Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 26 Mei 2012

Memberi Teladan...atau Pamer?

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:
Pelajaran berharga. Semalam sudah janjian sama istri, esok pagi berangkat ke gereja lebih awal, mampir ATM ambil uang buat kolekte. Kebetulan tidak ada uang sama sekali di kedua dompet kami. Lembar terakhir hanya cukup untuk kolekte anak kami di SM. Eh, di luar rencana, anak-anak rewel, akhirnya pagi ini berangkat seperti biasanya alias tak ada waktu lagi mampir ATM.  Alhasil, melangkahlah aku ke ruang kebaktian komisi remaja dengan agak kuatir bagaimana nanti saat kantong kolekte diedarkan. Apalagi aku jadi pengkotbah hari ini, duduk di depan!  Insting sudah ingatin terus bahwa memberi teladan pada remaja itu penting, mengajar dengan tindakan itu paling efektif.
Kebaktian sudah dimulai, 2 pujian sudah dinyanyikan, aku terus gelisah, sampai-sampai tangan seperti bergerak sendiri menuju kantong celana, kanan-kiri, memeriksa. Ternyata ada uang! Tapi recehan, 500 rupiah. Setengah senang setengah kecewa. Tapi hati mantap untuk masukkan recehan itu ke kantong kolekte. Agak reda gelisah di hati. Kotbah sudah disampaikan, saatnya kolekte. Gimana kalau ketahuan ya? Ah, ga mungkin. Di antara 30-an remaja yang hadir ini, mana mungkin pengurus yang menghitung uang kolekte  bisa tahu atau tebak siapa yang masukkan 500 rupiah ini. Maka begitu petugas mendekat, uang kugenggam erat, takut ketahuan. Pembina Komisi Remaja di sebelahku sudah masukkan uang, dan kantong mendekat....
Sengaja kumasukkan tangan agak ke dalam, memastikan remaja yang bertugas itu tidak melihat yang kugenggam. Namun yang luput dari pertimbanganku adalah jatuhnya recehanku di dasar kantong itu, yang rupanya dirasakan oleh petugas kolekte itu. Remaja putri itu tak bisa sembunyikan refleksnya, baik refleks mimik muka yang kaget, juga refleksnya menoleh padaku sepersekian detik. Tapi segera pula ia bisa kuasai diri lalu lanjutkan tugasnya. Detik itu juga hinggap lagi gelisahku, bahkan menjadi kekuatiran yang serius. Kubayangkan waktu menghitung uang kolekte dengan tim-nya, gadis itu berkata pada teman-temannya: “Gue tahu tuh siapa yang masukin recehan ini...” Ih, ngeri rasanya. Apalagi kalau pembina komisi remaja juga tahu, mau taruh di mana ini mukaku. Dia adik kelasku di seminari.  
Malam ini agak reda kuatirku. Tapi ini pelajaran yang barusan kudapat: tentang perbedaan antara memberi teladan dan pamer kebaikan. Tentu bukan pelajaran yang lengkap atau utuh, tapi ini yang terjadi dalam kasusku hari ini. Kusimpulkan bedanya ini, kawan: Pertama, tentang fokus perhatian kita. Niat memberi teladan itu fokus kita murni kepada Allah, pamer itu fokus pada orang lain (yang melihat).  Motif memberi teladan cukup fokus pada menyenangkan hati Allah, memuliakan Allah, sedangkan pamer itu fokusnya lebih pada kemuliaan diri, termasuk di dalamnya takut citra diri rusak di mata manusia bila tak melakukan kebaikan itu. Memberi teladan itu bahkan tidak ambil pusing bila ternyata tindakan baik itu luput dari perhatian. Gamblang hasil evaluasiku tadi, sejak semalam itu motif dominan cari uang untuk kolekte adalah ketakutan ini: Apa kata remaja itu, apa pandangan hamba Tuhan adik kelasku itu bila aku tidak beri kolekte.
Kedua, memberikan keteladanan itu sebuah anugrah kesempatan dari Tuhan, dan sesungguhnya harus dipandang sebagai agenda Tuhan. Tuhan yang sejak awal ingin menegur, mengingatkan atau mengajar orang-orang tertentu, dan Ia pilih kita para hambaNya sebagai alatNya, sebagai alat peragaNya. Maka wajar atau logis bila Tuhan pula yang tentukan kapan dan di mana dan kepada siapa kita menunjukkan keteladanan kita. Tidak bisa kita yang memaksakan diri, bukan kita yang tentukan tampat dan waktunya. Kuakui tadi itu aku maksain diri banget.
Thx GOD buat kejadian memalukan namun memurnikan ini.

Lukas 12:1-2
Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 

Tangerang, 22 April 2012
Mendoakan rekan hamba Tuhan, kerap disorot jemaat. Mendoakan pemimpin dan pejabat, selalu disorot media. Moga dalam memberi teladan itu murni motif mereka.

Tidak ada komentar: