Rekan Sepanggilan, Menulislah!

Pengunjung yang terhormat, para saksi Kristus & para pelayan Tuhan, ini adalah blog mutiara DOA, SAAT TEDUH dan MEDITASI Kristen (kecuali sisipan-sisipan khususnya). Sebuah Kedai Doa, Warung SaTe, atau Kantin Yoga, terserah Anda menyebutnya. Kalo saya, ini Cafe Shalom:-) Lebih dari itu, blog ini adalah ajakan untuk menulis. Tulislah apa saja, selembar sehari, di diary atau jurnal pribadi. Don't worry, bahan-bahannya akan Tuhan kirim tiap hari, lewat berbagai macam situasi, Anda hanya tinggal mencatatnya dengan setia & sepenuh hati. Apapun genre-nya, semua bentuk tulisan itu bagus. Semua memastikan agar kita tak mudah lupa berkat dan pesan-Nya untuk jangka waktu sangat lama. Dan sudah barang tentu, tulisan Anda bisa jadi berkat buat sesama, asupan sehat bagi keluarga besar gereja-Nya. Selamat mencoba. Mulailah hari ini!

Kamis, 28 Maret 2013

Kamis Putih = Passion Five

Melahirkan kembali, Mencipta ulang ...Semesta!
Yoh 16:16-22

Kunjungi rumah jemaat minggu ini jumpakanku dengan tiga keluarga bahagia atas kelahiran anak atau cucu mereka. Para ibu yang baru melahirkan itu nampak begitu bahagia. Padahal melahirkan itu menakutkan (jika tak boleh dibilang mengerikan). Sakit sekali katanya. Ada kontraksi atau kejang-kejangnya, ada rasa sesak-sulit bernafas, ada perasaan tidak karuan, campur-aduk, dll, yang kita para suami atau para pria hanya bisa menonton dengan kagum campur cemas. (waktu putri pertamaku lahir, aku keluar kamar bersalin karena tak tega lihat istri kesakitan berjuang mengeluarkan Charissa Hui dari perutnya).
Tapi uniknya, kebanyakan ibu hamil menantikan momen menyakitkan ini dengan semangat ’maju tak gentar’ atau ’terus maju meski gentar.’ Dengan penasaran mereka sering membayangkan seperti apa wajah bayinya saat lahir nanti, dan dengan takjub dan bangga mereka membayangkan seperti apa rasanya menghadirkan sebuah kehidupan baru ke dalam dunia ini, dalam wujud bayi mungil, melalui rahimnya.
Para ibu yang kubezuk itu jelas mengalami rasa sakit (baik yang melahirkan normal maupun lewat operasi cesar), namun seperti yang kulihat sendiri, rasa sakit itu sudah berganti suka-cita, kebahagiaan yang sepertinya sulit mereka lukiskan dengan kata-kata. Memang masih ada rasa sakit yang dialami selama masa pemulihan, namun yang pasti: kehidupan baru telah datang, membawa suka cita baru, tak hanya bagi sang ibu, tapi juga bagi banyak orang.
Nah, realitas pengalaman para ibu ini dalam perspektif kristiani seharusnya layak disebut tiap kali kita merayakan paskah. Karena tak hanya natal, paskahpun sejatinya bicara tentang kelahiran. Benarkah? Benar, kawan! Coba simak ucapan Yesus di Yoh 16:16-22. Khususnya di ay 21 “Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.“
Kelahiran siapa yang dimaksud Yesus di sini? Jawabnya akan kutunjukkan nanti. Sekarang kuingatkan dulu, bahwa Alkitab kita itu penuh dengan peristiwa kelahiran. Coba aja baca silsilah-silsilah dalam kitab Bilangan. Itu kan isinya tentang si Anu memperanakkan Ani, si Ani melahirkan si Ano, dst. Atau kitab Kejadian. Teks aslinya terbagi dalam sepuluh bab yang semua bagian awalnya mengandung kisah kelahiran atau silsilah. Bisa dibilang, tiap nama yang disebut dalam kitab Kejadian selalu dikaitkan dengan kisah ’siapa melahirkan siapa.” Abraham melahirkan Ishak dan Yakub, Yakub melahirkan 12 orang yang kelak menurunkan 12 suku Israel, dst.
Jadi jelas terasa, bahwa kelahiran itu peristiwa penting bagi pembaca awal alkitab kita. Bahkan, saking pentingnya, sampai-sampai langit-bumi atau sorga-bumi itu disebut dilahirkan. Coba baca Kej 2:4. Kata ibrani untuk riwayatdalam ayat ini adalah toledot = “keturunan” atau kelahiran.” Kata ini erat kaitannya dengan kata yalad = memperanakkan, melahirkan. Dan orang yahudi sejak berabad lampau menganggap Yerusalem dan bait suci di dalamnya, sebagai ‘pusar’ dunia. Seperti tali pusar yang menghubungkan bayi dengan mamanya, mereka meyakini Yerusalemlah tempatnya agar dunia bisa  terhubung dengan sumber kehidupannya, yakni dengan sorga, dengan Allah (sejak Allah memilih bait suci yang dibangun raja Salomo itu sebagai tempat-Nya berdiam di tengah umat Israel [1Rj 9:3]).
Nah, kembali ke ucapan Yesus di ayat 21 tadi. Ayat ini ada dalam percakapan Yesus bersama para murid menjelang penyaliban-Nya. Yesus sedang menghibur mereka. Tapi Ia bicara tentang kelahiran siapa/apa? Tidak disebutkan secara ekplisit, maka kita perlu cermati konteksnya. Di ayat 16 Yesus menyebut kata “Tinggal sesaat saja..” (bahkan dalam 3 ayat berikutnya kata ini diulang sebanyak 7x!). Maka konteksnya jelas, ternyata Yesus sedang menyamakan peristiwa seorang ibu melahirkan tadi dengan sebuah peristiwa besar yang ‘tinggal sesaat lagi’ akan terjadi. Yesus berkata: “Tinggal sesaat lagi kamu tidak melihat Aku...dan kamu akan melihat Aku lagi.” Apa maksudnya? Peristiwa apa yang membuat mereka sesaat lagi tidak melihat Yesus, tapi sesaat lagi juga akan melihat Yesus kembali. Para murid bingung dengan kalimat Yesus ini.
Tapi kita sebagai pembaca alkitab saat ini tentu tidak (perlu) bingung. Karena jika kita baca peristiwa selanjutnya, yang terjadi adalah peristiwa salib. Maka, dengan kata lain, di sini Yesus sedang mau menyampaikan bahwa kematian-Nya dan kebangkitan-Nya itulah yang Ia samakan dengan proses seorang wanita melahirkan bayinya. Yesus akan diambil dari tengah mereka, ditangkap-disalib, mereka akan berduka. Dan di ay 20-22 ini seolah Yesus memberi peringatan: Sebentar lagi kalian akan merasakan pengalaman menyakitkan seperti yang dialami ibu-ibu yang melahirkan.
Peristiwa-peristiwa yang akan mereka saksikan dan alami dalam hitungan jam ini, mulai di Getsemani, di pengadilan Kayafas, Pilatus, lalu di sepanjang via dolorosa hingga ke Golgota itu, semuanya akan sangat menyakitkan bagi para murid (sudah pasti bagi Yesus sendiri!). Selama 3 hari mereka tidak akan bisa melihat Yesus lagi. Tapi mereka akan melihat Yesus lagi, karena Yesus  bangkit, sehingga dukacita mereka akan berganti dengan suka-cita.
Nah, kalau digabungkan dengan pertanyaan kita di awal, maka pertanyaannya sekarang: apa yang terlahir jika Yesus menyamakan kematian dan kebangkitanNya itu seperti perempuan yang melahirkan?  Dunia baru, kawan. (Atau lebih tepatnya, dunia ciptaan lama yang selesai tercipta di Kejadian 2:4 dan yang jatuh-cemar-rusak karena dosa di Kejadian 3 itu, akan dilahirkan kembali, dicipta ulang). Itu sebab Yesus berkata di ay 20 “kamu akan menangis, meratap, namun dunia akan bergembira (karena sudah terlahir kembali). Ini pesan yang ingin Yesus maupun Yohanes sampaikan pada kita. Inilah kabar baik injil yang akbar itu, yang tidak hanya tentang keselamatan individu-invidu manusia, melainkan juga tentang keselamatan kosmis, seluruh ciptaan.
Metafora kelahiran dunia baru ini hanya salah satu dari banyak cara alkitab memberitahu kita tentang misi besar Allah terhadap ciptaan-Nya yang telah dibelenggu kuasa dosa (istilah lainnya yang sudah populer adalah: memulihkan, menebus, menghakimi, menyelamatkan, membawa pulang, mendamaikan seluruh ciptaan). Tak heran rasul Pauluspun menggunakan metafora yang sama ketika mencoba menggambarkan tentang dunia yang menderita di bawah kuasa dosa dalam kitab Rom 8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.”
Dalam surat Kolose 1: 23 Paulus juga menulis: “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah (perfect tense !) dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.” Injil apa yang Paulus sebut telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit ini? (sampai hari inipun masih banyak daerah yang belum terjamah misi kristen, belum mendengar berita injil!). Maka injil yang Paulus maksud di sini tentulah jauh lebih besar dari kabar baik tentang individu manusia yang percaya Yesus akan masuk sorga setelah mati. Injil ini selaras dengan yang dimaksud Yesus di ay 20 tadi, yang cakupannya tidak sebatas bersifat personal, melainkan juga global. 
Bagi Paulus, kematian dan kebangkitan Yesus di kayu salib adalah karya Mesias yang mengalahkan sekali dan selamanya si iblis dan segala manifestasi kuasa jahatnya. Dengan demikian, injil tentang Kristus yang tersalib dan bangkit adalah pengharapan sejati, garansi bagi pemulihan seluruh ciptaan. Seperti RS mengeluarkan surat resmi pernyataan kelahiran anakku Hui (yang dikuatkan oleh lembar negara yang dikeluarkan catatan sipil), demikian di paskah perdana itu sorga mengeluarkan pernyataan resmi: “Selamat, semesta baru telah lahir!” “yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang!”
Yesus sendiri jelas ingin para muridNya memahami realitas akbar ini di balik peristiwa penyaliban-Nya. Sedih sesaat wajar, tapi para murid seharusnya segera bersukacita kembali setelah kebangkitan terjadi:
Yohanes 16:20-21 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.
Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

Maka apa respons yang pantas kita berikan tiap paskah tiba, kawan? Usulku, untuk paskah perdana 2000an tahun lalu itu, kita serukan: “Selamat datang “bayi dunia baru,” “bayi Kerajaan Allah di bumi.” Tapi kini  sudah dua ribu tahun lebih paskah perdana telah berlalu. Kita wajib berduka dan bertobat jika di generasi kita ini realitas dunia baru, nilai-nilai Kerajaan Allah itu kondisinya masih seperti bayi, di mana kebenaran, keadilan dan shalom Allah masih dianggap remeh, masih merangkak pelan, belum tegak berjalan, masih seperti bahasa cedal seorang balita, belum jelas diartikulasikan. Maka tiap kali masa raya paskah tiba, menurutku tak ada cara lain yang lebih tepat menyambutnya selain dengan mengingat kembali panggilan kita sebagai gereja, yakni terus merawat, membesarkan dunia baru, kerajaan Allah itu.
Sebagaimana Yesus ingin para murid melanjutkan tugas membesarkan bayi dunia baru-kerajaan Allah yang telah Ia lahirkan, hari ini kitalah yang diberi-Nya peran sebagai ibu yang punya naluri merawat bayinya sendiri, yang tidak pernah merasa terpaksa, melainkan selalu tekun dan penuh kasih serta dengan segala daya upaya merawat dan membesarkan anak-anak yang dilahirkannya.
 So, biarlah paskah ingatkan kita, untuk besarkan KerajaanNya, sebarkan nilai-nilai sorga, wujudkan dunia baruNya, di manapun kita berada, melalui talenta apapun yang kita punya. Ini tanggung-jawab kita, kawan. Please, jangan oper tanggung jawab mulia ini pada para baby-sitter J.

Selamat jelang paskah, kawan!

Palopo, 14 Maret 2013

Tidak ada komentar: