dan tubuh kemuliaan setelah kebangkitan, yang sama-sama bersifat fisik, tidak melulu bersifat spiritual.
Dengan demikian, kekekalan yang dimaksud Alkitab, yang hari ini oleh orang-orang beragama diberi nama sorga itu akan bersifat jasmaniah juga, melibatkan eksistensi fisik pula, yang tentu saja kondisi fisikalnya itu jauh lebih baik dan jauh lebih mulia dari yang bisa kita bayangkan. Bisa dibilang, Paulus sedang menegaskan janji seperti ini: Penderitaan dan segala ketidak-nyamanan di rumah atau tenda kita saat ini hanya sementara, karena akan tiba masanya kita tinggal dalam sebuah istana!
Sederhananya, ini mirip relokasi yang dilakukan Pemkot Solo (walikota Jokowi). Para pedagang kaki lima itu rela digusur karena merasa diperjuangkan untuk lebih makmur. Tak ayal, mereka rela dipindah karena yakin lokasi jualan yang baru akan memberikan kehidupan yang lebih baik. Demikianlah seharusnya yang kita rasakan ketika mengetahui bahwa kepada anak-anak Tuhan, Alkitab menjanjikan kemah yang kekal, yang tidak dibuat tangan manusia. Kita patut senang, karena janji ini adalah pernyataan penting tentang pengharapan luar biasa yang dimiliki dan ditawarkan oleh kekristenan.
So what now? Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang pengharapan kebangkitan ini tidak sekedar ingin membuat mereka senang, melainkan ingin mereka menyadari, walau tubuh jasmaniah bisa semakin merosot dan pelayanannya sebagai rasul itu mengandung resiko kematian, namun pada saat yang sama juga, oleh kuasa kebangkitan Kristus dan pekerjaan Roh Kudus, mengandung pengharapan pasti akan kebangkitan. 
Harapan Paulus adalah, sekali menyadari kebenaran alkitab ini, jemaat Korintus akan belajar melihat dan menjalani hidup mereka dalam tubuh/dunia (kemah) sementara ini dengan cara yang sama sekali baru, yakni tidak mensia-siakan atau sengaja merusaknya, melainkan dengan penuh penghargaan, dengan penuh pengharapan, sebagaimana kami berharap anak kami kooperatif dengan tujuan kami mempersiapkan dia berani tidur di kamar sendiri dan bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dengan cara tidak merusak tenda yang kami belikan itu, melainkan menggunakannya serta merawatnya sebaik mungkin.
Have a nice & blessed camping, kawan !

Jakarta, 27 Juli 2012
Renungan malam: 2 Korintus 4:16-5:10

Tidak ada komentar: