Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 24 Maret 2012

Kekasih Setia di Depan Pintu

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:

Beberapa waktu lalu seorang rekan praktek pelayanan 1 tahun ceritakan pergumulannya menghadapi pemuda gereja yang jatuh hati padanya dan sering mampir ke pastori tempat tinggalnya. Cukup ganteng sih orangnya, anak mantan gembala pula. Tapi karena rekan saya ini tidak punya perasaan yang sama, maka ia merasa tidak nyaman dengan kunjungan-kunjungan sang pemuda. Dengan terpaksa ia persilahkan pemuda ini masuk dan ia ladeni obrolannya dengan sikap dingin dan keramahan sekedarnya.

Tapi yang paling dia suka, apabila pemuda itu datang tepat di saat ia sedang sibuk mempersiapkan kotbah, karena dalam situasi seperti itu, ia bisa cukup membuka pintu sedikit (dan tanpa merasa bersalah!), lalu dengan sopan tapi senang memberitahu pemuda itu bahwa ia tidak bisa terima tamu. Artinya, ia tidak perlu mempersilahkan pemuda itu ngobrol di dalam. Aku empati dengan dilemanya sebagai mahasiswa praktek pelayanan itu, tapi kurang setuju sikapnya. Kenapa? Entahlah, solidaritas pria barangkali.

Namun yang pasti, belakangan aku dicelikkan bahwa sikap rekan itu sering merupakan sikapku sendiri, atau sikap kita. Dalam konteks pertobatan, memang kita telah membuka pintu hati kita dan mempersilahkan Yesus masuk. Namun dalam konteks proses pertumbuhan rohani, kita sering tidak ramah, atau seringkali seakan cuma mengajak Yesus bicara di depan pintu, dengan tergesa-gesa dan dengan alasan kesibukan studi, pekerjaan dan pelayanan kita. Bahkan, bisa jadi tidak membukakan pintu sama sekali! Aku percaya tiap kita tidak senang dengan sikap tuan rumah seperti ini. Tapi dalam prakteknya banyak anak Tuhan kerap bersikap seperti ini.

Padahal, Alkitab memang punya gambaran tentang Allah yang di muka pintu berdiri, mengetuk dan menanti. Bukti bahwa Ia bukan berhala mati, yang tidak punya perasaan maupun emosi-emosi, melainkan Ia Allah yang peduli dan penuh kasih, Allah yang aktif mencari, yang mengambil inisiatif berelasi. Allah yang tidak memaksa dengan mendobrak pintu itu dari luar, namun serius mengetuk dan menanti kita mempersilahkan dan menyambut-Nya sepenuh hati. Allah yang ingin menghibur sekaligus rindu menggoyang status quo kita, zona suam-suam kuku kita yang melenakan sekaligus membahayakan diri kita. Intinya, kawan, kitalah yang banyak diuntungkan dalam relasi ini, sama sekali tak akan rugi.

Kawan, mari serius renungkan situasi ini. Ia masih setia mengetuk pintu hidup kita sampai hari ini. Bagaimana respons kita hari-hari ini? Seperti sikap rekan pelayananku yang menolak cinta pemuda tadi, dengan alasan kesibukan pelayanan, kerja atau studi? Kapan terakhir kali kita membuka pintu bagi-Nya dengan hati hangat, penuh sayang dan hormat? Dan berbincang sepenuh konsentrasi sepenuh minat?

Wajar rekan pelayanan praktek 1 tahun tadi tidak mau akrab dengan pemuda itu, karena ia tidak mencintainya. Tapi wajarkah, logiskah, pantaskah kita menolak berelasi lebih dekat, menolak berbincang akrab dengan Pribadi Yang tersalib, Juru Selamat kita itu? Bukankah kita sering mengaku mencintaiNya lebih dari segalanya? Yang benar aja, kawan!


Wahyu 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.


Asrama SAAT, 14 Mei 2005

Tidak ada komentar: