Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 17 Maret 2012

Spiritual Diving

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:

Suatu saat saya menghadiri acara siswa kristen di sebuah pantai yang indah di pulau Alor, NTT. Usai persekutuan banyak yang nyebur ke laut, padahal ombaknya sedang besar. Saya bergumam pada seorang siswi: “Mereka nampak senang sekali menyelam.” Siswi itu menukas “Di dalam indah, kakak.” Kutanya “Tidak takut bahaya?” Siswi itu bilang: “Sudah biasa, sejak kecil bermain di laut.” Dia beritahu kiat-nya “Bila ombak datang, menyelamlah ke dalam, kakak. Karena ombak itu hanya di permukaan pantai, di bawah tenang.”
Wah, itu hikmat yang sangat berguna untuk arungi ombak dan gelombang kehidupan. Menyelam itu tindakan menjemput berkat-berkat dari tempat yang dalam. Berkat keindahan dan rasa aman. Di bawah sana kita makin dekat dengan keindahan-keindahan terumbu karang dan beragam warna-warni ikan. Kita belum merasa puas jika melihat keindahan bawah laut itu dari permukaan.
Sayangnya, justru itulah problem Anda, problem saya juga (walau saya mahasiswa seminari), yakni kehilangan kedalaman. Acap kali hidup seakan sekadar bergerak dari kegiatan yang satu ke yang lainnya. Satu selesai, berikutnya menanti. Dan dijalani atau diselesaikannya itu dengan terburu-buru atau sekadarnya, sehingga aktifitas-aktifitas lewat begitu saja, tanpa lesson, tanpa kesan dan makna mendalam.
Studi, kerja, hobby, sudah tentu bikin horison kita terbentang jauh, wawasan dunia seluas samudra, tapi kita tetap bisa merasa berdiri di pantai yang dangkal. Karena kita dijejali beragam subyek, pikirkan banyak topik, banyak rencana dan keinginan, kuatirkan banyak hal setiap hari, setiap jam. Sehingga kita penuh, tapi penuhnya sekedar oleh kerangka dan garis besar, tak ada waktu dan energi tersisa untuk detail-detail, ide-ide lanjutan, hilang minat terhadap gagasan maupun perenungan yang dalam. Kitapun alergi terhadap kesulitan-penderitaan yang dalam, mudah puas dengan kegembiraan yang dangkal. Memang ada waktu-waktu ibadah, baik pribadi maupun bersama, terjadual mingguan, bahkan harian. Idealnya itu moment yang tepat untuk menyelam lebih dalam, tapi banyak yang gagal memanfaatkan.
Adakah harapan? Di mana, bagaimana bisa kita capai kedalaman? Dengan tekuni seni menyendiri, kawan! Solitude, silence before Him, disertai motivasi yang murni, dibekali dengan Firman di hati maupun pikiran. Meditasi kristen inilah tindakan menyelam dengan aman di lautan kehidupan ini. Ia bukan dan tidak boleh berupa pengosongan jiwa, melainkan fokuskan panca-indera sepenuhnya pada Allah, Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam alkitab.
Di situlah terurai simpul-simpul keruwetan bathin, di situlah prioritas-prioritas ditata ulang, statement of value (prinsip hidup) terumuskan. Dan yang paling penting, di situlah babak demi babak kisah hidup kita dikenang, lalu sadari dan syukuri lagi betapa tangan-Nya yang kuat itu sungguh tak tergoyahkan, sehingga hari ini kita masih ada.
          Dalam saat-saat hening seperti itulah kita alami semacam personal revival, suatu pengalaman pertobatan dari belenggu kedangkalan, kebebasan dari penjara spiritualitas yang artifisial, lalu kembali komitmen kita disegarkan, yakni tekad untuk melangkah tegak, jalani hidup yang sudah dipanggil ini dengan fokus yang jelas, pada visi, dengan orientasi ilahi dan perspektif ilahi.
So, mari berlatih menyelam, kawan, seperti anak Alor yang sejak kecil akrabi lautan. Begitu terlatih, niscaya panik tak mudah menyerang tiap kali gelombang besar datang. Siswi Alor di atas bukakan pada saya apa yang alam janjikan: “Di dalam sana indah dan tenang.” Sekarang ijinkan saya ingatkan pada Anda apa yang Allah janjikan: “Di dalam sana tersedia banyak mutiara kehidupan!” Mereka menanti untuk kita temukan, dalam hening dan diam berbalut Firman.

Tangerang, 17 Maret 2012
Teringat diving singkat di Kepa, Alor, tahun 2003 silam.
Waktu itu ongkos oksigennya 50 ribu perjam. 

Tidak ada komentar: