mereka pergi ke sudut-sudut yang sunyi dan berbagi
tugas di sana
ya, ketika kita masih terlelap di kamar-kamar
kita, entah
kelelahan oleh penuhnya otak dan perut kita, atau
terlena oleh mimpi-mimpi indah suksesnya pelayanan
kita
Aroma masakan dari arah markas mereka
bangunkan kita di pagi buta, seringkali gantikan
weker kita
Bau gurih yang digoreng mereka pancing senyum dan
lapar kita
di chapel dan di ruang kelas kita.
Pagi, siang, malam kita
jumpa mereka
Tak cuma air,
makananpun mereka siapkan untuk kita
Sayangnya, tak ada
percakapan bermakna.
Meski Yesus juga tak
menyapa dengan nama, tapi ada bedanya:
kita tidak menatap
lembut mata mereka
kita tidak membahas 5
pergumulan masa lalu mereka
Juga tidak peduli pada
1 pergumulan yang saat ini merongrong mereka.
Kita tidak ijinkan
mereka tahu siapa sebenarnya diri kita,
Yang adalah
gambar-gambar Allah untuk mereka.
Seolah kita berdoa
terus agar Air Kehidupan itu
mengalir dalam hidup mereka,
tetapi jangan melalui kita.
Maka tak heran,
tak terjadi apa-apa
dalam hidup mereka.
Maka jangan heran,
ketika mereka liburan,
mudik ke desa,
Tak ada Kabar baik yang
mereka bawa,
dan tak ada pertobatan
orang-orang di desa mereka.
Asrama, Januari ‘06
Inspired by Yohanes 4:1-42
Rata-rata mereka masih belia. Persekutuan Mbak Dapur (PMB) tiap Kamis
malam, itu saja interaksi (formil) kami dengan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar