Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Kamis, 14 Juni 2012

Mahasiswa Praktek Pasti Disuka

Ini refleksiku menjelang mengakhiri praktek 1 th di gereja. Bahannya dari pengalamanku maupun dari sharing teman-temanku. Moga berguna sebagai kaca mata kuda, agar adik-adik yang sedang praktek maupun rekan alumni yang baru memulai pelayanan di ladang masing-masing, agar kita semua tidak melirik ke kanan kiri (pujian diri, ambisi prestasi dan posisi, dll), melainkan tetap fokus pada DIA yang kita layani:

7 kemungkinan alasan kenapa mahasiswa praktek (atau bisa juga penginjil baru) ga perlu bangga bila di tempat pelayanan berprestasi atau disukai:
(aku pakai kata ganti orang kedua [kamu], karena ini hasil self-talk)

1.   Ada konflik-konflik abadi di intern gereja
Itu bisa konflik warisan generasi lalu, tapi ada juga konflik2 baru. Ada konflik antar individu, ada juga konflik antar kelompok. Itu bisa antar H.T. senior, bisa antara H.T. dan majelis, bahkan antara 2 kubu jemaat. Sikap netralmu (sesuai wanti2 dosen) itu bikin tiap pihak merasa aman sekaligus penasaran, berusaha memenangkan dukunganmu. Hadirmu itu rawan jadi alat pembela, jadi alat tembak, sarana propaganda tiap kubu.[1] Jadi wajar kalau semua jadi suka kamu. Sangat wajar. Jangan bangga dulu.

2.   The real you belum kelihatan
Kesan pertama begitu menggoda. Itu seringkali benar (apalagi kamu hadir sebagai sosok rohani!). Orang baru cenderung nampak bagus. Dirimu yang asli dan yang utuh belum nampak. Sisi baik dan, terutama, sisi lemahmu belum ketahuan oleh orang2 gereja. Semua baru kesan, dan kesan yang baik lebih sering menang. Beda dengan H.T. yang sudah lama di gereja itu, yang semua sisi negatifnya sudah jadi rahasia umum. Jadi wajar kalau kamu nampak baik dan saleh di mata mereka (melebihi para H.T. yang sudah lama) dan dijadikan harapan figur H.T. ideal oleh mereka. Jadi ga perlu tersipu-sipu sambil diam2 bangga deh kalau dipuji2 mereka. Biasa aja gitu loh!

3.     Kotbahmu bagus??
Bisa jadi. Tapi itu sekadar karena waktu persiapanmu masih banyak, lebih bersemangat juga mengkotbahkannya. Idealismemu belum sering bertabrakan dengan realitas dinamika pelayanan gereja, situasimu masih kondusif untuk mempersembahkan kotbah terbaikmu. Beda halnya dengan para H.T. senior itu, yang seringkali sudah begitu tertindih urusan2 rutin organisasi dan keluarganya, sehingga seringkali harus berpuas diri cukup mengulang dari stok kotbah lama (tentu tak sesemangat pertama kali mengkotbahkannya) atau mengandalkan pengalaman dan kefasihan lidah saja. Tapi bisa jadi kotbahmu biasa2 saja, tapi majelis, aktifis dan jemaat tetap bisa suka, karena kotbahmu itu semacam menu baru saja, pembangkit selera mereka yang telah jenuh/bosan dengan kotbah2 H.T. senior yang sudah mereka kenal betul sejak lama, baik gaya maupun kecenderungan isinya. Kotbahmu membosankan atau jelekpun tak mengapa, karena relasimu yang baik bikin mereka tutup mulut dan telinga. Jadi wajar kalau kotbahmu disuka. Ga perlu deh hatimu melonjak ke angkasa!  

4.   Pastoralmu bagus??
Belum tentu. Itu bisa karena interaksimu lebih luas dan lebih dekat. Lebih dari H.T. lama. Umumnya orang baru belum ditugasi menetap di satu departemen atau komisi. Masih disuruh observasi semuanya. Interaksimu jadi lintas komisi, lintas usia dan lintas kelas pendidikan/ekonomi, baik jemaat maupun orang2 kuncinya. Interaksinya tentu tidak mendalam, cenderung bertukar kesan positif saja. Bandingkan dengan H.T. lama yang sudah sangat sibuk oleh tanggung jawabnya di banyak bidang, yang seringkali terpaksa (dan akhirnya keenakan) delegasikan tugas kotbah atau pastoralnya pada pendatang2 baru sepertimu. Kesannya memang kamu lebih available, lebih approachable di mata mereka. Jadi wajar kalau kamu banyak dihubungi dan diajak bicara. Puji Tuhan kalau situasi ini didukung oleh skill pastoralmu. Tapi jangan keburu bangga. 

5.   Tenagamu masih banyak
Masih muda, masih baru, semangat dan energimu masih penuh, masih panas. Kamu mampu “on” terus, bahkan masih sanggup forsir tubuhmu untuk ikuti banyak acara, iyakan banyak perintah dan ajakan dari berbagai komisi, berbagai kelompok atau pribadi2, dari pagi sampai malam! (itu harga yang harus dibayar sorang everyone’s man!). Jadual dan energimu juga masih memungkinkan untuk sesekali atau rutin menyelinap sejenak di waktu luang untuk visitasi pribadi ke rumah2 jemaat. Para H.T. senior itu mungkin juga masih pingin seperti itu, tapi tenaga mereka tak mendukung lagi. Jadi wajar semua jadi suka kamu. Siapa sih yang ngga suka pegawai yang selalu stand by dan siap pakai seperti itu?! Sekali lagi: wajar!  


6.   Jumlah H.T. masih relatif sedikit
Belum memenuhi kuota ideal, mengingat jumlah mimbar dan frekuensi ibadah atau persekutuan atau kelompok2 PA jauh lebih banyak daripada jumlah rohaniwan yang ada. Permintaan banyak, barang sedikit, itu faktanya. Ditambah problem regenerasi yang dihadapi oleh hampir semua gereja dan lembaga kristen itu. Maka hadirmu yang menambah jumlah spesies langka itu tentu disambut baik. Wajar juga kalau kamu diminta perpanjang masa praktek atau bahkan baru 2-3 bulan sudah diminta menetap pelayanan di tempat itu. (Mereka tetap berani gambling, abaikan 1-2 sisi negatifmu yang mereka sudah mulai tahu). So, jinakkan rasa banggamu.  

7.   Kamu masih “Yes man
Berkata “tidak” itu selalu sulit, apalagi buat orang baru. Secara waktu, semua bisa dibilang senior kamu di tempat itu; baik pendeta, majelis, aktifis, orang kantor, bahkan satpam dan koster. Jadinya, alam bawah sadarmu akan berjuang membangun hubungan baik dengan siapapun. Kecerdasan relasimu (RQ) akan terlatih membaca situasi dan hati2 mengkalkulasi akibat2 dari reaksimu terhadap mereka, terutama yang setiap hari berinteraksi denganmu. Maka semua penugasan, permintaan, ajakan atau “paksaan” untuk sebuah pelayanan maupun sekadar sebuah kehadiran cenderung kamu iyakan. Menolak, berbeda pendapat apalagi menegur dosa yang dilakukan pendeta, majelis dan aktifis, itu serasa di luar hak dan kewajibanmu. Paling2 kamu akan sibuk mendoakan mereka saja, atau menegur mereka sekilas saja, itupun masih kamu samarkan lagi dengan kemasan yang menghibur. Bandingkan dengan para H.T. senior yang kadang sudah diberi label oleh majelis atau jemaat: suka nolak (tugas yang berat atau sepele), kasar, sentimen, keras kepala, mau menang sendiri, dll. Jadi wajar semua suka, bahkan cinta sama orang baru sepertimu.    

Now what?
Dilarang bangga bukan berarti dilarang bersyukur. Tapi ingat, kalau kesan pertamamu yang menggoda itu sebatas kulit atau kemasan saja, artinya tak mencerminkan kualitas rohani dan jiwa pelayananmu, maka pasti akan tiba saatnya, masanya, kamu akan gantikan posisi H.T. senior itu, yakni menuai gerutu dan oposisi dari segala penjuru gereja itu! Jangan mau deh alami siklus seperti itu. Sebisanya hindari skenario seperti itu. But how?? 
Tak ada resep manjur tertentu sih. Tapi mungkin himbauan ini cukup membantu: persembahkan saja terus diri terbaikmu, semampumu, sambil terus kendalikan rasa banggamu. Praktisnya: Abaikan fakta-fakta positif (pujian & kemajuan2) yang nampak di bidang dan komisi akibat kehadiranmu, dan tepiskan setiap kekuatiranmu tentang kemungkinan2 negatif yang bisa terjadi di bidang dan komisi itu sepeninggalmu. Above all, sejak awal putuskan cukup satu alasan ini saja untuk rasa banggamu dan rasa banggaku, bangga kita, yaitu: Aku orang berdosa, tapi Yesus mengasihiku, sudi mempercayakan sebagian pekerjaanNya padaku!


Solo, Agustus 2006
Di tempat praktek ini kudapati diriku diterima! Tentu bukan untuk pamer,
karena hampir semua teman di ladang praktek alami persis ‘nasib’ sama
(termasuk teman2 praktek dari STT lain).
Dosa kesombongan selalu stand by di depan pintu hati. Sekali kita membukanya ia pasti masuk dengan leluasa. Perlu waspada dan doa.



[1]Aplikasi kotbahmu aja bisa dipakai tokoh2 tiap kubu untuk menyalahkan pihak lain dan mengawetkan rasa diri benar mereka! 

Tidak ada komentar: