Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 31 Maret 2012

Proyek Iming-iming

Secangkir Semangat Untuk Menulis:
(Spesial Sabtu sore)

Selain desakan beberapa teman, exist-nya blog ini juga sebuah proyek iming-iming, sengaja untuk bikin rekan lain ngiler, kepingin: kepingin nulis (ga harus berbentuk puisi!). Nulis di jurnal pribadi atau di diary, atau blog seperti ini. Hal-hal yang tertulis dalam blog ini terangkat dari peristiwa sehari-hari.

Mampir ke blog ini, saya harap teman-teman berpikir: “Ah, sederhana sekali, yang begini aku aku juga bisa!” Ya, itu pula yang saya yakini. Mengarang itu sulit, tapi menulis itu gampang sekali, karena bahannya kita lihat dan kita alami sehari-hari.  Asal mau, kita semua mampu menulis. Merasa tak berbakat nulis itu soal waktu, soal latihan, soal jam terbang.
Coretan Juli 2004
Kata “blog” aslinya adalah “buku”

Bukan Yesus yang Kukenal?

Sisipan khusus, Refleksi-puisi sambut Paskah:

Subuh tadi motorku disalib satuan Dalmas (pasukan pengendalian massa), 1 truk penuh. Sepagi ini para polisi muda itu sudah menuju lokasi demonstrasi kenaikan harga BBM hari ini. Kulihat mereka sudah berpakaian lengkap, penutup badan, helm, sarung tangan serta tongkat pemukul.  Wajah mereka nampak dingin, tenang, tapi kuyakin hati mereka tak demikian. Demonstrasi penuh lemparan batu, kayu bahkan bom molotov kemarin menjadi pelajaran, betapa mereka sama sekali tak tahu apa yang akan terjadi, apa yang akan dilemparkan para demonstran ke arah mereka hari ini. Ya, mereka ini orang-orang yang ditugaskan mendekati bahaya, menghadapi bahaya. Tugas yang beresiko luka bahkan bisa jadi kehilangan nyawa.  
Misi Yesus mirip itu, kawan, bahkan lebih sulit lagi. Karena kematian bukan sekedar salah satu resiko, melainkan resiko yang sudah pasti akan terjadi. Di Kaisarea Filipi itu Yesus  mengumumkan prediksi kematianNya, setelah Petrus mewakili rekan-rekannya berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah.” Wajar para murid kaget dan kecewa. Bagi mereka, Sang Guru bukan sekedar sedang mengumumkan sebuah misi berbahaya, melainkan misi untuk sengaja kalah pada bahaya itu. Lebih buruk lagi, Ia mengundang mereka untuk bergabung dan turut kalah bersama-Nya. Itu sama saja dengan satuan Dalmas mendengar komandan mereka menyampaikan briefing seperti ini: “Kita akan biarkan demontran itu menyerang kita hari ini, kalahkan kita dengan mudah!”
Itu pasti instruksi yang terdengar sangat buruk. Pasukan huru-hara itu pasti akan lebih senang dengan instruksi: “Pentung, gebuk, tendang, tembak!” Akan terdengar lebih pas bila Yesus serukan: “Ayo gulingkan rezim korup Herodes maupun rezim ulama penguasa bait suci, hunus pedang kalian, usir juga penjajah kafir!” Mereka sangat berharap Mesias akan mengembalikan Israel pada posisi kekuasan dan kemuliaan di antara bangsa-bangsa kafir. Reaksi negatif Petrus yang “menarik Yesus ke samping dan menegor Dia” (Markus 8:32) jelas bisa kita maklumi. Baginya, bagi para murid, bagi orang yahudi, Mesias yang kalah seperti itu jelas Mesias palsu. Wajar mereka bingung, mereka berhak bingung.
Tapi penting sikap keras Yesus yang memarahi Petrus: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Markus 8:33). Itu berarti oposisi terhadap rencana dan cara Mesias itu, dari manapun asalnya, bahkan bila itu dari Petrus, tangan kanan-Nya sendiri, harus dipandang sebagai gagasan si jahat, pemikiran dari sudut pandang iblis.
Jangan salah paham, kawan. Yesus tidak hendak membiarkan kejahatan menang. Ia berpikir kejahatan akan dikalahkan, dan kerajaan Allah akan datang, tepatnya melalui penderitaan dan kematianNya sendiri. Mesias seperti itu bertabrakan dengan gambaran Mesias dalam pikiran orang yahudi, mengguncangkan keyakinan para murid. Konsep kemuliaan dan kekuasaan yang diimpikan Israel sebagai bangsa pilihan itu berbenturan dengan cara Yesus menuju kemuliaanNya, bentrok dengan natur proses yang dibutuhkan sampai Yesus mengalami “segala kuasa di bumi dan di sorga diberikan Bapa kepada-Nya.”  
Maka, kawan, menurutku paskah itu selalu momen perenungan ulang, entah kita pernah atau tidak pernah bingung, kecewa atau terguncang iman selama mengikut Tuhan, entah kita sedang mengalami situasi yang dihadapi pasukan Dalmas di lokasi demonstrasi penuh anarki atau situasi aman-nyaman saja. Mungkin paskah tahun ini saat pencerahan yang menuntut perubahan radikal pada gambaran Yesus yang kita imani selama ini, pada gagasan kita tentang kehidupan kristen, tentang misi kristen selama ini, termasuk pada gagasan kita tentang kemuliaan dan kekuasaan itu sendiri. Jangan sampai yang kita yakini dan hidupi dengan tulus selama ini masih dekat dengan bentuk oposisi terhadap misi Mesias sejati, masih dekat dengan sudut pandang iblis sendiri!
Selamat jelang paskah, kawan.

Markus 8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Jakarta, 29 Maret 2012
Puncak demo besar-besaran,
DPR voting perlu tidaknya pemerintah naikkan harga BBM


Jumat, 30 Maret 2012

Salib itu Terobosan!

Sisipan, sajak-refleksi siapkan hati untuk paskah:

Cuek, matikan perasaan,
apapun yang terjadi terserah.
Wajah tenang hati gundah,
sikap wajar memendam marah
atau...imbangi kelicikan lawan,
arogansi dibalas benci, baku serang.
Yang satu jurus menghindar,
Yang lain rumus teror diumbar.
O, keduanya sekedar cara bertahan,
keduanya defense mechanism, kawan !

Tapi breakthrough mechanism adalah
ketika dalam situasi rumit dan menekan,
cita-cita terus diperjuangkan, kejahatan teguh dilawan
tanpa kekerasan, hingga kain perubahan terbentang lebar.
Hingga awal yang baru dan lembaran baru jadi kenyataan.

Seperti itulah Yesus kita, kawan.
Tak melarikan diri, tak juga menyerang balik.
Ia menghadapi, Ia menjalani, via-dolorosa ke Kalvari.
Hasilnya? Alat eksekusi diubahNya jadi lambang kasih,
peristiwa menghinakan jadi momen kemuliaan.

Ya, dunia gemar cara pengecut maupun cara teroris,
tapi Yesus memilih langkah terobosan, jalan salib!
Itu jalan setapak ketaatan, hanya berujung kehendak Tuhan.
Itu jalan sempit, jalur sepi, butuh nyali besar.
Bisakah, maukah kita demikian, kawan?

Matius 26:42
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Jakarta, Februari 2012
Ingin menyerah, ingin membalas, sangat butuh kekuatan Tuhan.

Kamis, 29 Maret 2012

Aku & DIA di Malam Jahanam Itu

Sisipan, sajak-refleksi siapkan hati untuk paskah:

Penat tubuhku ini,
perih memar tubuh Dia.
Bengkak kantuk mataku ini,
tapi bengkak lebam pelupuk Dia.
Gundah bosan hatiku ini,
tapi hati-Nya gentar ngeri.

Ya, malamku tadi adalah curhat seorang kawan,
tapi malam Dia adalah cium khianat sahabat.
Dini hariku tadi adalah tidur singkat namun lelap,
tapi dini hari Dia tadi olok-pukulan tiada henti.
Semalamanku itu curhat tentang wanita,
tapi semalaman Dia itu lara hina demi dunia.
Hati kecilku nelangsa: “Sempat tidurkah Dia?”

Lukas
22:48 Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?"
22:57 Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia.”
22:63. Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya.

Asrama SAAT, Jum’at Agung, 9 April 2004, Lt. 2/Pa
Semalam[an] Lukman sharing !

Rabu, 28 Maret 2012

Tuhan di Kursi Terdakwa

Ini Dunia Bapa, sekaligus ruang sidang adili Dia
Manusia hakimnya, iblis jaksa penuntut umumnya.
Dia tak butuh dibela, tapi sengaja andalkan kesaksian kita.

Kita saksi setia, atau saksi dusta?
Di atas di bawah mimbar, di dalam di luar gedung gereja,
saksi yang meringankan atau memberatkan Dia?
Mulut yang satu ini, bela Dia atau khianati Dia?
Hidup kita hari ini, muliakan Dia atau sangkali Dia?

Karena mulut dan perilaku kitalah penentu vonisnya:
Dia bebas, leluasa hangatkan dan ubah hati mereka,
atau Dia dihinakan, di ruang hati mereka,
lalu disalibkan, di bukit tegar tengkuk mereka.
Ya, mereka yang diam-diam perhatikan hidup kita!

Maka sebelum bicara, bercerita, bekerja,
teduhlah, heninglah waktu pagi di hadapan-Nya.
menatap mata-Nya, pandangi bilur-bilur-Nya,
rasakan kembali gairah cinta kasih-Nya pada kita.
Jangan terlambat seperti Petrus, sesal tiada tara:
menatap mata-Nya usai kokok ayam ke 3, setelah dusta ke 3 !

Janganlah mengucapkan saksi dusta atas sesamamu manusia
(Keluaran 20:16) 
Matius 5:16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

SAAT, 11 Nop ‘05 
Inspirasi: Kotbah Kian Guan di chapel tadi pagi

Selasa, 27 Maret 2012

Transfer Visi

Tak mungkin orang lain terbakar oleh visi
Mana mungkin mereka menggelora bermisi
Mustahil mereka beraksi dengan totalitas diri
Kalau dirimu sendiri tak menyala-nyala karena visi

Skenarionya sederhana sekali:
Visi akan selamanya tinggal mimpi
Kalau hatimu sendiri tak terjilat lidah-lidah api visi
Kalau hatimu sendiri tak hangus oleh kasih Kalvari

Setiap heningmu itu untuk isi amunisi
Pelurumu keberanianmu untuk terus bersaksi
dan ketekunanmu menantang memotivasi
kesabaranmu menanti buah-buah rohani.

Yehezkiel 36:27
Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

Malang, Mei ‘07
2 bulan di ladang pelayanan baru:
malam ini resah dan pesimis.

Saksi

Saksi itu hanya berkisah
        tentang
                apa yang dilihat
                apa yang dialami

Alkitab dan Doa itu bekal
        untuk
                melihat Allah
                mengalami Allah
                        sepanjang hari

        karena,
jaksa dan hakim itu kita jumpai setiap hari,
Kristus senantiasa di kursi terdakwa, dunia adili.

Jawab kita itu peluang, cerita kita itu kesempatan,
laku hidup kita itu bukti telanjang, selalu menentukan:
        Kristus dibebaskan dari segala tuduhan,
        atau harus didakwa bersalah dan tersalib lagi !

Yesaya 43:10
"Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.

Kisah 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."    

Yohanes 13:35
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."                                                       
                                                               
Paskah, Ahad 8 April ’07

Ketemu 2 ekstrim kemarin:

Pendeta: “Worship, bahasa Roh itu energi kesaksian terpenting!”
Mahasiswa: “Belajar Firman lewat disiplin PA, itu cara terbaik mengalami Allah sejati.”
(cermin bagi kubu-kubu gerejawi, potensi kesaksian buruk tentang kesatuan kristiani)

Senin, 26 Maret 2012

Libur Posting

Maaf pengunjung sekalian, saya demam 2 hari terakhir. Hanya pesan pemberitahuan ini saja yang bisa saya tulis...:-) Mohon doa bjuat sembuh saya, bila tak keberatan. GBU all.

Minggu, 25 Maret 2012

Just As I Am


Secangkir perspektif untuk ke Gereja:

Ibadah hari ini bukanlah jadual melapor pada Tuhan tentang kesalehan diri, melainkan moment keberanian akui ketidak-layakan diri. Duduk atau berdiri di sudut manapun, kita tetap bisa menepuk dada dan berdoa: Lord, have mercy on me !

Selamat berbakti!

Sabtu, 24 Maret 2012

Seperti Nepuk Nyamuk

Secangkir Semangat Untuk Menulis: 
(Spesial Sabtu)


Ide-ide itu seperti nyamuk, tiba-tiba terdengar bunyinya, bersliweran liar di sekitar kepala. Kalau ga siap mukul, lolos dia. Makanya tiap kali terbang mendekat, jerat saja dalam coretan pena kita. 
Coretan 3 Juli 2007

Kekasih Setia di Depan Pintu

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:

Beberapa waktu lalu seorang rekan praktek pelayanan 1 tahun ceritakan pergumulannya menghadapi pemuda gereja yang jatuh hati padanya dan sering mampir ke pastori tempat tinggalnya. Cukup ganteng sih orangnya, anak mantan gembala pula. Tapi karena rekan saya ini tidak punya perasaan yang sama, maka ia merasa tidak nyaman dengan kunjungan-kunjungan sang pemuda. Dengan terpaksa ia persilahkan pemuda ini masuk dan ia ladeni obrolannya dengan sikap dingin dan keramahan sekedarnya.

Tapi yang paling dia suka, apabila pemuda itu datang tepat di saat ia sedang sibuk mempersiapkan kotbah, karena dalam situasi seperti itu, ia bisa cukup membuka pintu sedikit (dan tanpa merasa bersalah!), lalu dengan sopan tapi senang memberitahu pemuda itu bahwa ia tidak bisa terima tamu. Artinya, ia tidak perlu mempersilahkan pemuda itu ngobrol di dalam. Aku empati dengan dilemanya sebagai mahasiswa praktek pelayanan itu, tapi kurang setuju sikapnya. Kenapa? Entahlah, solidaritas pria barangkali.

Namun yang pasti, belakangan aku dicelikkan bahwa sikap rekan itu sering merupakan sikapku sendiri, atau sikap kita. Dalam konteks pertobatan, memang kita telah membuka pintu hati kita dan mempersilahkan Yesus masuk. Namun dalam konteks proses pertumbuhan rohani, kita sering tidak ramah, atau seringkali seakan cuma mengajak Yesus bicara di depan pintu, dengan tergesa-gesa dan dengan alasan kesibukan studi, pekerjaan dan pelayanan kita. Bahkan, bisa jadi tidak membukakan pintu sama sekali! Aku percaya tiap kita tidak senang dengan sikap tuan rumah seperti ini. Tapi dalam prakteknya banyak anak Tuhan kerap bersikap seperti ini.

Padahal, Alkitab memang punya gambaran tentang Allah yang di muka pintu berdiri, mengetuk dan menanti. Bukti bahwa Ia bukan berhala mati, yang tidak punya perasaan maupun emosi-emosi, melainkan Ia Allah yang peduli dan penuh kasih, Allah yang aktif mencari, yang mengambil inisiatif berelasi. Allah yang tidak memaksa dengan mendobrak pintu itu dari luar, namun serius mengetuk dan menanti kita mempersilahkan dan menyambut-Nya sepenuh hati. Allah yang ingin menghibur sekaligus rindu menggoyang status quo kita, zona suam-suam kuku kita yang melenakan sekaligus membahayakan diri kita. Intinya, kawan, kitalah yang banyak diuntungkan dalam relasi ini, sama sekali tak akan rugi.

Kawan, mari serius renungkan situasi ini. Ia masih setia mengetuk pintu hidup kita sampai hari ini. Bagaimana respons kita hari-hari ini? Seperti sikap rekan pelayananku yang menolak cinta pemuda tadi, dengan alasan kesibukan pelayanan, kerja atau studi? Kapan terakhir kali kita membuka pintu bagi-Nya dengan hati hangat, penuh sayang dan hormat? Dan berbincang sepenuh konsentrasi sepenuh minat?

Wajar rekan pelayanan praktek 1 tahun tadi tidak mau akrab dengan pemuda itu, karena ia tidak mencintainya. Tapi wajarkah, logiskah, pantaskah kita menolak berelasi lebih dekat, menolak berbincang akrab dengan Pribadi Yang tersalib, Juru Selamat kita itu? Bukankah kita sering mengaku mencintaiNya lebih dari segalanya? Yang benar aja, kawan!


Wahyu 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.


Asrama SAAT, 14 Mei 2005

Jumat, 23 Maret 2012

Hamba Tuhan, Menyepilah !

minggu solitude:


Di hari Tuhan, di rumah Tuhan, ga jumpa Tuhan :
Siapa orangnya? Ternyata …. Hamba Tuhan !
Lumrah sekaligus ironi, bukan rahasia lagi:
justru di hari ibadah mereka paling jauh dari Tuhan.
Tak setuju? Selamat, Anda termasuk pengecualian.

Tapi coba introspeksi:
Berapa banyak kidung dilantun utuh dengan konsentrasi penuh?
Berapa lama konsentrasi setekun mata memandang mimbar? (apalagi bila pengkotbah itu rekan pelayanan sendiri)
Berapa pokok syafaat kita daraskan dengan hasrat yang tuntas?
Itu yang terjadi selama ibadah. Setelahnya apa?
“Bincang-bincang sosial,” kelas Sekolah Minggu, rapat ini itu.
Semua kuras energi, emosi, dan perhatian,
sehingga mustahil nikmati Tuhan di hari perhentian.

You see, sabatpun tak kuasa hentikan Hamba Tuhan.
Tapi itu karena tanggung jawab jabatan, jangan salahkan.
Hari libur ini memang puncak tugas kaum imam Tuhan.
Maka pilihlah hari dan jamnya, wahai  Pelayan Tuhan!
Taati kewajiban sabatmu, agendakan heningmu, perhentianmu.
Wahai majelis, tolong pastikan mereka berhenti, seminggu sekali
Demi terjaga kuasa rohani mereka, demi sehatnya visi-misi gereja!

Yesaya
30:15 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan,
30:16 kamu berkata: "Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat," maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: "Kami mau mengendarai kuda tangkas," maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.

Jakarta, 23 Maret 2012
Kebetulan hari ini Hari raya Nyepi 

Kamis, 22 Maret 2012

Paradigma Taat


Jangan ambisius,
karena kamu tidak akan sukses sebelum waktu-Nya

Jangan takut,
karena kamu tidak akan mati sebelum waktu-Nya

Jalani saja terus,
dengan serius, dengan tulus, dengan setia




SAAT, 19 Januari 2006
Hari ini seorang adik KTB ekspresikan ambisinya juara kelas,
supaya Tuhan dimuliakan, katanya.
Seorang rekan sekelas curhat lagi malam ini, seperti biasa,
takut nilai KHS jatuh semester ini.
Sementara seorang hamba Tuhan yang kubezuk nampak nyantai aja
hadapi kanker ganas yang makin sering patahin tulang dadanya. 

Never Forget to Remember

When your world falls into daily routine,
And your ministry tends to be mechanic,
Remember this:
        It’s all about relationship, from the very start!
        Your relationship with Him, which insist 2 basic things:
        To continue knowing Him,
        To continue, at any situasion, loving & obeying Him.
No matter your level of position in organization
No matter how important person you’ve turned to be,
No matter how great success you achieve
The thing is still the same:
        It’s all about relationship, till the very end!
        Your relationship with Him, which insist one crucial things:
        Your daily personal encounter with Him.
Why?
    ‘Coz your ministry is…
    to proclaim the Person of God to people
    to assure them to meet & to know God personally
    and to have personal relationship with Him continually.
Why?
   'Coz without it...
   Any succes you achieve might happen out of your ambition, 
   not His mission. 
Why?
   ‘coz this is the supreme power of your spiritual leadership!

Sukabumi, 3 Agustus '07
merenung sejenak di sela-sela Konsultasi Nasional Pembimbing Siswa 

Tentang Buka Tutup Mata

minggu solitude:

Ini zaman mata terbuka, orang enggan tutup mata
Mata dipaksa terus terbuka, terus bekerja;
menonton banyak hal, tapi makna jarang dicerna,
menatap cermat, tapi hati tak menanggap.
Alhasil, makin melihat, manusia makin buta.

Justru saat kita terlatih menutup mata,
serentak mata-mata yang lain terbuka:
Mata bathin meneropong jauh ke depan.
Mata budi menimbang peran di masa sekarang.
Mata iman tangisi hari ini, tajam menatap pengharapan!

Ya, itu ironinya, kawan.
Buka mata itu orang justru kerap terlena, suka bermimpi,
Tutup mata, kita jadi waspada: bervisi, bersaksi dan bermisi!

1 Korintus 14:15.
Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.

Libur natal 2011, di kereta JKT-solo
Pemuda di depanku betah melek, sepanjang malam nonton dan main game di laptopnya, lengkap dgn earphone di telinga.

Rabu, 21 Maret 2012

Harmoni kala Pagi

minggu solitude:

Bangun pagi, pasang telinga, tutup mata kembali.
Suara-suara tampil, sampaikan pesan: kami ada!
Ragam kicau burung, derik jangkrik sisa malam hari.
Cicit anak ayam berebut makan, decak cicak sesekali.
Deru lembut mobil, tetangga panasin mesin
Desis api kompor gas tetangga, senada milik kami.
Klakson motor penjaja roti, bunyinya khas sekali.
Tegur sapa para pembantu, sibuk mencuci.
Bunyi bapak sebelah buka pagar, jalan pagi.
Pula suara sang istri, rayu anaknya segera mandi.

Lalu apa?
O, lalu kusadari, Bapa di sorgalah yang tempatkan mereka.
Diriku dan mereka, seyogyanya jadi komunitas bersama.
Saling hadirkan diri, mencinta dan dicinta, berbagi makna.
Lalu apa lagi?
Kehadiran mereka kusyukuri, peran hadirku kuamini lagi:
‘tuk taburkan benih harmoni, dalam tutur maupun aksi.
Ya, harmoni sosial dan ekologi, selaku saksi Kristus hari ini.
pun harmoniku dengan visi sorgawi, dalam misi injil sejati.

Matius 22: 37-40
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Malang, Juni 2010,
Baru pindah kontrakan

Selasa, 20 Maret 2012

Kuasa Rohani

Masih minggu Solitude:

Aku menyebutnya spiritual mood, minat dan energi rohani.
Ia bukan sesuatu yang bisa kita himpun dari rasa percaya diri.
Bukan pula dari skill, program atau aktivitas penuh sensasi.
Apalagi dari tinggi-banyaknya prestasi, ‘nggak sama sekali!.

Ia sepenuhnya hasil dari hangatnya sebuah relasi,
kesadaran kontinyu dan dinamis bersama dengan Yesus,
yang adalah subyek sekaligus obyek devosi hidup kita ini.

Pada kualitas terbaiknya, ia hasil persahabatan panjang,
terpupuk oleh kesetiaan dalam baik buruknya situasi,
teruji dalam kondisi penuh berkat maupun langkanya rejeki,
terbentuk melalui jatuh bangun yang anti kata ‘berhenti.’

Bukan berarti memilikinya kita tidak bisa tawar atau pedih hati,
tetapi memilikinya akan membuat kita kebal intimidasi;
     intimidasi kenyaman yang melenakan
     maupun kesulitan yang memahitkan.
Lebih jauh, memilikinya berarti kita punya senjata rohani,
     kesaksian hidup yang menggerakkan hati,
     laku hidup yang menggerakkan misi ilahi.

Intinya, kawan,
Prayerlessness, let alone Quietlessness
is powerlessness ;
                         Buktikan sendiri!

”Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
tetapi pada kekuatan Allah.”  1 Korintus 2:4-5

Jakarta, 20 Maret 2012
Sumber inspirasi: anakku sering bilang ‘bosan’ akhir-akhir ini, makin moody.

Senin, 19 Maret 2012

Dunia Bunyi vs Dunia Sunyi

Masih minggu solitude:

Sobat, inipun salah satu ironi masa kini:
Manusia tenggelam dalam bunyi.
Makin mendengar makin tuli.
Makin limpah informasi, makin primitif nurani.
Makin bebas merdeka, makin takluk pada berbagai tirani.

Sebaliknya, ini salah satu kunci hikmat abadi:
Manusia menyelam dalam sunyi,
karena di situ bertebaran mutiara sorgawi.
Dalam senyap ia memindai perkara-perkara suci,
gendang bathin merekam banyak dendang hati:
        suara-suara bumi,
        bisikan-bisikan nurani,
        teriak-teriak mimpi.
Dan bonusnya...
ada kemewahan bagi insan yang tekun akrabi senyapnya sunyi:
Dalam senyap kita mendengar megahnya semesta bernyanyi!
Kadang tanpa arti, namun sangat meneduhkan hati!


Mazmur 19:1-4
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi


Tangerang, Februari 2012

Minggu, 18 Maret 2012

Dari Mata Air, Gumpalan Awan hingga Samudra

Perjalanan Puisi ini hingga sampai di mata Anda:

Mata bathin saya menatap sebuah peristiwa,
lalu sepercik pencerahan menyembur begitu saja,
deras di sumbernya, membuncah, berlarian di kelok-kelok sungai kata-kata,
turuni lembah ngarai, mengembara, berkelana, hingga tiba di ujung pena,
basahi pantainya, terserap ke muaranya, penuhi samudra pesan penuh makna.

Sebagian terjadi mendadak begitu saja:
Tiba-tiba segumpal awan ide lewat.
Lalu terbentuk gumpalan-gumpalan berikutnya
Makin membesar, makin padat kerangkanya
Lalu menetes begitu saja, berjatuhan rintik-rintik kata,
Hingga akhirnya datang hujan baris-baris kalimat, dari ujung pena.

Lembar demi lembar mengajak Anda nikmati keindahan pantainya,
lalu mengundang Anda selami kedalaman samudranya.
Harap saya, ijinkan tiap puisi memesona mata dan menyentuh hati Anda,
mendorong kehendak Anda, hangati jiwa Anda,
mengusik bathin Anda 'tuk menyambut undangannya:
pertimbangkan pesannya, lakukan kehendak-Nya.

Solo, Mei 2005

Poros dan Rotasi


Utamanya, saya bicara tentang disiplin doa dan saat teduh versi kristiani dalam blog ini. Selingan dan sisipan di dalamnya sekedar implikasi teologis atau konsekuensi logis yang sesungguhnya tak terpisahkan tatkala tekuni dua bentuk devosi ini. Yang pasti, hidup dan pelayanan kita yang sibuk dan hiruk pikuk ini harus berporos dan berotasi pada dua hal esensial ini.
Jika dua mutiara ini bukan sesuatu yang dirindukan dan dinanti, sudah pasti kita akan mengalami stagnasi, tanpa energi apalagi militansi (sebuah mal-fungsi yang umumnya tidak merusak reputasi namun jelas mengecewakan di mata Allah sendiri).
Sebab tanpa relasi dengan Yesus seperti ini, visi mudah jatuh menjadi ambisi, atau suci kita sepi aksi. Lalai menekuninya, menyerah pada kendala-kendalanya, abai menjaga konsistensinya, maka sulit bagi kita menjaga hasrat untuk bersaksi, apalagi gairah untuk bermisi !

Tangerang, Nopember 2011

Narrative Poem

Genre tulisan dalam blog ini adalah Puisi Narasi.
Ia adalah cerita berjubah syair:
Kisah sedetil mungkin, kata-kata seringkas mungkin
Bahasanya lugas, kadang centil
Yang pasti bikin orang tersindir atau berpikir
Bikin manggut-manggut atau cemberut
Ia adalah laporan investigasi:
Langsung dari tempat kejadian
Langsung dari hati nurani!

Jika ada yang kurang pas di hati, itu karena;
puisi narasi adalah potret dari satu sisi
obyeknya lokal atau global, tetaplah subyektif sekali
itu hasil eksplorasi hati, perjalanan ke dalam bathin
Dari situlah semua berasal, semua mengalir bak pelangi,
kata-kata indah, isinya warna-warni
Jika ada yang kurang pas di hati, itu karena;
Puisi narasi adalah dunia yang otonom,
paradigma dan logikanya mandiri

Itu sebabnya puisi kurang pas dikritisi
Puisi narasi justru mengundang, menantang peziarah lain
untuk membuka jendela hati, tembusi ruang bathin masing-masing
dan membebaskan apa yang ada di dalamnya
Dengan demikian tiap hati tetaskan puisi
dan makin banyak puisi makin banyak sisi
dilengkapi dan melengkapi
menjadi bangunan besar rumah hikmat
dengan banyak jendela hati, di semua sisi.

Coretan Agustus 2002,
Asrama SAAT, Arief Margono 18, Malang, 

Memotret Dengan Pena


Kawanku seorang fotographer,
aku seorang moment-grapher.
Aku berjumpa peristiwa,
kutangkap kesan-kesannya,
kutentukan angle alkitabiahnya,
demikian kubidik adegannya
setelah kupastikan fokus beritanya
lalu...
Kupertajam warna-warni aplikasinya
kupajang dalam bingkai doa
demikian kubagirasakan keindahannya.
***
Coretan Maret 2003, Asrama SAAT

Kemasan dan Esensi

Secangkir perspektif untuk ke Gereja:

Tak masalah jika kamu menilai penting teduh atau semaraknya
kemasan ibadah hari ini, 
selama tekadmu teguh untuk tekun hidupi esensi ibadah sejati
sepanjang minggu nanti.

Selamat Berbakti!

Sabtu, 17 Maret 2012

Morning Traveler


 sakam, itu akar kata ibrani yang menjadi isu besar blog ini. Kata ini indah, dan mengungkap banyak hal. Dari kata ini muncul kata kerja (verb) askhem dan haskhem dalam kitab Yeremia 25:3-4. Kata inilah yang sekaligus menjadi rahasia kekuatan nabi Yeremia (“idola” pemilik blog ini), karena mengandung penjelasan kegigihan, keuletan sang nabi dalam masa pelayanannya yang panjang dan penuh ratapan itu. Meski sulit, bagi Yeremia setiap hari merupakan sebuah petualangan baru bersama Allahnya. Dia tidak mengalami apa yang disebut oleh seorang penulis kristen sebagai premature death, kematian prematur, yakni seseorang yang mati lebih awal dari kematiaannya yang sesungguhnya. Sebaliknya, Yeremia ini orangnya tidak sekedar hidup, tak sekedar bertahan. Bahkan bapak ini anak Tuhan yang tak pernah kehilangan gairah untuk menjalani hidup, karena ia punya arah, punya tujuan hidup. Ia seorang hamba Allah yang menolak menyerah kalah oleh kerasnya realita hidupi. Ia setia lakukan tugas kenabiannya, dengan hati, dengan visi. 
Haskhem arti literalnya adalah bangun pagi, rising early. Dari kata ini pula diturunkan nama kota Shekem, salah satu kota utama di Kanaan waktu itu (dan salah satu kota paling bersejarah bagi orang Yahudi). Nah, nama kota ini, Sechem, sebagai kata kerja dipakai untuk menjelaskan kegiatan seseorang yang akan melakukan perjalanan jauh dan pagi-pagi benar packing, menaikkan perbekalannya ke atas pundak onta atau ke atas pundaknya sendiri, demi kelancaran dan keamanan perjalanan hari itu. Sehingga, arti konotatif kata ini secara rohani kurang lebih adalah tindakan bangun pagi untuk menghadap Allah, mempersiapkan diri untuk menjalani sebuah hari.
Blog sederhana ini merekam dinamika iman sang blogger berkaitan dengan packing rohani tiap pagi sejak tahun-tahun studi teologinya di seminari, baik di asrama maupun di beberapa ladang praktek, hingga di ladang pelayanan sampai saat ini. Ada saat-saat di mana hari-hari terasa panas atau dingin dan perjalanan iman terasa berat, ada masanya hari-hari terasa sejuk atau hangat di mana langkah-langkah iman terasa ringan dan penuh semangat. Silih berganti dan berjalin-jalin penghiburan dan teguran Juru Selamat. Semua mengalir mengalun dalam untaian kalimat hikmat. Sang Blogger meyakini rekan-rekan peziarah iman juga menapaki jalan setapak yang sama, familiar dengan tanjakan dan tikungan yang serupa, akrab dengan keindahan panorama dan jebakan-jebakan yang serupa (meski tak sama). Mutiara kebijaksanaan yang ditemukan sang blogger di kala fajar ini sengaja dibagi-rasakan, sekadar konkritkan niat berbela-rasa, suguhkan secangkir semangat tiap pagi, untuk lanjutkan ziarah iman menuju keserupaan Putra Allah, jalan pulang kita menuju Yerusalem surgawi, Rumah Bapa kita, atau yang lebih penulis sukai, ini jalan setapak kita hadirkan sorga di bumi ini, tiap-tiap hari, hingga hadirnya secara sempurna Yerusalem Baru dan langit & bumi baru, bersama kedatangan Mesias, Kristus kedua kali. 
Karenanya, sang blogger bermaksud mempersembahkan blog ini bagi sesama para pengembara pagi, morning travelers, yang bertekat menjalani hari-hari di bumi ini seperti Yeremia, seperti teladan alkitab lainnya, seperti Kristus, yakni menjadi pribadi yang committed pada sebuah tujuan, pada visi, yang memaknai tiap hari sebagai petualangan bersama Tuhan, dan sepanjang hayat rindu lakoni hidup yang penuh berkat dan menjadi penyalur berkat.
Selamat menikmati waktu-waktu bersama-Nya.

“Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.”
(Mazmur 19:15)

(Mazmur 108:2-3)
Hatiku siap, ya Allah, aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku. Bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar.

Tangerang, Nopember 2011

Sepenting apa DIA, Sebanyak Catatan kita tentangNYA

Secangkir Semangat Untuk Menulis:
(Spesial Sabtu)

Waktu di asrama, teman kamarku suka mencatat di selembar kertas dan menempelkannya di kaca:
Sabtu, 4 Maret 2005:
-  tulis surat buat Gereja (laporan uang buku), cuci baju,
-  selesain Ucapan Terima Kasih, Ketemu P’ Bubby,
-  Setor skripsi Bab V ke KO’ Usman (pagi-pagi),
-  kirim barang, beli tiket? Bikin kartu Ultah buat Heny, dst.
Biar apa? Biar ga lupa! Sekabur-kaburnya tulisan, masih lebih jelas dari ingatan, begitu pesan seorang dosenku yang bijaksana.

Poinku, Kawan, mengapa sulit menulis doa-doa dan poin-poin Saat Teduh kita? Mengapa enggan mencatat urusan-urusan kita terkait dengan Dia?? Atau memang Dia itu penting buat kita namun tak sepenting tugas-tugas, kebutuhan sehari-hari dan relasi-relasi kita??!!

Coretan 2 Mei 2005
Asrama SAAT, Lt. 2 Putra no 3