Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 09 Juni 2012

Baju Seragam Buruh, Karyawan & profesional Kristen

Refleksi, khusus edisi akhir pekan:
Galatia 3:27
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

Saat Teduh pagi ini bicara tentang “mengenakan Kristus. Aku tak sempat check makna kata ini dalam bahasa Yunaninya. Tapi seingatku memang bicara tentang mengenakan pakaian. Sebagai orang yang percaya, kita “telah” mengenakan Kristus sebagai pakaian seragam kita. Kenangan 5 tahun mengenakan seragam guru sepuluh tahun lalu itu menolongku menggali implikasi istilah yang Paulus gunakan tentang mengenakan Kristus ini.

Pertama, frasa itu bicara tentang kepantasan dan keindahan. Pakaian itu sesuatu yang jadi sorotan. Meski tidak selalu, tapi tak jarang juga orang menilai seragam orang lain atau cara baju seragam itu dikenakan. Saling komentar yang pernah kudengar selama jadi guru a.l: “Kusut tuh seragamnya, ga sempat setrika ya.” “Dah berapa hari nih dipakai, bau tuh.” “Jahit di mana? Kok nampak lebih keren.” “Kancing bawahnya lepas ya.” Teringat ketika seorang guru perempuan menjahitkan kain seragamnya dengan model yang full-pressed body alias super ketat, rekan guru senior menegurnya. Saat seorang guru pria mengenakan seragam Batik dengan bagian bawah dimasukkan ke celana, cara tak lazim ini membuat kasak-kusuk di ruang kantor guru. Lebih gawat lagi ketika seorang guru lupa mengancingkan resleuting celananya, sampai-sampai rekan guru harus menyuruh seorang siswa memberitahunya.

Kedua, seragam bicara kesaksian. Seragam itu mewakili nama lembaga, termasuk nama baik pimpinan di mana kita bekerja. Ketangkap basah melakukan sesuatu yang tak pantas atau tindak kriminal itu mencoreng nama baik korps, aib bagi seluruh insitusi. Itu yang kuingat tiap kali tergoda melanggar lampu merah (karena takut telat sampai di sekolah) saat berpakaian seragam guru. Korupsi dan Markus yang dilakukan Gayus hingga Nazarudin merugikan kolega dan pimpinannya di kantor kejaksaan dan partai. Video Ariel-Luna-Cut Tari makin merusak citra korps artis. Tak terelakkan, perilaku buruk kita berdampak sama. Kita berseragam Kristus, mengemban nama luhur Tuhan Yesus, punya tanggung-jawab kesaksian kristen. Apakah orang akan memuji-muji atau mencibir, mengkritik kekristenan?

Ketiga, seragam bicara tentang loyalitas. Mengenakannya itu satu paket dengan janji korps, satu paket dengan komitmen kepatuhan dan kesetiaan kita pada aturan main lembaga dan pimpinan di mana kita bekerja itu. Mengenakan Kristus berarti menuntut kesetiaan kita pada Dia, pada institusi-Nya (gereja) dan pada misi kerajaan-Nya, di atas loyalitas kita pada keluarga kita, pada tradisi suku kita, pada budaya populer masyarakat kita, pada segala hal lain di dunia ini. Ini yang ada dipikiran orang ketika dibaptis dalam gereja mula-mula (ay 28 itu diyakini banyak sarjana alkitab sebagai formula baptisan gereja abad pertama).

Keempat, seragam bicara tentang kebanggaan. Sebagai orang yang sejak remaja bercita-cita jadi guru, mengenakan seragam guru itu bagi saya ada rasa bangga. Dan saya ingin profesi ini makin dihargai dan diminati lebih banyak orang. Adakah kita merasakan hal yang sama ketika kita sadar telah dan sedang memakai seragam Kristus? 

So, mari periksa, kawan, Yesus seperti apa yang kita kenakan? Yang kusut dan bau? Yesus model bagaimana yang kita tampilkan atau kesankan? Yang membuat orang berdosa merasa tertolak dan takut? Yesus yang tidak peduli pergumulan orang atau pergumulan dunia? Atau... Yesus yang merangkul orang yang terkucilkan, yang membela orang yang tertindas, yang mengasihi sesama-Nya manusia?  Memang tak selalu kita harus turuti semua komentar orang tentang pakaian kita. Tapi kesan/komentar orang pada Yesus harus kita pedulikan. Karena implikasinya orang akan diperhadapkan pada 2 pilihan; menginginkan punya Yesus yang keren, yang pas dan enak dilihat itu, atau jadi ogah, tidak menginginkan-Nya, bahkan geli atau jijik pada Yesus. Mana ada yang mau seragam yang kusut, apalagi yang bau??!!



Galatia 3:28

Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus

Jakarta, 8 Juni 2012

Tidak ada komentar: