Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 31 Desember 2016

Ensiklopedia Kasih dan Pengorbanan

Selamat jelang tutup tahun 2016, kawan. Ada tayangan wajib di TV, di forum-forum diskusi, yakni Ensiklopedia akhir tahun; ensiklopedia ekonomilah, politiklah, kriminalitaslah atau ensiklopedia bencana-bencana nasional sepanjang tahunlah, dll. Semua disorot lagi secara sekilas namun menyeluruh, disertai harapan segala sesuatunya bisa lebih baik di tahun depan.
Di jam-jam terakhir ini, ijinkan aku mengajakmu bikin ensiklopedia hidup pribadi kita, kawan: mau kilas balik kondisi keuangan kita, suka duka dalam pekerjaan kita, studi kita atau moment-moment penting dalam keluarga kita. Kalau masih ada waktu, sempatkan kilas balik yang satu ini, yang kusebut ensiklopedia kasih & pengorbanan.
Mari simak pengalaman 3 orang ini: 
Pertama, seorang ibu, jemaat gerejaku, baru saja melahirkan anak pertama yang beratnya 3,5kg. Ia bercerita dengan penuh emosi: "Aduh pak, sakitnya bukan main. Saya seperti taruhan nyawa. Saya jadi tersadar lagi, betapa besarnya kasih dan pengorbanan mama. Sekarang, saya jadi pingin pulang kampung, ketemu mama, pingin memeluknya, pingin sampaikan trima kasih dan hormat sebesar-besarnya pada mama."
Kedua, seorang wanita muda di Inggris, entah siapa namanya. Beberapa tahun lalu surat kabar di sana ramai memberitakan kisahnya. Dia memenangkan perlombaan berhadiah besar: hadiahnya 3 minggu keliling dunia menikmati hotel-hotel terbaik serta fasilitas mewah lainnya. Wanita ini ternyata tidak memanfaatkan hadiahnya, karena harus menjaga seorang teman baiknya yang sedang opnam di RS dan akan menghadapi operasi. Wartawan berebut mewawancarainya, karena tidak puas dengan alasan tersebut: "Nona, pasti ada orang lain yang bisa menjaga teman Anda, dan pasti teman Anda itu akan sangat mengerti, karena ini adalah kesempatan sekali seumur hidup." Beberapa saat wanita ini menolak menanggapi, namun karena tak tahan terus dikejar-kejar wartawan akhirnya ia buka suara. "Baik, kalian benar-benar mau tahu alasanku? Itu karena apa yang telah temanku itu lakukan padaku 3 tahun lalu. Waktu itu aku terlibat narkoba, aku diusir keluargaku, dipecat dari tempat kerjaku. Dialah satu-satunya orang yang merawatku. Dia menampungku di rumahnya. Tiap malam dia bicara denganku, mendorongku untuk melawan kecanduanku. Seringkali aku muntah-muntah tengah malam, dia bangun dan membersihkan muntahanku, mengganti bajuku, membawaku ke dokter, bicara dengan dokter untuk memastikan proses pemulihanku berjalan baik. Ia mendampingiku dalam sidang-sidang di pengadilan kasus narkobaku. Ia bahkan mencarikanku pekerjaan. Dia..dia sangat mengasihiku, ...dia telah banyak berkorban untukku. Dan sekarang ia dia tak berdaya dan akan dioperasi. Nah, apa aku punya pilihan lain?! Menemaninya di RS itu hal kecil yang bisa kulakukan untuknya, tak sebanding dengan apa yang telah ia lakukan untukku."
Ketiga, Paulus. Ya, si pembuat-penjual tenda dan rasulnya Yesus Kristus di alkitab itu. Ia menulis: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, ... Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (2 Kor 5:14-15). Ayat-ayat ini adalah bagian dari penjelasan Paulus atas isu yang berkembang dalam jemaat Korintus tentang mengapa Paulus sebagai rasul kok hidupnya penuh penderitaan, bahkan nampak sengaja melayani dengan semangat pengorbanan: misal, menolak haknya mendapat tunjangan hidup dari jemaat, lebih memilih bekerja bikin & jual tenda untuk menafkahi dirinya sendiri dan membeayai perjalanan misinya; tidak seperti pengajar-pengajar hikmat lainnya yang nampak sukses (= terkenal, makmur, pendengarnya banyak), karena suka mencari keuntungan dan kemuliaan diri. Nah, di ayat-ayat inilah Paulus menuliskan penjelasannya: "Sebab kasih Kristus[lah] yang menguasai kami,.."
Kawan, ada benang merah dalam pengalaman 3 orang ini: mereka sama-sama tersentuh dan diubahkan oleh kasih dan pengorbanan seseorang dalam hidup mereka. 3 orang ini mengalami apa yang disebut logika kasih & pengorbanan”. Begini prinsipnya: Kasih dan pengorbanan yang dirasakan seseorang itu mengubahkan, membuat orang itu tak berdaya selain membalasnya dengan semangat kasih dan pengorbanan yang sama.
Jadi, kawan, mengingat dan menyadari kasih dan pengorbanan seseorang (teman, orang tua, apalagi mengingat dan menyadari lagi kasih & pengorbanan Kristus), itu mengubah hidup kita, akan membuat kita merasa tak punya pilihan lain, selain membalasnya dengan sikap atau semangat kasih dan pengorbanan yang sama, entah dalam pekerjaan, pelayanan atau dalam berelasi.
So, yuk kita evaluasi hidup kita jelang tutup tahun tengah malam nanti: dengan semangat apa kita menjalani hidup kita selama ini? Ini moment yang tepat kita menghitung berkat Tuhan di seluruh aspek hidup kita: yakni mengingat kasih dan pengorbanan orang-orang dalam hidup kita, terutama mengingat kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan kita dari hukuman kekal yang seharusnya kita tanggung sebagai upah dosa kita. Biarlah ingatan dan kesadaran akan kasih dan pengurbanan banyak pihak itu menjadi motivasi sekaligus energi kita untuk [tidak bisa tidak, merasa tidak punya pilihan lain selain] beribadah, melayani, membangun relasi, studi dan bekerja dengan semangat kasih dan pengorbanan yang sama.
Dalam prakteknya, logika kasih apalagi pengorbanan ini sulit diterapkan. Dunia sudah ajari kita sejak kecil hidup dengan semangat persaingan, permusuhan dan logika untung rugi. Tapi mengapa harus tetap kita lakukan? Karena, walau sering bisa terasa tidak “masuk akal,” sikap-sikap seperti ini selalu “masuk hati,” punya potensi mengubahkan: mengubah orang, mengubah komunitas keluarga kita, gereja kita, kantor kita, bahkan masyarakat kita. Terutama, karena memang inilah gaya hidup manusia baru dalam dunia baru pasca kebangkitan Yesus, sangat berpotensi memuliakan Tuhan di tengah dunia yang merindukan teladan, dunia yang diam-diam terus mengawasi anak-anak Tuhan!

Kota Anging Mammiri,

31 Desember 2016

Tidak ada komentar: