Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Kamis, 31 Mei 2012

Mari Tuntut Tuhan

Kamu jaksa penuntut umum sekaligus korban,
Tuhan di kursi pesakitan.
Ketidak-sopanan yang Ia persilahkan, Ia perintahkan.

Bukan membela diri, Ia mau anugerahimu pengalaman;
bahwa memang benar, ...
...iman justru diuji dengan ketidak-pastian,
...situasi burukmu itu tak melebihi kekuatan,
...Ia pegang kendali, semua sebatas yang Ia ijinkan,
...Ia tahu, Ia peduli yang kamu hadapi dan rasakan,
...Ia memberi kekuatan atau membuka jalan.
Pengampunan dosa besarmu saja Ia berikan,
apalagi jalan keluarmu dari kerumitan dan kepahitan!

Hanya, pastikan hal-hal ini, kawan:
Ajukan tuntutan dalam doa, bukan sungut geram,
dalam kerendahan hati, bukan hasrat kurang ajar,
Semata mohon keadilan, bukan niat pemberontakan!

Karena bukan akurasi tuntutanmu yang Ia paling timbang,
melainkan ketajamanmu dalam kasih, pengharapan dan iman,
saat meneropong hatiNya, Bapa Sorgawi yang kauperkarakan.

Yesaya
1:16. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

Jakarta, akhir Maret 2012
Menjelang paskah, ketika dalam kabut tebal situasi kerjaku saat ini
tak kulihat setitikpun cahaya pengharapan

Rabu, 30 Mei 2012

Simply Determined


Tiba di kantor dengan selamat,
lengan jaket betis celana masih terlipat,
seduh kopi mencari hangat,
hari ini terasa ringan atau berat, moga tetep jadi berkat.
Selamat bekerja, kawan!

Jakarta, 12 Maret 2012
sejak subuh hujan lebat

Gugur, Satu Lagi...


Satu lagi gugur sore tadi. Terbujur di aspal, tak jauh di depanku; dengan tas punggung dan perlengkapan kerja, sama sepertiku. Motornya terserak di bawah moncong Avansa itu. Belum ada polisi, hanya kemacetan jadi saksi kepergian pria itu. Kudesahkan: “Selamat jalan, kawan. Setidaknya esok kau tak lagi berpanas dan kehujanan di jalanan. Smoga keluarga mengenangmu sebagai pahlawan.”

Entah kenapa, melihatnya terkapar di situ kutangkap gambaran tentang tuntasnya sebuah pengabdian. Membuatku teringat pengkotbah yang mati di mimbar, tentara yang gugur di medan perang, peniliti yang mati di laboratorium atau guru yang mati di kelas. Kulanjutkan laju motorku, pulang dengan idealisme yang diteguhkan: bukan soal cara atau tempat kematianku yang memberi makna, tapi harus kupastikan diriku sedang dalam posisi mengemban tugas, menghidupi peran, sebagai anak bangsa..., sebagai anak Tuhan!

Yesus:
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.”
(Yohanes 17:4)

Jakarta-Tangerang, 10 Mei 2012.

Sepotong Dunia Pagiku

04.50
Alarm bangunkanku, doa pasrahkan hariku
Mandi air hangat, 05.20 siap berangkat
10 menit ritual pandangi anak istri yang masih lelap

Menata tempat mereka di hatiku: bahwa mereka bukan milik, melainkan amanat; hanya titipan, dipercayakan untuk dikasihi selama masih diberi waktu; bahwa hanya Tuhanlah milikku dan Pemilik mereka. Demikian aku latih kesiapanku: kapanpun mereka bisa lepas dari pelukku.
Serahkan hari mereka, hayati lagi hadir mereka di hidupku:
Merekalah korban terdekat, yang turut tanggung akibat, bila hari ini aku menyerah, pada godaan untuk berhenti sejenak; sejenak berhenti menjaga kekudusan & kejujuran, sejenak abaikan integritas. Itu kekuatan ekstra, bekal tambahan selain Sabda Tuhan, hadapi godaan di tempat kerja.

5.30
Menyapa jalanan, kaca helm terbuka, agar pandangan jelas, karena halimun pagi masih lekat. Udara kotor sudah pekat, seraya rekan-rekan pengendara dan kendaraan mendekat rapat.
Dalam waspada naikkan doa rutin: “Smoga yang ahli tak henti teliti dan temukan cara atasi polusi, bahkan atasi pemanasan global dan kerusakan ekologi di pusat-pusat urban.”

06.00
Titipkan motor di terminal, busway TransJakarta jadi tempat kencan: temu mesraku dengan Sang Khalik, sambil berdiri atau duduk, menyimak sabda-Nya sepanjang jalan, desahkan doa Bapa Kami; Bapaku dan Bapa pak sopir serta Bapa semua penumpang; Mohonkan KerajaanNya datang di bumi Jakarta hari ini, khususnya dalam hidupku dan hidup mereka, melalui karyaku dan karya mereka, di tiap tempat ke manapun Tuhan utus kami menjemput rejeki hari ini.

07.00
Tiba di kantor, siap belajar di ruang kelas-Nya Tuhan, laboratorium kehidupan. Siap berbagi hidup dengan rekan kantor yang Tuhan anugrahkan, saling asah, saling menajamkan. Mohon Dia sanggupkan, pancarkan citra-Nya, hari demi hari, mingu lepas minggu, hingga akhir bulan, menuai gajianJ
****
Tangerang-Jakarta, medio Januari 2012

Fatamorgana Pagi

Pukul 06.30, rekor terpagi tibaku di jantung ibu besar ini.
Sepoi bayu menjemput, ciumi pipi sekeluar busway,
basuhi wajah, mandikan sekujur tubuh sepanjang titian halte.
Tenggelamkan diri, kureguk udara sejuk, sebrangi lalu lintas sepi.
jejak panas belum terasa di kulit, tak jua di langit

Sejenak, serasa di rumah masa laluku, dekat sawah
tatkala bersama kawan lintasi pematang, usai sekolah
mandi di kali, baku percik air, adu selam & tangkap ikan
Semilirnya hembusi angan, lambungkan cita-cita kami setinggi awan
Hamparan hijau itu masih subur di kenangan, merindu diangan.
Lambai daun pisang & bau tanah itu selalu memanggil pulang.

Sedetik kesadaran entasku dari oase semu ini.
Desau sejuk yang kuteguk nikmat ini tetaplah polusi
Lengang trotoar dan aspal ini segera hingar dan sesak di hitungan menit,
hawa kompetisi kan segera aliri hidung, kipasi telinga dan hati
Moment ramah tamah ini siap menguap lenyap setampilnya matahari.
Jadi arena gladiator ekonomi, jadi gelanggang matador hati nurani:
Killed or to be killed hari ini? No!
Kupilih: blessed and to bless!

Ya, di gurun fatamorgananya terik siang hari, kawan.
Di sini lebih awal, lebih rajin, pagi-pagi sekali.

Jakarta, Jl Gajah Mada, arah Kota,
Pertengahan Des, 2011- Selasa Pagi

Oksigen Sorga

Dengan pekatnya asap polusi dosa yang keluar dari knalpot semua komponen masyarakat --termasuk dari knalpot hidup kita sendiri--, maka beribadah (devosi pribadi maupun kolektif di gereja) itu bukan sekedar seperti memasang masker tutupi mulut & hidung kita, melainkan tindakan menghirup oksigen murni dari sorga; tindakan cerdas yang segarkan vitalitas rohani dan kewarasan nurani kita selama bekerja-berkarya-berkiprah-bersumbangsih di dalam dan untuk dunia Ciptaan-Nya. 

Ini dunia Bapa, slalu kuingatlah
Kuasa dosa tak berjaya, hanya Ia berkuasa
Ini dunia Bapa, kasihNya besarlah
Dan semua yang bernafas, nyatakan hadirNya
(This is my Father’s World, bait 2 & 3)

Doa artinya merenungkan fakta-fakta kehidupan dari sudut pandang yang tertinggi   
-Ralph Waldo Emerson-

OTW to Tangerang, sore 11 Jan ‘12

Ketika Babak Hidup Melambat

Di Jakarta atau kota besar lainnya ada penggal-penggal jalan titik kemacetan;
Itu seperti 200 meter sebelum dan sesudah terminal, 100 meter sekitar pertigaan tempat angkot mangkal cari penumpang, 100 meter sebelum pintu tol, atau sepanjang rute di bawah jalan layang penuh orang jualan di trotoar.

Itulah saat-saat laju kendaraan kita terpaksa melambat; sekaligus itu saat-saat kita tergoda untuk marah atau sekedar kesal, merasa dirugikan, oleh panas knalpot kendaraan yang berbaris rapat, merasa waktu berharga sia-sia terbuang, merasa dihambat sampai ke tujuan.

Jika hidupmu sedang terasa demikian, kawan,
Ijinkan aku barbagi pandangan, sekedar mengingatkan; bahwa beberapa jengkal di depan, laju kehidupanmu akan kembali lancar. Sesaat saja ruang gerakmu terasa sesak dan telingamu sarat klakson menyalak, sesudah itu ritme hidup akan kembali normal.

Jadi lebih baik manfaatkan moment-moment melambat itu, kawan;
Latih kesabaran, jinakkan bakat ketergesaan, bahkan jadikan ia goa doamu. Desahkan doa-doa tentang banyak hal, dari nasib buruh hingga berbagai konflik horisontal, terutama tentang kemacetan moral dan polusi nurani  para pemimpin bangsamu itu.
Kuyakin sorga terharu, Sang Khalik tergerak curahkan rahmat, melihat titik kemacetan penuh udara kemarahan itu jadi penuh wangi dupa doa syafaat
Niscaya di tiap moment hidup yang memaksa melambat, kamu selalu siap; bukan dengan hati pasrah, melainkan dengan kreatifitas mendulang baragam manfaat, sehingga di masa-masa penat, hidupmu tetap jadi berkat.

Jakarta, 19 Feb 2012

Riders to Work

Saling menyalib tapi bukan balapan
Saling mendahului namun bukan perlombaan
Bukan semut meski berbaris merayap padat
Bukan saingan, melainkan rekan seperjuangan

Moga Tuhan terus kendarai hati kami
Gar tak terserempet serakah
atau tergelincir iri hati
Moga Tuhan maskeri hati kami
Gar tak hirup polusi udara kompetisi,
atau tergoda bau gurih korupsi
supaya jalanan macet panas beracun ini,
senantiasa jadi rutinitas suci, jalur ibadah kami,
madha-bhakti pada anak-istri, pada ibu pertiwi

Tangerang-Jakarta
PP, Pagi-Petang

Pengendara Kerja Ibu Kota

Deru deru di udara berdebu
Pagi subuh dan petang riuh
Rapat melaju beringas maju
Gas-rem gas-rem gigi dua gigi satu
Jangan senggol jangan jatuh

Segera sampai, itu yang dimau
Pagi menjemput rejeki
Petang keluarga menanti

Ya, panas dan hujan, itu penderitaan
Ya, pekat polusi, itu jalur kematian

Tapi itu jalur kehidupan!
Tautkan rupiah dan rumah
Agar dapur tak berhenti berasap
Agar generasi penerus tak putus sekolah
Agar peradaban bangsa tak punah!

Ah, moga itu juga selalu jalur kejujuran
Jalur pengabdian, jalur ibadah, ‘tuk pancarkan citra Allah
(di ibu kota, menjaga nurani sungguh tak mudah)

Tangerang-Jakarta
PP, Pagi-Petang

Penasaran Kala Pagi

Meniti jalanan subuh seperti ini, sadari hari masih terbentang panjang di depan, sadari akan ada banyak pilihan pikiran, perkataan dan tindakan, banyak keputusan, besar atau kecil, namun selalu dua saja jenisnya: menghadirkan kerajaan Allah atau kerajaan iblis. Penasaran mengusik hati: Adakah polah dan ibadah sepanjang hari ini berkenan di hati Dia yang mempercayakan padaku kehidupan ini?

Kuperhatikan beragam orang dengan seragam masing-masing melaju di depan, kanan dan kiri; (tentara, polisi, satpam, petugas DLLAJR, pegawai SPBU, PNS, dll). Seragam itu mewakili tuan di dunia yang mereka layani. Kusadar seragam itu juga kumiliki, kukenakan kemanapun aku pergi: seragam saksi Sang Maha Kudus, murid Yesus, pelayan Kristus. Penasaran menyeruak di hati: Akankah kekudusanNya kupancarkan hari ini? Antusiaskah aku terhadap pelajaran apapun yang Sang Rabbi siapkan untukku hari ini? Hamba seperti apa aku akan didapati-Nya sepulang kerja sore nanti?

Kolose 3:17
Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Kolose 3:23-24
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.

Jakarta, 30 Mei 2012

Manusia Indonesia Itu...

Ehm, ...ini definisi sederhanaku:
Ia seorang religius,
akrab dengan Tuhannya,
serius tekuni agamanya.
Sekaligus ia bangga dengan keindonesiaannya;
Syukuri ragam perbedaan di tengah bangsanya,
memandang entitas etnis dan agamanya bahkan keseluruhan dirinya
hanya sebagai warna pelengkap, bukan lukisan Indonesia satu-satunya.
Pelengkap  yang memperkaya memperelok mengutuhkan Indonesia,
bukan sebagai pemilik pewaris tunggal bumi nusantara.
Sehingga, tak sekedar toleran, tiap pemikiran dan tindakannya itu
konsisten suburkan atmosfir kebersamaan, persaudaraan serta kepemilikan bersama. Terhadap saudara sebangsanya, ia hanya mengenal “aku,” “kamu” dan “kita semua.” Tak ada “dia” dan “mereka.”

Bila melihat agamanya/etnisnya bertabrakan dengan keIndonesiaannya,
ia tak posisikan diri sebagai pembela salah satunya, menolak cinta buta terhadap keduanya. Ia justru bertekad kokohkan cintanya pada keduanya, jagai citra keduanya tetap positif di nalarnya, yakin keduanya tak salah apa-apa. Akal budinya percaya, tabrakan itu pasti bukan karena cacat produksi keduanya, melainkan kekurang-telitian pengguna, karena kecerobohan pengendaranya, yakni bisa orang lain, bisa pula dirinya, bisa kelompok mana saja, bisa kepentingan segelintir orang saja!

Bila agama/etnisnya bertabrakan dengan keIndonesiaannyaia menolak meragukan atau mencurigai salah-satunya. Iman sehatnya percaya, memusuhkan dan mengenyahkan orang yang beda dengan dirinya itu bukan kearifan lokal etnisnya atau agamanya. Ia sedih bila tabrakan itu sampai menelan korban harta apalagi nyawa.

Seluruh niatnya semata demi sejahtera “aku, kamu dan kita,” segenap anak bangsa, anak cucu segenap pejuang bangsa, keturunan segenap patriot bangsa, saudara-saudara sekandung sesama ahli waris zambrud khatulistiwa!

Dan penting kutambahkan, dia bukan koruptor! Miskin atau kaya, dia bersih dari praktik haram dan hina, yakni mencopet atau merampok ibu kandungnya, ibu pertiwi tercinta! 

Andakah dia?? Semoga itu termasuk saya...

Jakarta, awal Februari 2012,
bulan kasih-sayang, bulan cinta.

Selasa, 29 Mei 2012

Out of Function?

Suatu malam aku mimpi:

Kudengar malaikat melapor pada Dia yang di tahta:
Gereja-gereja di Indonesia ditutup, resmi dilarang!”

Jawab-Nya: “Biar saja. Paling-paling agak sepi dikit di hari Minggu. Satu dua kelompok jemaat mungkin justru makin militan, makin berapi-api. Tapi yang pasti, Senin-Sabtu Indonesia akan tetap normal, seperti biasa: miskin, korup, anarkis, amoral, dan sarat ketidak-adilan.”

Iya juga, gereja tutup ga tutup ga ada bedanya,” pikir malaikat itu, memaklumi keputusan Sang Kepala Gereja yang masih setia menunggu gereja terjaga dari tidur lelapnya.

Aku terbangun, sedih...
Moga gereja juga terbangun suatu hari nanti, lalu bersedih,
dan mulai merindu berdampak bagi shalom negri,
hidupi ibadah sejati, semaikan perubahan di segenap aspek hidup republik tercinta yang sudah ditebus kasih Kalvari ini.

Yehezkiel 22:30
Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.”

Solo, September 2006

Senin, 28 Mei 2012

Kesatuan Sungsang

Dahulu ahli Taurat, orang Farisi, Saduki,
Imam-imam dan tua-tua Yahudi,
bersatu, sehati sepikir; musuh politik bersinergi:
adili Kristus, vonis Kristus,
aniaya Kristus, salibkan Kristus.
Mereka merasa benar, merasa berbakti

Hati-Nya pedih, berdoa:
“Ya Bapa, ampunilah mereka, karena
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Hari ini pemimpin Gereja, para-Gereja dan badan misi,
aktifis komisi, full-timer hingga para petinggi seminari,
terpecah: saudara seiman dan sepanggilan berfriksi:
saling tak peduli, saling iri, bahkan berkelahi.
Demi Injil, saling sikut saling rebut halal dinikmati
Semua atas nama visi, misi dan strategi!
Semua merasa benar, merasa berbakti

Jangan-jangan hati-Nya galau bin heran:
“Ya ampun Bapa, masakan mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat?!”

Betapa ironis giat demi Injil, bila kebersamaan begitu labil
Masakan dalam Gereja, kesatuan itu mimpi, unity itu ilusi???

Maka dicari: para pemberani, dari semua denominasi, yang berani dan tekun lakukan operasi suci, benahi kesatuan yang sungsang ini, dan bergandeng-tangan bidani kelahiran orok kesatuan sejati dari rahim Gereja Suci

Matius 12:25
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.

The goal is for all of them to become one heart and mind –just as YOU, Father, are in Me and I in YOU, so they might be one heart and mind with Us. Then the world might believe that YOU, in fact, sent Me. (John 17:21, The Message)

Saat, 28 September 2005
Saling sindir, saling klaim diri kelompok kristen paling sejati;
itu suara-suara dari mimbar berbagai denominasi sebulan ini. 

Minggu, 27 Mei 2012

Eternal Mind-set


Secangkir perspektif untuk ke Gereja:

Ibadah hari ini adalah untuk menetapkan kembali perspektif kekekalan sebagai lensa hati, agar keindahan dunia tidak melenakan, agar kesusahan dunia tidak terasa menakutkan.

Selamat Berbakti !

Once you put your heart to eternal things,
The beauty of the world will not look okay
And the duty or the reproach of it will not be scarry.

Asrama SAAT, coretan 31 Mei ‘05

Sabtu, 26 Mei 2012

Memberi Teladan...atau Pamer?

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:
Pelajaran berharga. Semalam sudah janjian sama istri, esok pagi berangkat ke gereja lebih awal, mampir ATM ambil uang buat kolekte. Kebetulan tidak ada uang sama sekali di kedua dompet kami. Lembar terakhir hanya cukup untuk kolekte anak kami di SM. Eh, di luar rencana, anak-anak rewel, akhirnya pagi ini berangkat seperti biasanya alias tak ada waktu lagi mampir ATM.  Alhasil, melangkahlah aku ke ruang kebaktian komisi remaja dengan agak kuatir bagaimana nanti saat kantong kolekte diedarkan. Apalagi aku jadi pengkotbah hari ini, duduk di depan!  Insting sudah ingatin terus bahwa memberi teladan pada remaja itu penting, mengajar dengan tindakan itu paling efektif.
Kebaktian sudah dimulai, 2 pujian sudah dinyanyikan, aku terus gelisah, sampai-sampai tangan seperti bergerak sendiri menuju kantong celana, kanan-kiri, memeriksa. Ternyata ada uang! Tapi recehan, 500 rupiah. Setengah senang setengah kecewa. Tapi hati mantap untuk masukkan recehan itu ke kantong kolekte. Agak reda gelisah di hati. Kotbah sudah disampaikan, saatnya kolekte. Gimana kalau ketahuan ya? Ah, ga mungkin. Di antara 30-an remaja yang hadir ini, mana mungkin pengurus yang menghitung uang kolekte  bisa tahu atau tebak siapa yang masukkan 500 rupiah ini. Maka begitu petugas mendekat, uang kugenggam erat, takut ketahuan. Pembina Komisi Remaja di sebelahku sudah masukkan uang, dan kantong mendekat....
Sengaja kumasukkan tangan agak ke dalam, memastikan remaja yang bertugas itu tidak melihat yang kugenggam. Namun yang luput dari pertimbanganku adalah jatuhnya recehanku di dasar kantong itu, yang rupanya dirasakan oleh petugas kolekte itu. Remaja putri itu tak bisa sembunyikan refleksnya, baik refleks mimik muka yang kaget, juga refleksnya menoleh padaku sepersekian detik. Tapi segera pula ia bisa kuasai diri lalu lanjutkan tugasnya. Detik itu juga hinggap lagi gelisahku, bahkan menjadi kekuatiran yang serius. Kubayangkan waktu menghitung uang kolekte dengan tim-nya, gadis itu berkata pada teman-temannya: “Gue tahu tuh siapa yang masukin recehan ini...” Ih, ngeri rasanya. Apalagi kalau pembina komisi remaja juga tahu, mau taruh di mana ini mukaku. Dia adik kelasku di seminari.  
Malam ini agak reda kuatirku. Tapi ini pelajaran yang barusan kudapat: tentang perbedaan antara memberi teladan dan pamer kebaikan. Tentu bukan pelajaran yang lengkap atau utuh, tapi ini yang terjadi dalam kasusku hari ini. Kusimpulkan bedanya ini, kawan: Pertama, tentang fokus perhatian kita. Niat memberi teladan itu fokus kita murni kepada Allah, pamer itu fokus pada orang lain (yang melihat).  Motif memberi teladan cukup fokus pada menyenangkan hati Allah, memuliakan Allah, sedangkan pamer itu fokusnya lebih pada kemuliaan diri, termasuk di dalamnya takut citra diri rusak di mata manusia bila tak melakukan kebaikan itu. Memberi teladan itu bahkan tidak ambil pusing bila ternyata tindakan baik itu luput dari perhatian. Gamblang hasil evaluasiku tadi, sejak semalam itu motif dominan cari uang untuk kolekte adalah ketakutan ini: Apa kata remaja itu, apa pandangan hamba Tuhan adik kelasku itu bila aku tidak beri kolekte.
Kedua, memberikan keteladanan itu sebuah anugrah kesempatan dari Tuhan, dan sesungguhnya harus dipandang sebagai agenda Tuhan. Tuhan yang sejak awal ingin menegur, mengingatkan atau mengajar orang-orang tertentu, dan Ia pilih kita para hambaNya sebagai alatNya, sebagai alat peragaNya. Maka wajar atau logis bila Tuhan pula yang tentukan kapan dan di mana dan kepada siapa kita menunjukkan keteladanan kita. Tidak bisa kita yang memaksakan diri, bukan kita yang tentukan tampat dan waktunya. Kuakui tadi itu aku maksain diri banget.
Thx GOD buat kejadian memalukan namun memurnikan ini.

Lukas 12:1-2
Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 

Tangerang, 22 April 2012
Mendoakan rekan hamba Tuhan, kerap disorot jemaat. Mendoakan pemimpin dan pejabat, selalu disorot media. Moga dalam memberi teladan itu murni motif mereka.

Jumat, 25 Mei 2012

Tergerak itu...

Indonesia kita, 230 juta jiwa.
Rasio polisi-penduduk 1:580,
Dokter-pasien 1:3.400.
Guru-murid 1:23 (mayoritas di kota besar di Jawa!)
5000 Hakim 1:50 kasus per hari.
dll.
Kuantitas minus, kualitas karakter minim, itu faktaL
Melayani slogannya, mengeruk untung prakteknya,
Mengabdi niatnya, menimbun pundi-pundi ujungnya.
Tergerakkah kita?  

Tergerak itu...
Yesus melihat orang banyak,
memindai kebutuhan,
menggagas respons.
Rakyat bak domba lelah terlantar,
Umat bagai ladang siap dituai,
Yesus mainkan peran penuai dan gembala:
pengajar,
penyembuh,
pembebas bagi bagi sesama.

Tergerak itu...
Yesus sadar diri sendiri tidak memadai.
Yesus tekadkan jumlah pun kualitas diriNYA melipat ganda:
menyeru gerakan doa,
melatih yang rela dan bersedia!

Tergerak itu...
Kita tobat mengeluh saja,
Kita insaf mengkritik senantiasa
Kita tuntaskan keprihatinan dengan doa
Kita tetaskan simpati dengan tindakan nyata:
    tambahkan diri sendiri ke dalam bilangan penuai dan gembala,
    dedikasikan bidang studi atau profesi, segala talenta yang ada.
Niscaya kelak tercapai jumlah idealnya;
Anak bangsa mau dan mampu menjadi solusi bagi problematika negrinya;
    Para pelayan masyarakat yang menghamba!

Matius 9:37
Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.

Jakarta, 25 Mei 2012
Tidak menjadi bagian dari masalah itu baik.
Tapi menjadi bagian dari solusi itu paling baik

Kamis, 24 Mei 2012

Di Momen Padang Gurun Kita


Kadang hidup terasa menuntun kita lalui jalan yang berliku-liku; terasa melelahkan tanpa kepastian.
Dalam situasi seperti itu, pastikan dirimu menjalaninya dengan penghayatan yang benar: bahwa jauh lebih baik bagi kita untuk menempuh jalan memutar bersama Allah, dari pada mengambil jalan pintas tanpa Dia!

Keluaran 13:20-21

Demikianlah mereka berangkat dari Sukot dan berkemah di Etam, di tepi padang gurun. TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
Malang,
Coretan September 2011

Rabu, 23 Mei 2012

WWJD Tentang Sukhoi dan Lady Gaga

Sisipan, isu hangat nasional:

2-3 minggu terakhir ini praktis perhatian bangsa kita tertuju pada dua berita saja: Sukhoi dan Lady Gaga. Dua trending topic itu punya kesamaan: sama-sama urusan mengimpor “barang” dari luar dan sama-sama urusan duit besar. Dan kali ini mengimpor teknologi terbukti lebih aman. Sukhoi yang notabene dibuat orang/bangsa atheis itu sepertinya akan mulus-mulus saja dikonsumsi bangsa kita (asal tidak terbukti faktor kerusakan pesawat sebagai penyebab kecelakaan di gunung Salak itu). Sebaliknya, karya seni dan penampilan vulgar Lady Gaga ternyata dirasa lebih mengancam, sehingga tegas dihadang, pakai isu pelanggaran hukum negara maupun hukum agama, keras diganjal dengan dalil moral agama dan jati diri budaya luhur bangsa.
Saya jadi teringat bangsa Israel di abad pertama, di zaman Yesus. Waktu itu bangsa yahudi begitu dikelilingi dan disusupi ‘produk’ kafir, baik melalui kekuatan militer asing maupun budaya asing (salah satu dan utamanya bangsa Romawi). Diinvasi oleh dua bentuk kekuatan asing itu, bangsa ini merespons sebagaimana lazimnya respons bangsa manapun (terutama yang dalam posisi lemah/inferior terhadap pihak asing), yakni dengan makin memperketat, makin menekankan aturan-aturan tentang kesucian dan nasionalisme. Tujuannya adalah menciptakan kesadaran kolektif-eksklusif dan pesan seperti ini: “Kami orang Yahudi, kami beda (lebih mulia) dari kalian, kami tidak hidup dengan standar moral rendah seperti kalian.”
Sebenarnya ini bentuk mekanisme pertahanan diri. Kebetulan bangsa ini religius, jadi wajar ayat-ayat kitab suci yang berbau atau terkesan (artinya belum tentu isinya seperti bau atau kesan yang ditimbulkannya itu) mendukung mekanisme pertahanan seperti itu banyak diekploitasi, bahkan dijadikan acuan tunggal. Alhasil, bangsa yang lama dijajah ini sudah lama pula menjadikan hukum-hukum kesucian (sunat, makanan haram, puasa, hukum sabat, ritual bait suci, dll) sebagai simbol jati diri bangsa, jadi bahan bakar nasionalisme mereka.
Dalam situasi bangsa seperti itulah Kerajaan Allah datang melalui Yesus, dengan posisi yang berseberangan, dalam arti hendak mentransformasi semua kebanggaan nasional mereka, karena justru menjadi kaca mata kuda yang menghalangi bangsa ini melaksanakan mandat dari Yahweh untuk menjadi saluran shalom bagi segala bangsa. Itu sebabnya Yesus kerap menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan agenda Kerajaan Allah. Menggunakan cara komunikasi yang biasa akan berbahaya dan kontra-produktif. Contoh, di tengah suasana hati bangsa itu yang bangga terhadap para martir yahudi yang disiksa dan dihukum mati penjajah karena menolak makan makanan haram (babi, terutama), tentu tidak bijak bila Yesus dengan lugas berkata, “Para syahid kalian itu mati untuk alasan yang keliru. Babi dan semua makanan haram itu halal sekarang.” Bisa murka atau anarkis tuh kelompok radikal yahudi.
Maka Yesus gunakan perumpamaan, pakai bahasa perlambang, gaya bicara sentilan. Ketika mengajarkan bahwa semua makanan halal, Ia bersabda: “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Markus 7:15, bdk ajaranNya di pasal 2:27: “Sabat adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hari sabat,” dan tentang puasa di pasal 2:18: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?”, dll). Metode komunikasi semacam ini akan membuat pendengar kurang paham untuk sementara, butuh waktu mencerna, tapi pasti akhirnya paham maksudnya.
Intinya, Kerajaan Allah sedang mendorong dan mengajarkan kesucian hati, kekudusan motivasi, lebih dari kesucian eksternal atau fisikal. Pernyataan Yesus yang menghalalkan semua makanan itu terasa keras bagi orang yahudi pada umumnya, kaum farisi dan ahli taurat khususnya. Bagi mereka hukum kesucian yang mengatur makanan jasmani itu penting sekali. Bagi kita bisa jadi ajaran Yesus ini tidak keras, karena kita sudah dibiasakan berpikir bahwa yang sifatnya rohani itu lebih mulia dari benda materi. Tapi harusnya ajaran ini kitav rasakan keras juga. Karena Yesus sedang berkata pada orang yahudi dan kita, bahwa manusia punya masalah sangat besar. Hati manusia, sumber utama yang seharusnya dari situ terpancar kehidupan, itupun sudah tercemar, sudah korup, najis. Maka apapun yang keluar darinya najis semata, meski tampilan luar kita nampak suci. Kerajaan Allah datang membawa solusi untuk masalah kesucian hati ini. Hati keras manusia bisa diubahkan, kenajisannya bisa disucikan, ditransformasi, bukan dengan serta-merta memeluk agama nasrani, melainkan dengan percaya pada Kabar Baik Injil Kerajaan Allah dan berjalan di belakang Yesus, Sang Mesias Juru Selamat terjanji.
Pertanyaannya, apakah dengan mengajarkan demikian, Yesus tidak setia pada kitab suci (karena dari kitab sucilah hukum kesucian yang dipegang erat kaum radikal yahudi itu berasal). Jawabannya adalah: YA dan TIDAK. ‘YA’ karena, sebagaimana dicatat oleh penulis injil Markus, Yesus menyatakan bahwa hukum tentang makanan haram itu tidak berlaku lagi. ‘TIDAK’ dalam arti Yesus menyatakan bahwa kedatangan Kerajaan Allah melalui Diri dan PelayananNya itu merupakan fase kelanjutan atau babak pemuncak wahyu Allah. Saat Yesus menyatakan hukum makanan haram itu tidak berlaku lagi, itu bukan karena kitab suci itu salah, melainkan justru karena kitab suci itu benar dan telah berhasil melaksanakan fungsinya, yakni menyadarkan atau membuat umat membuktikan sendiri bahwa kesucian sejati, kesucian internal, itu tidak bisa dicapai melalui ritual atau simbol-simbol eksternal. Yesus datang memainkan fungsi yang tidak bisa dilakukan oleh kitab suci. Hukum-hukum kitab suci adalah tanda dan simbol yang menunjuk pada Mesias, dan sekarang yang ditunjuknya telah datang, dalam diri dan pelayanan Yesus, maka selesailah tugasnya, fungsinya. Maka dalam konteks ini Yesus bukannya tidak setia pada kitab suci.
Dengan kedatangan Yesus, segala sesuatunya baru sekarang. Era Kerajaan Allah mengundang bangsa yahudi untuk melihat kitab suci (PL), juga umat kristiani hari ini dalam melihat seluruh alkitab, bukan sebagai kumpulan aturan hukum-hukum kesucian yang berlaku sepanjang zaman, melainkan sebagai sebuah kisah yang menuntun dan mengarahkan kita pada Yesus. Tidak mudah, perlu kemauan dan disiplin membiasakan diri memandang alkitab dengan perspektif demikian. Di era kerajaan Allah atau di era pemerintahan Mesias, Kristus ini, kita punya tugas ganda: di satu sisi kita wajib setia pada alkitab, tapi di sisi lain kita wajib pula menalar hal-hal baru terkait relevansi dan penerapannya. Itulah sebenarnya seni menjadi orang kristen, dari sejak jaman Yesus hingga sekarang bahkan hingga Yesus datang kembali.
Kembali soal Sukhoi dan Lady Gaga, saya memilih netral saja terhadap berbagai argumen yang menimbang manfaat-mudharat mengimpor keduanya. Hanya, doa saya semoga ke depan artis dan ilmuwan (dan pemerintah!) kita makin berhasil meningkatkan kualitas budaya dan penguasaan teknologi bangsa kita, agar karya anak bangsa ini makin membanggakan, makin punya daya saing dalam industri global (kalau impor melulu itu membuktikan bangsa kita ini masih dijajah, setidaknya oleh kapitalisme asing). Untuk soal haram-halalnya konser Lady Gaga, saya menitip sikap melalui kalimat simbolis ala Yesus ini: “Bukan yang masuk melalui mata (aksi seronoknya) atau telinga (lirik lagunya) yang menajiskan. Apa yang keluar dari seseorang, dari hatinya (niat puaskan syahwat, sengaja nonton mengharapkan pornoaksi dan pornolirik sang Lady) itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan dan..(tambahan saya)... ANARKISME! Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." Bagaimana menurut Anda?

Jakarta, 23 Mei 2012
Hari ini serah terima jenazah Sukhoi kepada keluarga, sementara konser Lady Gaga masih menunggu keputusan Mabes Polri.

Penjinak Bakat Sombong Kita

Kesombongan itu membutakan kita terhadap fakta-fakta tentang diri kita. Ia mengobarkan ego kita, menyerongkan visi kita, dan menghalangi kita mendekati Allah. Ia membuat diri kita terasing dari Allah dan dari diri kita sendiri. Akibatnya, kita kekurangan perspektif Allah dan merasa tidak butuh pertolongan Allah. Itu kemandirian sebodoh-bodohnya.

Menolak duduk diam di hadapan Allah, itu meniti jalan menuju ke sana. Anda sedang membiasakan perasaan Anda berdiri di pusat semesta, percaya hanya kepada diri Anda. Betapa berbahaya, alamat fatal kesudahannya!

Mazmur 92:5-6
Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu.

Mazmur 14:1
Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.

Mazmur 119:130
Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.

Jakarta, 23 Mei 2012
Bahan KTB: kesombongan itu kegagalan melihat dukungan orang lain
dan Tuhan dalam keberhasilan yang diraih.

Selasa, 22 Mei 2012

Bible Abuse 2

Alkitab itu lampu merah jalanan kota, bukan lampu sirine ambulance. Bahaya jika petunjuk untuk melambat, berhenti dan melaju lagi itu diabaikan. Nekad terus melanggar peringatannya, hanya soal waktu saja diri mendapat celaka.

Bila sudah terlanjur celaka baru dibaca, seringkali nasehat dan tegurannya  justru bikin rasa sakitnya melipat ganda, cenderung terdengar seperti raungan sirine ambulance yang panikkan hati dan gaduhkan telinga. Tiada guna pula berada di kamar penuh fasilitas kelas istana, jika gedung megahnya Rumah Sakit belaka.

So, kendalikan laju hidup Anda, kawan; baca dan taati Firman kemanapun hidup membawa Anda; biasakan tertib rohani di jalan-jalan dunia, karena hidup Anda bisa lebih berliku dan jauh lebih berharga dibanding berkendara di dalam kota.

Mazmur 119:105
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Amsal 3:6
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.


Jakarta, 4 Mei 2012
Sedang siapin kotbah: Mengenali Kehendak Allah

Senin, 21 Mei 2012

Bible Abuse 1


Alkitab itu normalnya buku resep masakan, mampukan kita masak dan siapkan hati kita nikmati makanan enak. Ia bukan buku resep obat, yang hanya dibuka dalam kondisi-kondisi tak normal, kala hati luka saat hidup tertabrak realitas duka.

So, jangan tunggu sampai sakit, kawan. Jauh lebih bijak jaga hidup sehat; latih ketrampilan memasak dan nikmati makanan sehat Anda, setiap hari. Niscaya rasa cukup lebih mendominasi hati, di tengah berbagai kekurangan yang kerja maksimal kita belum mampu penuhi; niscaya damai sejahtera lebih memenuhi, di tengah realitas galau yang kehidupan sajikan pada kita tiap hari!

1 Timotius 6:6-8
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

Jakarta, 21 Mei 2012
Menyimak fenomena bawa alkitab saat opnam di RS

Minggu, 20 Mei 2012

Raport Kebangkitan Nasional Kita Hari ini

Sisipan, Hari Kebangkitan Nasional

Pesta demokrasi terjadi hampir tiap hari; di dunia bisnis ada Rapat Umum Pemegang Saham. Di ranah politik ada pembahasan dan pengesahan Undang-undang di gedung dewan, dll. Bersyukur di seminariku dulu ada RUA, Rapat Umum Anggota (sema SAAT). Di gereja? Rapat majelis, dll.

Aku jadi ingat Boedi Oetomo dll. di tahun 1908 itu, diary. Mereka dan juga tahun-tahun itu merupakan tonggak momentum kebangkitan, benih kebebasan berorganisasi dan berdemokrasi di Republik ini. Kami bisa lakukan acara-acara hari ini merupakan buah dari peristiwa-peristiwa yang memuncak tgl 20 Mei seratus empat tahun yang lalu itu. What Mr. Oetomo did had paved the way of democracy for us. I hope and pray that what we are doing right now will pave a better way for our next generation in this country.

Makin dipikir, makin mengharukan lo, diary. Gimana ngga’, bisa dibilang itu moment peralihan bangsaku masuki era yang lebih beradab; dari era perlawanan senjata ke era perlawanan politis, dari kultur adu otot ke kultur adu nalar. So, I see no reason not to feel indebted to and thankful to people/the leaders and the year of that 1908, meski di tengah keprihatinanku melihat bayi demokrasi itu telah lewati masa usia kakek-kakek (104 th !) namun perilakunya bagai kakek yang childish, bahkan autis!, karena kulihat keputusan-keputusan penting bangsa ini masih sering merupakan produk-produk pemaksaan individu/kelompok tertentu yang lakukan money-abuse dan power abuse.

Mencermati alotnya dan mahalnya beaya proses demokrasi di gedung dewan maupun di tiap pemilu kada hari ini, mencermati konflik horisontal antar sesama anak bangsa yang makin marak tahun-tahun terakhir ini, aku ga tahu, diary, berapa grade proses demokrasi bangsaku hari ini tergolong level elementary, intermediate atau advanced. Yang jelas aku tetap puas akan prosesnya, ada banyak suara, ada pro dan kontra, itu tanda minimal yang bisa kita ikuti, ga seperti lembaga yudikatif dan legislatif era Soeharto yang cuma seperti Paduan Suara. Terdengar dan tampak indah harmoni, namun sesungguhnya secara de facto hukum dipasung dan demokrasi dikebiri.

Well, kita doakan dan terus nantikan membaiknya kualitas (baik secara teknik maupun etik) demokrasi bangsa kita ini. Hidup para pejuang demokrasi !!!


Jakarta, Harkitnas 20 Mei 2012
Menyimak trending topik media 2 minggu terakhir ini:
Evakuasi korban Sukhoi dan Kontroversi konser Lady Gaga