Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Jumat, 29 Juni 2012

R.U.A 1

Babak I
Rapat dibuka, senang. Pemilihan didulukan, girang
Suara dihitung, tegang. Iklim bersaing: sedang.
Pendukung yang punya semangat menang!

Nama diplesetkan, pamit pipis di depan (bangga nian).
Celoteh-celoteh nakal, penggembira terpingkal,
Harap tenang!”, tegur pimpinan sidang

Kandidat berdebar,
            Yang terpilih pucat, lemas, diam,
                        Perlu waktu amini realita mandat.
Selamat bertugas Pengurus Baru Senat,
Kalian pemimpin kami, kalian pelayan kami.
Untuk mereka Ya Tuhan, kami memohon berkat.

Babak II
Perubahan dibahas, turun minat
Pro – kontra bertebaran, hati mulai penat
Masing-masing merasa pakar, semua merasa benar
Adrenalin muncrat, suhu emosi meningkat
Masih wajar, tak saling damprat
(bisa dipecat jadi mahasiswa SAAT!) 

Hari ini demokrasi punya hajat, kemajuan Senat jadi tekat.
Tapi suara tak harus bulat, boleh sepakat untuk tidak sepakat.
Namun keputusannya mengikat, semua harus taat.
Indah nian cinta Tuhan sekaligus berbudi demokrat.

Di sini kita mendengar, didengar. Di sini kita menolak, ditolak.
Ada yang bicara, banyak yang diam; dua skill penting di ladang, perlu hikmat.
Proses alot ini membosankan, melelahkan, namun perlu dan bermartabat
Kelak sebanyak apa majelis atau sinode bersidang, kami tak akan tergagap

Hari ini Pendeta merasa paling bijak, paling berhak, paling wakili ide Tuhan.
Debat ini latihan kecil, namun peringatan besar:
Kelak kami tak boleh jadi suara tunggal!
Keputusan kolektif tak selalu benar,
Pun kehendak subyektif satu dua orang tak selalu salah.
Yang jelas proses lambat ini sehat, bermartabat:
cegah arogansi pemimpin Gereja masa depan.
(Katanya sih,... harusnya..., semoga!)

To be Continued...
Aula Andrew Gih, 22 April 2005

Tidak ada komentar: