Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Sabtu, 31 Desember 2016

Selamat Bahagia; Versi siapa??

Selamat membuka lembaran pertama tahun 2017, kawan! Doaku di awal tahun ini adalah untuk kebahagiaan kita sekalian.
Benar, bahagia memang relatif. Tiap orang bisa punya kriterianya masing-masing, prioritas tolok ukurnya masing-masing. Maka ijinkan di forum ini kupilihkan kriterianya, tolok ukurnya yang kupikir bisa berlaku buat kita semua, karena sumbernya adalah dari alkitab, dari kotbah Yesus di Bukit dalam Injil Matius 5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Dalam konsep Yesus, dalam pandangan sorga, orang miskinlah yang disebut bahagia. Miskin rohani, terutama. Tapi miskin jasmani termasuk juga. Miskin di sini bukan kondisi zero atau Nol. Ini kondisi minus. Seperti itulah memang yang dimaksud Yesus lewat kata yunani ptokoi, miskin yang absolut. Kata bangkrut mungkin lebih tepat. Kata temanku, bangkrut itu ketika kita sudah jual semua aset kita, tetap saja kita masih punya hutang.
Kabar baiknya (semoga) adalah: setiap kita tak perlu berusaha penuhi kriteria itu. Kita semua memang sudah masuk kriteria itu. Secara rohani kita ini miskin, bangkrut, dililit hutang. Ya, itulah yang diingatkan Paulus kepada jemaat Roma: “Kita adalah orang yang berhutang.” berhutang pada Allah (Roma 8:12).
Mengapa berhutang? Karena setiap kita, tanpa kecuali, adalah orang berdosa. Sebaik atau sesuci apapun yang kita tampakkan di muka umum, namun kalau kita berani berdiam diri 1-2 menit saja di hadapan Allah, jujur menilai diri, kita pasti simpulkan yang sama: betapa berdosanya aku ini: pernah berbuat dosa dan masih berbuat dosa. Pernah miskin bahkan mungkin saat ini dalam kondisi makin bangkrut rohani. Betapa beruntungnya aku karena iman kepada Tuhan Yesus itu telah memungkinkanku menikmati anugrah pengampunan  dan meluputkanku dari hukuman dosa, maut itu, bahkan menjaminku kelak mengambil bagian dalam kemuliaan kekal bersamaNya. Aku orang yang berhutang, pada Allah!
Kawan, orang yang berhutang itu punya tanggung-jawab membayar hutangnya bukan? Umumnya, normalnya, rasa tanggung jawab membayar hutang itu akan sangat memenuhi pikirannya, akan sangat mempengaruhinya dalam menentukan keputusan dan tindakan selanjutnya, bahkan mengubah gaya hidupnya: tunda beli yang inilah, batalkan rencana yang itulah, jangan lagi lakukan kebiasaan yang itulah, dll. Semua dalam rangka berhemat untuk memastikan bayar cicilan lancar. Maka sudah seharusnya donk kalau di tahun yang baru inipun pikiran kita, segala rencana dan keputusan kita, gaya hidup kita harus kita arahkan untuk membayar, mencicil, membalas kasih Tuhan Yesus!“
Untungnya, kita bukan berhutang pada rentenir jahat, melainkan pada Allah yang penuh kasih & rahmat. Sehingga kita membayar hutang dosa kita tidak dengan terpaksa atau hanya karena kewajiban, melainkan dengan kerinduan membalas kasih dan pengurbanan Tuhan.
Yang perlu senantiasa kita waspadai dan hindari adalah pikiran dan sikap tidak tahu diri atau sikap sombong yang tidak lagi merasa punya hutang. Bersyukur Paulus sudah ingatkan aku, dan aku senang bisa mem forward-nya pada kawan semua: Setiap kita, adalah orang yang berhutang pada Allah. Sadar kondisi bangkrut juga bikin kita sadar kita tak punya modal untuk mengasihi dan membahagiakan keluarga kita, tak punya energi berbuat kebajikan dalam komunitas kita apalagi dalam misi Allah. Dan itu bikin kita andalkan Tuhan, minta modal dari Tuhan dan bergantung pada Allah sepenuhnya.
So, tetap ingin bahagia di tahun baru? Bahagia versi siapa? Versi Kotbah di Bukit donk, versi sorga donk. Makanya, stay aware, jaga ketahu-dirian, kesadaran sebagai orang yang miskin, yang bangkrut, kawan. Stuju? Jika setuju, ijinkan aku berdoa bagi kita semua: "Tuhan, di tahun 2017 ini, berbahagialah aku dan setiap kawan pembaca blog ini, khususnya yang masih tahu diri, merasa miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah.” Amin. Selamat Tahun Baru, kawan!!


Celebes, pkl 00.01 WITA
1 Januari 2017

Di tengah hujan kembang api dan petasan yang meledak-ledak tiada henti di langit Makassar. Sebuah cara merayakan yang sangat mahal.

Tidak ada komentar: